#12

9.5K 898 2
                                    

Dipagi hari, dia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Dia telah menembus ke Junior Material Art. Dan sekarang dia sudah siap untuk membalaskan dendamnya.

Hari ini, Xi Xi ingin menyibukkan diri dengan membuat Pil. Kebetulan masih ada ruangan kosong, dia dapat menggunakan ruangan itu untuk pembuatan Pil dan gudang Pil-pilnya.

Xi Xi pergi keruangan kosong. Ruangan dengan pintu kayu yang berukir burung phonix disudut pintu. Itu sangat indah, Xi Xi membuka pintunya dan masuk kedalam. Itu adalah ruangan yang benar-benar kosong, tak ada apa-apa.

Xi Xi berfikir untuk membeli beberapa rak besar untuk menempatkan Pil dan tanaman obatnya, dan kebutuhan lainnya. Saat Xi Xi sedang memikirkan rencananya. Dia dikejutkan ketukan pintu diluar.

Xi Xi berjalan keluar dan membuka pintunya, Xi Xi mendapatkan seorang pelayan yang berdiri didepannya dengan ekspresi terburu-buru. Xi Xi mengernyitkan dahinya bingung.

"Katakan." ucap Xi Xi datar.

"Nona, saya diperintahkan oleh Tetua Du untuk memanggil nona." ucap pelayan.

"Kenapa?" Xi Xi bingung, kenapa Tetua Du memanggilnya?

"Maaf nona, tapi tadi pagi-pagi sekali ada dua gadis yang ingin bertemu dengan nona dan membuat pertengkaran kecil di Du Herb Hall." jelas pelayan.

Alis kanan Xi Xi sedikit terangkat. Tak ingin terlalu memikirkannya, Xi Xi segera pergi menemui Tetua Du dengan pelayan itu. Pelayan mengatakan jika Tetua Du saat ini ada diruangan Penatua Li.

Saat didepan ruangan Penatua Li, Xi Xi melihat ada beberapa pelayan yang sedang berkumpul tak jauh dari pintu ruangan. Xi Xi segera memasuki ruangan dan melihat ada dua gadis yang dia tolong kemarin berdiri dihadapan Penatua Li.

"Ada apa ini?" ucap Xi Xi datar.

Tetua Du yang sedang duduk dikursi Penatu Li langsung berdiri dan menghampiri Xi Xi.

"Gadis kecil." panggil Tetua Du tapi hanya dibalas anggukan Xi Xi.

An Lu yang mendengar suara Xi Xi langsung menoleh dan menghampiri Xi Xi. An Lu bersujud didepan Xi Xi dan diikuti oleh An Ru. Xi Xi mundur satu langkah karena terkejut dengan apa yang dilakukan gadis kembar itu.

"Apa yang kalian lakukan?" ucap Xi Xi datar.

"Nona, tolong jadikan kami pelayan nona. Kami akan melayani nona dan setia kepada nona." ucap An Lu masih bersujud.

"Kami akan selalu mengikuti perintah nona, dan tak akan mengecewakan nona. Kami akan mempertaruhkan nyawa kami untuk keselamatan dan kenyamanan nona." tambah An Ru.

Xi Xi sedikit terdiam, apa karena dia menolong mereka, mereka menganggapnya dewi penolong?

"Apa yang kalian lakukan, cepat berdiri." ucap Xi Xi.

An Lu dan An Ru sedikit ragu untuk berdiri. Tapi dia tak ingin membantah dan berdiri dengan kepala menunduk.

"Sekarang, kenapa kalian datang kemari dan membuat keributan disini?" ucap Xi Xi dingin.

An Ru Dan An Lu sedikit takut mendengar nada dingin Xi Xi. An Lu memberanikan diri untuk menjelaskan kedatangan mereka kesini.

"Kami ingin mengabdikan diri untuk nona dan melayani nona selama hidup kami." ucap An Lu.

"Kenapa kalian ingin melayaniku? Apa karna aku menolong kalian kemarin? Aku hanya menolong kalian, jadi jangan terlalu memikirkannya." setelah mengatakannya, Xi Xi berbalik untuk meninggalkan ruangan.

An Lu sedikit panik dan langsung menghentikan Xi Xi, An Lu berdiri dihadapan Xi Xi.

"Nona, meski nona hanya menganggap itu sebuah pertolongan, tapi itu sangat bermakna bagi kami. Nona menyelamatkan nyawa kami dan menolong kami agar dapat melaksanakan ritual untuk ayah kami. Bagi kami itu pemberian yang besar untuk kami." ucap An Lu.

An Ru menghampiri Xi Xi dan menambahkan.

"Nona adalah penyelamat kami, dan kami akan membalasnya dengan hidup kami. Mungkin hidup kami tak bisa dibandingkan dengan pertolongan nona, tapi hanya ini yang dapat kami lakukan. Kami akan memberikan hidup dan kesetiaan kami untuk nona." ucap An Ru.

Xi Xi melihat dua gadis lemah dan rapuh, tapi disisi lain Xi Xi melihat kejujuran dan keberanian yang menggebu-gebu dalam diri mereka.

Dimata mereka terlukiskan ketegasan dan kesetiaan. Xi Xi sedikit terkejut melihat itu. Penatua Li yang melihat dua gadis itu yang terus memohon pada Xi Xi merasa risih dan ingin mengusirnya.

Penatua Li maju tapi dihentikan oleh Xi Xi dengan isyarat tangan. Setelah memastikan Penatua Li tak maju lagi, Xi Xi memandang An Lu dan An Ru lekat.

"Jadi, kalian menawarkan hidup dan kesetiaan kalian?" ucap Xi Xi penuh rencana diotaknya.

An Lu dan An Ru mengangguk serempak. Xi Xi tersenyum melihat ketegasan yang terpencar dimata mereka.

"Baiklah, mulai sekarang kalian adalah orang-orangku." ucap Xi Xi tenang.

Tetua Du dan Penatua Li terkejut dengan keputusan Xi Xi.

"Gadis kecil, apa kau sungguh-sungguh menerima mereka?" ucap Tetua Du tak yakin dengan keputusan Xi Xi.

Xi Xi hanya mengangguk dan mengajak An Lu dan An Ru ke paviliumnya. Sebelum sepenuhnya keluar, Xi Xi berbalik kearah Tetua Du dan Penatua Li yang terdiam.

"Namaku Xi Xi." ucap Xi Xi datar.

Sebenarnya Xi Xi tak terlalu suka jika dipanggil gadis kecil oleh Tetua Du. Dimasa modern dia berumur 22 tahun, tapi dia bertransmigrasi ketubuh gadis umur 13 tahun. Tubuh ini memang kecil, tapi jiwanya dewasa.

Setelah mengatakan, Xi Xi pergi dengan An Lu dan An Ru. Tetua Du memandang Penatua Li dengan ekspresi yang baru mengingat sesuatu.

"Ohh, aku baru ingat kalau akau belum tahu nama gadis kecil selama ini. Jadi namanya Xi Xi." ucap Tetua Du sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Jadi, kita akan memanggilnya dengan namanya?" tanya Penatua Li.

"Tidak, nona besar sepertinya bagus." saran Tetua Du.

Penatua Li hanya mengangguk. Tetua Du yang sudah tak ada urusan lagi kembali keruangannya.

Di pavilium, Xi Xi menyuruh An Lu dan An Ru duduk dikursi dan menunggu sebentar, Xi Xi pergi kekamarnya.

"JingHuan." panggil Xi Xi.

JingHuan yang sedang duduk bersandar dijendela menoleh dan menghampiri Xi Xi.

"Nyonya kau sudah kembali."

JingHuan merasakan ada kehadiran orang lain, JingHuan menoleh kearah pintu. Xi Xi melihat JingHuan yang merasakan kehadiran orang lain menjelaskan.

"apa kau ingat dua gadis yang kita tolong kemarin?" tanya Xi Xi, JingHuan mengangguk. "Mereka datang kemari dan menawarkan hidup dan kesetiaan mereka." ucap Xi Xi tenang.

"Apa nyonya percaya? Lebih baik kita menyelidiki mereka dahulu sebelum menerima mereka." ucap JingHuan curiga pada An Lu dan An Ru.

Xi Xi menatap JingHuan dengan melipat tangannya didada. JingHuan mengernyitkan dahinya melihat tatapan Xi Xi.

"Ada apa nyonya? Apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanya JingHuan sedikit ragu karena dia takut menyinggung nyonyanya.

"Tidak. Aku hanya berfikir kalau kita mempunyai fikiran yang sama tentang hal ini. Karna aku juga tak terlalu mempercayai mereka." ucap Xi Xi tenang dan duduk bersandar diranjang.

JingHuan hanya mengangguk dan ikut duduk disofa dekat ranjang.

"Lalu? Apa rencana nyonya?" tanya JingHuan ingin tahu rencana Xi Xi.

Bibir Xi Xi sedikit terangkat dan membuat JingHuan tambah penasaran.

Wu Xi XiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang