13. Ponsel Baru

7K 916 157
                                    

"Axel kampret!!"

Aku membanting pintu rumah seraya mengumpat. Dengan langkah menghentak dan wajah kusut, aku berjalan menuju ke dapur setelah melempar asal tasku hingga mengenai Bang Rion yang tengah tiduran di sofa.

"Riana! Durhaka lo ya!"

Aku sama sekali tidak memedulikan teriakan dari Bang Rion. Pikiranku sekarang hanya terpenuhi oleh berbagai macam umpatan kepada Mas Misterius, untung saja tadi aku tidak jadi pingsan karena saking shock-nya! Fiuh, pasti Mas Misterius bakalan grepe-grepe aku kalau pingsan! Bhaks 😆😆

Aku menghabiskan sekaleng soda dalam satu kali tegukan lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat. Aku menghela napas kasar dengan menyandarkan tubuhku ke kulkas.

"Baru jadi pacar aja udah belagu! Apalagi kalau udah jadi suami nanti, dih amit-amit!"

Sekarang aku harus bagaimana coba? Ponselku hancur, video idolaku hilang semua. Terus nomor teman-temanku yang ada di ponsel, apalagi nomornya Mas Zeril. Hiks, kuatkanlah hambamu ini ya Tuhan 😞

Padahal waktu dapetin nomornya Mas Zeril dulu itu butuh perjuangan yang sangat keras. Aku harus rela mengorbankan uang jajanku selama dua minggu agar dapat nomor Mas Zeril dari si Revin kampret.

"Dek, ada paket nih buat lo!"

Aku menoleh ketika Bang Rion datang dengan membawa sebuah kotak berbungkus kertas cokelat yang rapi. Aku mengernyit, seingatku aku tidak membeli barang online. "Dari siapa, bang?"

Bang Rion menghendikkan bahunya tidak tahu dan melemparkan kotak tadi dengan seenaknya. Untung aku mempunyai reflek yang cukup bagus, kalau tidak—ish, ish, ish!
"Emang teranjir lo jadi abang!"

"Makasih atas pujiannya. Lo emang adek gue yang paling teranjing."

Damn! Matilah engkau wahai Bang Rion!

Aku mendengus lalu lebih memilih untuk membuka kotak tadi, berusaha mengabaikan Bang Rion yang melirik-lirik kepo. Sebuah ponsel keluaran terbaru yang harganya selangit adalah isi dari kotak yang aku pegang. Aku spontan menganga, bahkan Bang Rion pun juga. Jadi kedua adik kakak yang kece ini sama-sama menganga.

Ponsel yang masih terbungkus oleh dashbook ini baru saja aku lihat iklannya di televisi dan harganya setara dengan sepeda motor. Tak ayal, perasaan marah langsung melingkupiku. Aku tahu siapa yang mengirim barang mahal ini.

"Bang Rion, anterin gue ke rumah Axel!"

Namun Bang Rion tak merespon karena abangku itu masih setia menganga lebar. Membuatku dengan gemas langsung menampar bibirnya. "Anterin, anjir! Malah bengong kek sapi ompong!"

Bang Rion tersadar dan langsung mengatupkan bibirnya. Dia mendengus kesal, "Ogah, buang-buang bensin gue aja!"

"Ish, katanya banyak duit! Masa' soal bensin aja perhitungan! Oh atau jangan-jangan selama ini lo ngaku-ngaku tajir padahal aslinya kere? Hayo ngaku lo! Lo pasti--"

Perkataanku terhenti ketika Bang Rion dengan jahatnya mencubit bibirku hingga aku tidak dapat lagi berbicara. Aku segera memberontak dan langsung mengusap bibirku kasar karena tangan Bang Rion itu tidak higienis.

"Cerewet! Ayo gue anterin!" Bang Rion merogoh kantongnya untuk mengambil kunci mobil.

"Nah, gitu dong!" Aku tersenyum cerah.

"Tapi pas pulang nanti, mampir ke pom bensin dulu ya. Gantiin bensin gue!"

"BANG RION!!"

-----------------------------------------

Possessive Boyfriend ✔Where stories live. Discover now