BAB 1

13.9K 848 34
                                    

18 agustus 2018

Pernahkah kalian menjalin hubungan dengan seseorang? Tentu sudah bukan?
Begitu pula denganku. Aku sangat bahagia ketika seorang CEO muda dan tampan mengajak ku untuk menjalin sebuah hubungan dengannya.

"ayo kita berpacaran"

Satu rentetan kata itu dapat membuat jantungku copot dari tempatnya seketika. Pria itu mengajak ku berpacaran setelah diriku mengantar dirinya menuju mobilnya dengan payungku.

Saat itu aku menawarkan diri untuk meminjamkan payung untuknya, tetapi dirinya menolak dan meminta diriku mengantarinya dan tepat disaat dirinya ingin membuka pintu mobil. Dirinya berbalik menghadapku dan mengatakan tiga kalimat.

Kalimat itu membuat diriku terpaku seperti patung. Aku tidak tahu apa yang harus ku ekspresikan di wajahku ketika mendengarnya. Senang. Kaget. Bahagia atau merasa ini hanya lelucon yang ia buat agar aku terlihat seperti orang bodoh.

Tetapi aku salah, dirinya benar-benar serius mengatakan itu. Asal kalian tahu, CEO atau atasan paling tinggi dikantorku itu. Langsung menempelkan bibirnya pada bibirku. Tentu saja, itu membuat jantungku berpacu beribu kali lebih cepat.

Bagaimana bisa ia menciumku saat kami berada diparkiran kantor. Walau memang para karyawan lain sudah pulang dan hanya beberapa yang masih lembur, tetapi bukankah itu terasa aneh?

"aku menyukaimu"

Kata-kata itu, aku masih tidak bisa membayangkannya. Tatapan menusuk langsung ke jantung. Membuat diriku untuk tidak berkata 'tidak'.

Ini kesempatan emas bukan? Kapan lagi kau seperti ini. Mungkin hanya pada drama-drama yang pria muda sukses dan tanpan akan melamar wanita yang bahkan tidak ada istimewanya bagi orang lain.

Tentu saja aku mengangguk dan setelah itu aku baru pertama kali melihat senyum bahagia atasanku itu.
Sungguh kejadian yang luar biasa.

18 september 2019

Aku menatap sebal pria yang kini sibuk menatap notepad-nya. Aku merasa dirinya mungkin juga tidak menganggapku ada.

"Jungkook!"

Pria itu akhirnya mengalihkan pandangannya setelah mendiamiku selama tiga puluh menit. Cukup parah bukan?

Aku menatap kesal. Jungkook kemudian bertanya dengan ekpresi yang menurutku lugu dan merasa tidak ada kesalahan.

"kenapa?"

Aku semakin kesal dibuatnya. Kenapa pria ini bodoh dalam urusan peka dan tidak peka. Apa ia hanya bisa bekerja, bekerja, dan bekerja?
Lalu buat apa kami berpacaran jika dirinya saja tidak pernah memahamiku.

"kau lupa? Hari ini sudah 1 tahun jadian kita" ucapku mengingatkan pria itu. Aku sudah lelah mengingatkan Jungkook beberapa hari penting yang harus ia ingat.

"memangnya kenapa?" tanyanya santai menatapku. Aku menghembuskan nafas kecil, tidak percaya yang baru disebutkan pria itu.

"kenapa? Bukankah kita harus merayakannya?!" nadaku menjadi naik.

"bukankah itu terlalu kekanak-kanakkan? Kita bisa melakukannya selain merayakannya dengan kue bukan?"

Kekanak-kanakan? Aku semakin memanas dibuatnya.
"itu hal yang wajar, Kookie" ucapku menarik nafas sebelum mengatakannya.

"bukannya dirimu tahu, tidak ada waktu untuk mengosongkan satu hari pun hanya untuk melakukan seperti itu Jihyun"

"pekerjaanku sudahlah banyak walau aku sudah lembur" imbuhnya dan menutup notepad.

Changes [Jeon Jungkook]Where stories live. Discover now