Bagian 3

1.1K 69 7
                                    

Pangeran mahkota terdiam, ia akhirnya menyadari kenapa putri mahkota tak marah ataupun kesal ketika ia berulah, putri mahkota merasa bersalah atas pukulannya semalam, pangeran mahkota nampak memelengkungkan senyumnya

" ooo... itu bahkan meninggalkan bekas berwarna biru kehitaman " jawabnya dengan nada datar namun diiringi sebuah senyum

" benarkah ?? yaa... kau tidak benar – benar terluka bukan ? bukankah kau sangat kuat ?kau pandai bermain pedang, pandai bela diri pandai olah raga dan lebih lagi kau adalah pangeran mahkota" Tanya putri mahkota, ekspresi kecemasan tergambar di wajahnya

Pangeran mahkota tersenyum melihat kecemasan terdengar dari suara putri mahkota

" jika kau tidak percaya... kau bisa melihatnya sendiri " ia semakin mengoda sang istri

Putri mahkota terdiam, wajahnya terlihat sendu " maaf.... Aku benar – benar minta maaf karena hal itu, aku tidak tahu jika ...."

" sudahlah...." Pangeran mahkota memotong cepat ucapan sang istri ketika nada suara putri mahkota sudah terdengar sendu " Ucapan maafmu membuatku merinding, kau lebih baik memakiku ataupun menendangku saja, sumpah... ucapan maafmu membuatku merinding "

Putri mahkota nampak membusungkan dadanya dan menghela nafas berat

" mama.... Daebi – mama sudah menunggu anda di pavilliun barat " seorang dayang mengabarkan

" yee... aku akan segera menemui halma – mama " putri mahkota nampak berdiri dengan gontai" seja jeoha... hamba harus menemui nenek, sampai bertemu nanti " putri mahkota menata kedua tangannya didepan perut kemudian Ia membungkuk memberi hormat pada pangeran mahkota sebelum pergi, ia berbalik dan berjalan pergi

" yaaa... sejabin " pangeran mahkota memanggilnya

Putri mahkota menghentikan langkahnya dan berbalik menatap tirai, pangeran mahkota berdiri tepat dibelakang tirai sambil menatapnya

" sejabin.... Terima kasih... karena mencemaskanku, aku baik – baik saja... aku kuat... karena aku adalah pangeran mahkota bukan " pangeran mahkota sedikit terkekeh diakhir kalimatnya untuk menghibur sang istri, sebuah sinar kasih terpancar dari matanya

Putri mahkota tersenyum " yee... hamba pergi yang mulia, geurom"

" tidak... maksudku...bersemangatlah..." pangeran mahkota berusaha untuk menyemangatinya " jika kau bisa lulus ujian aku akan mengajakmu melihat festival lampion diluar istana"

" lampion di luar istana ?benarkah ? kau janji... kau sudah janji kan... kau yang berjanji jadi kau harus menepatinya " putri mahkota terlihat begitu bersemangat , maklum saja sejak 2 tahun lalu setelah ia menjabat sebagai putri mahkota, ia tak pernah keluar dari istana

" ooo... aku berjanji "

Putri mahkota tersenyum, memandang senyum samar putri mahkota dari balik tirainya pemuda 17 tahun itu nampak terkejut, dadanya tiba – tiba berdebar dengan kencang, ia memegangi dadanya yang terasa berdebar tersebut

Ditatapnya putri mahkota kini yang sudah menghilang dibalik pintu kamarnya

" apa yang terjadi padaku ?" gumamnya

" jeoha.... Sepertinya anda mulai peduli pada putri mahkota " kasim ma yang membantunya berpakaian nampak berkomentar

" tentu saja aku peduli.... Dia... putri mahkotaku bukan " jawabnya seraya menatap lurus kedepan tempat dimana putri mahkota pergi, seulas senyum tersungging di wajah tampannya

Tapi itu bukanlah apa yang dimaksudnya kasim ma, pemuda itu sepertinya mulai " peduli " dalam arti menyayangi dan memperhatikan gadis muda itu, sebuah awal yang buruk dan kini perlahan mulai membaik

FATED TO LOVE YOU [On - Going]Where stories live. Discover now