18. END

12.4K 1.1K 208
                                    

Aku menatap malas deretan snack ciki beraneka rasa di hadapanku lalu kemudian mengambilnya asal sampai memenuhi troli. Aku mendorong keranjang belanja itu tanpa semangat dan dengan wajah kusut. Aku telah kehilangan semangat setelah melihat kejadian menyedihkan kemarin.

Axel dekat dengan Fania, dan Mas Zeril ternyata sudah mempunyai pacar dari sekolah yang berbeda.

Aku sadar kalau selama ini aku salah karena tak menganggap keberadaan Axel. Tapi ini semua juga bukan sepenuhnya salahku. Salah sendiri sama Axel yang dulu langsung memaksaku untuk menjadi pacarnya disaat aku sedang mengagumi Mas Zeril.

Tapi kini perasaanku terhadap Mas Zeril sudah berubah. Begitupun dengan Axel, aku sudah mengetahui perasaanku sebenarnya. Hari-hariku terasa kosong dan terasa kurang saat Axel menjauhiku. Berbeda dengan Mas Zeril, bahkan aku sempat lupa sama cowok itu. Yang ada dipikiranku hanya Axel saja.

"Aish, Riana! Banyak amat ciki-nya! Lo mau nguras dompet gue, dek?"

Aku melirik malas ke arah Bang Rion yang sibuk menggerutu dan menaruh kembali beberapa ciki ke tempat asalnya. "Pelit lo, bang!"

"Gak apa-apa pelit, yang penting hidup!"

Mendengus, aku segera mendorong troli untuk pergi meninggalkan Bang Rion yang berteriak di belakang. Apa dia nggak malu teriak-teriak di tempat umum?

"Riana, barang diskonnya disini! Ngapain malah kesitu?!"

Aku mencoba untuk acuh tak acuh. Kalau bukan karena belanja bulanan untuk kebutuhan rumah, aku ogah banget belanja bareng Bang Rion. Soalnya aku harus mengawasi abangku itu karena kalau dia belanja sendiri, pasti dia bakalan beli barang sedikit. Belanja bulanan jadi berasa belanja harian!

"Itu es krimnya masih dibibirmu!"

Aku menoleh ketika mendengar suara perempuan. Mataku spontan membulat ketika mendapati Fania yang tengah berjalan bersama Axel dan menikmati es krim. Apalagi ketika Fania mengusap es krim yang tersisa di bibir Axel dengan mesra, dan Axel balas tersenyum lembut.

Hatiku memanas dan aku bisa merasakan mataku mulai berair. Tanganku mengepal kuat dengan menatap penuh emosi kepada dua sosok manusia yang berada tidak jauh dari posisiku. Axel masih berstatus sebagai 'pacarku', tapi mengapa dia malah bermesraan dengan cewek lain?!

Tak memedulikan troli belanjaanku, aku melangkah cepat dengan langkah lebar mendekati Axel dan Fania yang sepertinya masih belum menyadari keberadaanku.

Plak!

"Axel!"

Fania memekik kaget saat telapak tanganku melayang dan mendarat di pipi Axel hingga menimbulkan suara tamparan yang cukup keras. Membuat beberapa pengunjung mall mulai mengalihkan perhatiannya kepada kami.

Aku menatap Axel dengan tatapan kecewa dan deru napas yang memburu. Axel sendiri hanya diam dan memegangi bekas tamparanku. Dia menatapku dengan datar tanpa ekspresi.

"Riana, lo apa-apaan sih!" Fania berteriak tak terima sembari mendorong bahuku.

"Lo yang apa-apaan! Axel itu pacar gue, jangan keganjenan deh lo!" Balasku dengan berteriak marah dan mendorong bahunya. Dia dorong, gue dorong! Dia jambak, gue bales jambak!

"Lo pacar Axel?" Fania menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tergelak. "Lo bercanda? Gue yang pacarnya Axel!"

Aku sedikit tersentak atas ucapan dari Fania. Tapi aku tidak langsung percaya, aku beralih menatap Axel yang balas menatapku. Tanganku terulur memegang tangan cowok itu. "Axel, dia bukan pacar kamu kan? Bilang kalau dia cuman bohong!"

Namun apa yang aku dapat? Axel malah melepas pelan genggaman tanganku dan berbalik memeluk Fania. "Dia pacar aku."

Mataku membulat shock. Aku menggelengkan kepala tidak percaya dengan air mata yang mulai berjatuhan. "Nggak! Kamu bohong! Pacar kamu itu aku, Axel! Aku pacar kamu!"

"Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa."

"Nggak! Kamu bohong! Kamu nggak bisa giniin aku! Nggak!" Aku menggeleng berulang kali dan mencoba memegang tangan Axel, namun cowok itu berusaha menghindar.

"Udah sayang, ayo kita pergi. Nggak guna kita ngeladenin dia!" Fania tersenyum sinis sembari mengajak Axel pergi. Dan sakitnya, Axel menurut dan berbalik meninggalkanku bersama Fania.

Aku mengigit bibirku untuk menahan isak tangisku. Hatiku sudah cukup terluka saat mendapati kenyataan ini. Dan sebuah dorongan kuat dari dalam hati, bibirku melontarkan kata-kata yang sudah ingin aku ucapkan sedari kemarin.

"AXEL, AKU CINTA SAMA KAMU!"

Hening.

Napasku terengah-engah dengan hati serasa lepas setelah berhasil mengutarakan perasaan yang sudah aku sadari. Mataku menatap lekat ke arah Axel dan Fania yang terhenti di tempatnya setelah mendengar teriakanku. Harapanku adalah Axel akan berbalik dan tersenyum sambil memelukku lantas mengucapkan hal yang sama.

Namun harapanku itu langsung musnah ketika Axel dan Fania kembali melanjutkan langkah mereka tanpa berbicara sepatah katapun.

Hancur.

Aku langsung menangis terduduk dan menenggelamkan wajahku di telapak tangan. Hatiku hancur, dan ini semua akibat kebodohan yang aku lakukan selama ini. Aku telah menyia-nyiakan orang yang selama ini sudah perhatian kepadaku. Dan disaat dia pergi, aku mulai menyadari kalau dia adalah orang yang sangat berarti bagiku.

"Jangan menangis."

Suara bass itu terdengar bersamaan dengan sentuhan lembut yang melepas tangan yang menutupi wajahku hingga aku bisa melihat wajah tampan Axel yang tersenyum lembut. Aku spontan mengucek mataku untuk memastikan kalau ini bukanlah halusinasi.

"Aku juga mencintaimu, Ariana."

Aku reflek memeluk Axel dengan erat dan menumpahkan tangisku di dekapannya. Axel juga balas memelukku tak kalah erat sembari mengusap rambutku. "Sudah jangan menangis, aku tidak suka air matamu."

"Maafkan aku karena selama ini selalu mengabaikanmu." Aku menatap Axel dengan berlinang air mata.

Axel menyeka air mataku lalu menangkup kedua pipiku. "Aku yang minta maaf. Seharusnya aku melakukan pdkt terlebih dahulu, bukan langsung memerintahmu untuk jadi pacarku."

"Lalu bagaimana dengan Fania?" tanyaku sedikit cemburu mengingat kejadian tadi.

Axel tersenyum. "Fania adalah sepupuku. Dia sudah punya pacar di Bandung."

Aku tersentak kaget. Jadi Axel telah merencanakan ini semua agar aku mengutarakan perasaanku?

Aku ingin marah, namun Axel sudah terlebih dahulu memelukku. Dan aku balas memeluknya erat. "Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu."

Dan ini adalah awal dari kisah percintaan kami berdua.



TAMAT


Yoyoyo asek asek joss!! akhirnya cerita ini selesai juga!

Niatnya sih mau bikin sad ending, tapi entar gue didemo 😂😂

Maaf jika nggak jadi sampai 20 part 😔 dan terimakasih atas dukungannya!

Jangan lupa mampir ke ceritaku yang lain! Karakter cowok di ceritaku rata-rata posesif semua 😂😂

Papay!

Possessive Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang