My Girl, Jenita

307 6 4
                                    

"Lu yakin mau lakuin ini?"

Dewa menatap perempuan di hadapannya lekat-lekat. Jenita, gadis yang dikenalnya dari sosial media dan kebetulan sedang berlibur bersama teman-teman di Bali itu tiba-tiba meminta untuk ditemani ke tempat ini.

"Iyalah. Gue pingin udah lama lagi. Cuma waktunya yang belum ada. Sibuk urusan kuliah mulu."

Jenita menarik helai rambutnya ke belakang telinga. Dia tampak begitu menarik malam ini. Rambut hitam panjang yang dibiarkannya terurai. Dress putih tanpa lengan yang talinya berpadu serasi dengan tali BH berwarna pink yang dikenakannya. Stiletto berwarna peach dan pouch berwarna senada yang dijinjingnya, semakin memancarkan kecantikan gadis itu.

"Teman-teman lu gak papa, lu pergi ma gue?"

"Yee, cuma bentar ini. Nanti juga gue gabung clubbing bareng mereka lagi kok. Lu ikutan aja!"

Dewa bisa merasakan halus jemari gadis itu menyentuh lengannya. Dan sesaat ada gejolak halus di dadanya. Ini kali pertama mereka jalan berdua. Tempo hari Jenita mengajak bertemu sesampainya dia di Bali, bersama tiga orang temannya.

"Nah, kita sudah sampai. Ayo masuk."

Dewa beranikan menggenggam tangan Jenita sementara tangan kanannya membuka pintu.

"Dewaaa! My man!"

Seorang laki-laki berkepala botak, mengenakan kaos hitam, dengan anting bertengger di hidungnya datang menyambut kehadiran mereka di toko miliknya.

"Ada yang bisa dibantu? Atau lu mau pasang tato lagi?"

Dewa tertawa dan mengibaskan tangannya. "Bukan gue, Jack. Ini kenalin. Temanku dari Jakarta, namanya Jenita. Dia yang mau buat tato."

Jenita menyambut uluran tangan Jack dengan mantap. Dia tahu dia tak boleh terlihat takut di tempat ini, kalau tidak ingin rencananya gagal.

"Okay, kalian duduk dulu. Sebentar ya."

Dewa mengajak Jenita untuk duduk di kursi dekat dengan pintu, sementara Jack melangkah memasuki ruangan lain di sebelah dalam.

Jenita mengedarkan pandangannya ke sekeliling, melihat banyak sekali foto aneka motif tato yang terukir di beberapa bagian tubuh. Dia sedang menimbang apakah ingin mengukir tato di bagian leher, lengan, punggung, atau sekalian di dada, ketika Jack keluar dan memanggilnya.

"Perlu gue temenin gak?" Dewa menawarkan namun ditolak dengan satu gelengan.

"Nggak usah, biar jadi surprise buat lu."

Laki-laki itu merasa berat melepaskan genggamannya namun dia sadar dia harus menghargai keputusan Jenita.

Hampir setengah jam Dewa menunggu sambil menikmati permainan di ponselnya.

"Sudah, gimana? Jadi pasang tato di mana?"

Jenita tersenyum geli mengetahui Dewa yang berusaha mencari-cari letak tato barunya dengan pandangan matanya.

"Hmm, gue tadinya mau pasang di leher, tapi gue gak mau nanti langsung keliatan orang. Jadi, pasang di sini saja deh."

Jenita dengan santainya mengangkat sedikit ujung dressnya menunjukkan paha kanannya yang sudah terukir tato gambar bunga. Tanpa sadar Dewa sedikit menelan ludah. Detak jantungnya semakin cepat dan dapat dirasakan celana jeansnya yang semakin mengetat di bagian selangkangan.

Koleksi Cerita Mini Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin