2. Menghilang

18.5K 1.7K 109
                                    

Aku hanya mengaduk-aduk segelas lemon tea-ku dengan malas. Mie bakso Mang Jajang yang biasanya dengan semangat membara selalu kuhabiskan sampai tak tersisa kini masih utuh dan mulai hilang kehangatannya.

"Lama-kelamaan bisa berbusa itu minuman! Sini buat gue aja!" Riska menyambar segelas lemon tea-ku dengan mudahnya. Yah, harus bagaimana lagi, my tenaga entek!

Aku dan my ceplas-ceplos bestfriend ini kini tengah berada dikantin. Tepatnya di meja paling pojok, tempat strategis buat pantengin deretan cogan terutama kakak kelas. Biasanya akulah yang paling bersemangat cari cogan buat vitamin mata, tapi sayang hari ini moodku sedang jelek. Jadi.... Bye bye cogan!

Sudah tiga hari semenjak Mas Misterius mengklaimku sebagai pacarnya ia tidak pernah lagi kelihatan. Aku tahu dia tidak masuk sekolah mengingat mobil McLarent P1 yang biasa ia kendarai tidak terparkir di pelataran sekolah seperti biasanya. Hm, padahal aku pengen katakan putus padanya.

"Yah ini anak malah ngelamun! Kesambet baru tahu rasa lo!" Omel Riska. " Lagian lagi ngelamunin apaan sih? Cerita dong!" lanjutnya setelah menyedot minumanku tadi dengan rakus.

Ya, aku memang belum menceritakan masalah kemarin kepada Riska. Aku belum siap, lagipula aku takut akan respon Riska nanti.
"Gue nggak apa-apa kok!" Aku memaksakan diri untuk tersenyum, walaupun hanya senyum tipis.

Riska memutar bola matanya. "Gue tahu dibalik 'nggak apa-apa' pasti ada 'apa-apa'-nya, Rin! Lo nggak usah bohong sama gue!"

Aku hanya bisa menghela napas berat. Riska adalah salah satu tipe cewek yang sukar untuk dibohongi. Dan dengan berat hati aku harus menceritakan semuanya. Toh lagipula kemungkinan Riska bisa memberi jalan keluar nantinya.

"Lo tahu Xande--"

"XANDER AXELIO?! ANAK 12 IPA 1 ITU?! Oh my god siapo seh disekolahan ini yang nggak kenal sama tuh cogan! Udah ganteng, tajir, pinter lagi!" teriak Riska blak-blakan.

"Nggak usah pake toa bisa nggak sih?" ucapku sinis saat melihat semua penghuni kantin memusatkan perhatiannya kepada kami gara-gara teriakan Riska.

Sahabatku itu hanya bisa nyengir tak berdosa. "Sorry refleks!" ucapnya seraya mengacungkan jarinya membentuk huruf 'V'.
"Emang kenapa? Tumben lo nanyain kak Axel, biasanya juga Mas Zeril mulu!"

"Jangan panggil Mas! Cuma gue yang berhak panggil Mas Zeril kayak gitu!"

Riska memonyongkan bibirnya.

"Tambah jelek lo kalo kayak gitu!"

Dan sedetik kemudian cubitan Riska berhasil mendarat dengan mulus di lenganku. Cubitannya memang kecil, tapi efeknya beuhh...... Mematikan!

"Aw, sakit tahu! Lo kira-kira dong kalo nyubit!" protesku seraya mengusap-usap bekas cubitan Riska yang memerah.

"Siapa suruh ngatain gue kayak gitu!" balas Riska.

"Lha kan gue cuman bercanda! Lo sih pake dimasukkin ke hati segala!" ucapku tak mau kalah.

"Lah, kok jadi nyalahin gue sih! Lagipula kalo gue masukkin ke hati, ya gue is dead lah!"

"Haishh, kenapa malah jadi berantem sih! Kapan nih gue ceritanya!" sungutku.

"Ya udah lanjutin aja ceritanya!" ucap Riska kemudian menaruh kepalanya diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja.

"Kemarin Mas Axel nembak gue!" bisikku karna takut ada yang mendengar.

"WHAT?! MAS--hmffff"

Dengan cepat aku membekap mulut Riska dengan tanganku saat suara toa-nya akan meledak. Sumpah, mimpi apa aku sampai dapet sahabat model kayak gini 😰

Possessive Boyfriend ✔Where stories live. Discover now