12. Si Menyebalkan

7.1K 956 90
                                    

Menit ini, detik ini, adalah waktu mengerikan setelah melihat gebetan jalan sama sahabat sendiri. Di sisi kanan, tampak Mas Misterius dengan raut wajahnya yang tidak bisa dikatakan bersahabat. Dan di sisi kiri, Mas Zeril malah rajin menebar senyuman.

"Eh, Axel. Darimana?" Mas Zeril bertanya dengan raut wajah secerah mentari. Melihatnya saja membuatku tidak sanggup jika terkena bogeman dari Mas Misterius.

"Bukan urusan lo!" Mas Misterius menjawab dengan ketus sembari menatap sinis ke arah Mas Zeril. Ish, rasanya pengen aku colok tuh mata! Berani-beraninya menatap Mas Zeril kayak gitu!

"Dan kamu, ikut aku!" Mas Misterius beralih menatapku dan langsung menarik tanganku hingga aku menabrak dadanya. Dan dadanya keras cuy!

"Apaan sih, Xel!" Aku merengut lalu meringis ketika cengkeraman Mas Misterius pada lenganku mengerat. Sumpah, ini lebih sakit daripada lihat Uttaran tamat! Oh, demi dewa!

"Nggak seharusnya lo kasar sama cewek!" Mas Zeril bersuara dengan menatap Mas Misterius dengan raut tidak suka. Omaygat, aku dibela guys!

Mas Misterius tersenyum miring dan memandang Mas Zeril dengan pandangan mencemooh. "Lo nggak laku ya sampai mau jadi PHO?"

Mataku membulat dan Mas Zeril mengernyit ketika mendengar ucapan dari Mas Misterius yang kasar dan tidak difilter.

"Riana itu cewek gue, jadi lo jangan pernah deketin dia!" peringat Mas Misterius dingin lalu segera menarikku pergi, meninggalkan Mas Zeril yang masih terpaku di tempatnya. Oh Mas Zeril-ku yang malang! Tega kau Mas Misterius, tega!

"Axel, lepasin!"

Mas Misterius tak menggubrisku dan tetap membawaku ke suatu tempat yang aku ketahui sebagai toilet laki-laki. OMG, hellow! Masa' Riana yang cantik ini masuk ke toilet laki-laki? Apa kata dunia? Entar aku dikira cewek mesum lagi!

"Ish, Axel lepasin!" Aku mencoba memberontak namun Mas Misterius tetap membawaku masuk ke dalam toilet lalu menguncinya. Untung di dalam toilet sedang tidak ada orang selain kita berdua, jadi image-ku masih terjaga!

"Apa-apaan sih kamu pake bawa-bawa aku kesini segala!" protesku kesal apalagi ketika Mas Misterius memojokkanku hingga ruang gerakku menjadi terbatas.

"Kamu yang apa-apaan! Kamu itu pacar aku, tapi dengan seenaknya kamu malah berduaan sama cowok lain!" Mas Misterius berteriak dengan napas memburu. Baru kali ini aku melihat dia kehilangan kontrol akan emosinya.

"Kamu sudah berjanji tadi, tapi dengan cepat kamu melanggarnya!" Mas Misterius menatapku tajam dengan alis yang mencuram. Manik kelamnya tampak berkilat antara marah dan juga kecewa.

Aku pun hanya bisa menghembuskan napas berat. Ya, ini memang salahku. Aku sudah berjanji untuk tidak berdekatan dengan Mas Zeril, tapi aku malah melanggarnya. "Maaf."

Aku menunduk memandang sepatu yang dikenakan oleh Mas Misterius—yang aku tahu harganya lebih mahal dari televisi di kamarku. Helaan napas terdengar keluar dari Mas Misterius setelah dia bergeming beberapa saat. Lelaki itu menarikku ke dalam pelukannya, memelukku erat sembari mengusap rambutku naik turun.

"Aku harap ini jadi yang terakhir karena aku bukan sesabar yang kamu kira."

-----------------------------------------

Panas. Gerah. Itulah yang kurasakan sekarang. Salahkan saja kepada Mas Misterius yang tidak menghidupkan AC mobil dengan alasan karena AC mengandung CFC yang membuat lapisan ozon menipis. Dasar anak Ipa!

"Aduh, Axel! Gerah banget ini!" Aku mengusap keringat yang bertengger cantik di wajahku dengan menatap Mas Misterius yang tampak fokus menyetir.

Mas Misterius melirikku sekilas lalu ia mengambil sesuatu dari dalam dashboard yang ternyata adalah sebuah kipas angin berukuran mini.

"Kenapa nggak dari tadi?!" ucapku sewot sembari menyambar kipas itu lalu menyalakannya. Membuat angin yang berhembus dari benda itu menerpa wajahku, memberikan sensasi sejuk yang sudah aku idam-idamkan sedari tadi.

"Kamu nggak bilang." jawab Mas Misterius enteng dengan pandangan fokus ke depan. Membuatku mendengus karena perkataannya memanglah benar.

Jakarta hari ini cuacanya sangatlah panas sekali. Menghantarkan rasa gerah yang sangat menyebalkan. Fiuh, untung seorang Riana itu baik dan juga sabar!

Di dalam mobil, suasananya sangatlah garing menurutku. Mas Misterius terus saja fokus menatap ke depan dengan monotonnya. Ah, nggak asik! Mendingan aku kerjain aja 😈

Aku mengulas senyum devil dengan rambut yang melambai-lambai tersapu angin dari kipas. "Axel, kita putus yuk!"

Ciiiiiiiiitttt!!

"Eh, anjir!"

Aku spontan mengumpat ketika Mas Misterius  mengerem mendadak sehingga membuat keningku hampir membentur dashboard jikalau tidak memakai sabuk pengaman. Wah bisa berabe jika keningku melebar nanti! Bisa dijadikan daratan pesawat entar!

Mas Misterius menoleh cepat ke arahku dengan rahang yang mengetat. "Ngomong apa kamu tadi?"

Aku meneguk saliva dengan susah payah. Melihat suasana yang rupanya tidak bersahabat, aku pun mengeluarkan cengiran lebar. Sepertinya akan menjadi runyam jika aku tidak segera beralibi. "Ah, enggak kok. Aku cuma mau kita putusin buat baju couple! Iya, baju couple!"

Sedetik kemudian aku ingin sekali menampar bibirku yang dengan lancang berkata demikian. Ogah banget aku kalau harus pakai baju couple bareng Mas Misterius!

Mas Misterius menatapku lama dengan sedikit kecurigaan disana. Namun sesaat kemudian dia melengos dan kembali menjalankan mobilnya di jalan sepi ini. "Alay!"

Tak ayal aku langsung menghela napas lega saat mendengar respon dari Mas Misterius tersebut. Akhirnya selamat kau Riana!

"Tapi kalau kamu mau, aku pesenin!"

Mataku langsung membulat, "Ish, enggak! Tadi aku cuma--"

"Nggak terima penolakan!"

Fuck! Tolong siapapun di dunia ini untuk bantu buang Mas Misterius ke Sungai Ciliwung! Tapi kalau bisa buang ke segitiga bermuda saja, biar lenyap!

Aku mendengus dan lebih memilih untuk diam. Memprotes adalah hal yang sia-sia karena aku sudah mulai mengerti sifat Mas Misterius. Jadi aku lebih memilih untuk membuang muka ke pemandangan di luar jendela. Kampret emang Mas Misterius! Untung dia tidak lebih menyebalkan dari neneknya Tapasha!

Drrt.. Drrt..

Ponselku yang berada di atas dashboard bergetar dan aku melihat sebuah panggilan masuk. Dari foto profilnya, mataku langsung berbinar senang saat mendapati ternyata yang menelepon adalah Mas Zeril.

"Eh?"

Baru saja aku mau menekan tombol hijau, Mas Misterius tiba-tiba merebut ponselku dengan paksa. Akupun sampai dibuat kaget olehnya. "Axel, balikin!"

Mas Misterius terlihat bergeming dengan menatap lurus ke layar ponselku walaupun sesekali melihat ke depan. Lelaki itu berdecak, "Ck, dasar pengganggu!"

Sedetik kemudian dengan santainya Mas Misterius melempar ponselku ke luar jendela dan setelah itu memasang wajah tak berdosanya.

Anjay!!

Aku menganga tak percaya dengan tubuh yang melemas. Otakku mendadak nge-blank ketika ponselku mendarat di aspal jalan dengan tidak etisnya.

Tuhan, biarkan Riana pingsan dulu. Makasih ^_^

-------------------------------------------
Tbc.

Kasih tanggepan please 😌😌

Possessive Boyfriend ✔Where stories live. Discover now