PROLOG

439K 17.3K 1K
                                    

Suasana di aula kini menegang, ruangan itu tertutup rapat, didepan, berdiri seorang gadis yang menguncir rambutnya dengan pita berwarna kuning dan juga senior lain yang menatap sinis ke arahnya, di sisi lain, seorang cowok yang juga memakai nametag besar sedang di push up dengan hitungan yang terus di ulang-ulang, keringat menetes di dahinya, dan itu terlihat mengesankan.

"Ayo bilang maaf ke semuanya, karena hari ini kamu telat dan gak bawa semua alat ospek!" Ucap seorang kakak senior cantik, dengan rambut yang tergerai panjang, membuat siapapun melirik ke arahnya.

"Saya minta maaf," gadis itu berucap datar tanpa minat, di sudut ruangan ia merasakan ada yang menertawakannya, seorang senior cowok yang ia ketahui sebagai ketua OSIS di SMA Gerbang, sedang terkekeh melihat dirinya di permalukan.

"Pake nama dong minta maafnya!" ucap senior lainnya.

"SAYA JIZCA ADARAISA MEMINTA MAAF SUDAH TELAT KARENA ABANG SAYA MENYEMBUNYIKAN PERALATAN OSPEK SAYA!" Jizca mendengus kesal setelah mengucapkan kalimat itu, sebagian murid tertawa, namun sebagian lainnya merasa bingung.

"Hmm, sekarang kamu yang di pojok! Kedepan! udahan dulu push upnya!" Lagi-lagi ucap senior cantik itu,

Dengan malas cowok yang sedari tadi di hukum itu bangkit, berjalan kedepan dengan santainya, ini menjadi tontonan murid-murid baru di SMA Gerbang,

"Uhh cocok yaa, yang satu cewek yang satu cowok, mau di apain nih kak?" Tanya senior cantik pada sang ketua OSIS.

"Keliling lapang aja deh, sekalian kenalan sama lapang baru kalian," ketua OSIS itu menggiring keduanya menuju area lapang.

Ini benar-benar penyiksaan, Jizca telat dan tidak membawa peralatan ospek bukan salahnya, tapi salah abangnya, dan kalian tau siapa abang Jizca? Namanya Revan Bagaskhara. Ketua OSIS SMA Gerbang. Sangat tidak adil bukan?

"Tiga puteran aja cukup!" Ucap Revan tegas,

"Ah elah bang! Dua aja ya! Abang kok sama Jey jahat banget sumpah!" Jizca memanggil dirinya 'Jey' yang merupakan panggilan abangnya.

"Apa? 5 puteran? Oke!" Ucap Revan santai.

Mata Jizca membulat, dan ia melirik ke sampingnya, cowok yang juga anak baru sepertinya berdiri dengan malas, name tag besar bertuliskan Devin Arkasaf R. Bertengger di dada sebelah kanannya.

Ia melirik Jizca dan Revan, lalu mulai berlari mengelilingi lapangan, tanpa bantahan.

"Lo bisa mulai sekarang," ucap Revan mengisyaratkan Jizca untuk berlari mengikuti Devin, cowok ganteng pake banget itu.

Jizca mengerucutkan bibir, lalu mulai berlari. "Hai nama gue Jizca, lo siapa?" Tanya Jizca yang menyusul lari Devin.

Devin hanya meliriknya sekilas, apa cewek ini rabun? Jelas-jelas Devin memakai nametag besar yang memperlihatkan namanya.

"Devin," ucapnya tidak minat,

"Maaf ya gara-gara gue jadi hukumannya di tambah, ngomong-ngomong kok lo bisa di hukum? Lo telat juga?" Tanya Jizca penuh minat.

"Kalo lari mulutnya diam, nanti gampang capek!" Tegurnya tanpa menjawab pertanyaan Jizca.

"Gak apa-apa. Lagian gue mau pura-pura pingsan, biar Bang Evan tau rasa! Adeknya pingsan gara-gara kecapean,"

"Sinting," gumam Devin pelan lalu mempercepat larinya, sementara Jizca mulai menjalankan dramanya, ia berjalan sempoyongan dan tak lama menjatuhkan diri seolah pingsan.

Brukk!

Devin melirik ke belakang, melihat Jizca sedang berpura-pura pingsan, beberapa senior menghampirinya terlihat panik, dan Devin hanya tersenyum miring seraya menggelengkan kepalanya.

"Kamu! Yang lagi lari! Berhenti!" Teriak salah satu senior yang mengerubuni Jizca.

Devin mentapnya, perasaannya tidak enak, ia pasti di manfaatkan, namun ia masih berjalan menghampiri.

"Ada apa?" Tanyanya datar.

"Tolong bawain adik ini ke UKS, cepet! Kasian!" Ucap senior yang tadi memanggilnya.

Devin sedikit mendengus kesal,

Pertama; cewek itu yang membuatnya di push up di aula, karena Jizca merebut taxi online yang ia pesan. Dan dengan tidak tahu diri, tadi cewek itu menanyakan kenapa ia dihukum di aula.

*flashback on*

"Vin, kamu pergi hari pertama bareng kakak mu ya, hari pertama gak boleh bawa kendaraan sendiri kan?" Tanya Yulia, mamanya Devin.

Devin hanya melihat Natasha, kakaknya yang sedang sibuk berkutat dengan laptop, dan sekali-kali mengacak rambutnya.

"Ma! Kakak pergi duluan! Ngurus perizinan di sekolah, Devin pake taxi online aja!" Ucap Natasha terliat frustasi.

Kali ini Devin tidak membantah, bisa satu sekolah dengan kakaknya membuat moodnya hancur, ia malas di awasi.

setelah 15 menit Natasha pergi, Devin memesan taxi online, karena tidak ada bis atau angkutan umum yang menuju sekolahnya. Meskipun ia tau, motor besar miliknya kini bertengger manis di halaman depan, untuk hari pertama, ia tidak ingin bermasalah.

Sebuah mobil hitam menghampiri Devin, si pengemudi itu membuka kaca mobilnya, dan tersenyum ramah,

"Dek, yang mau ke SMA Gerbang?" Pengemudi itu bertanya dengan senyum yang masih tersisa di bibirnya.

"Iyaaa pakk!" Teriak seorang gadis dari belakang Devin, ia berlari kecil dan langsung membuka pintu mobil itu, masuk secepat kilat.

"Lah? Gak bisa gitu dong pak! Saya yang pesan," ucapnya kesal,

"Maaf dek, kalian kalau sama tujuannya, kenapa engga bareng saja? Nanti ongkosnya dibagi dua," ujar pengemudi itu mencoba menengahi,

"Pak cepet! Saya bayar dua kali lipat!" Ucap gadis itu,

"Gimana dek? Mau bareng?"

"Gak usah pak, saya gak di ajarin buat duduk sebelahan sama tukang tikung taksi orang," ucapnya datar.

Devin kembali berjalan ke rumahnya, menyalakan mesin motor besarnya, dan menjalankan dengan cepat, terlihat sangat, sangat, sangat kece. Namun ketika sampai sekolah, tentu saja ia di tahan oleh para senior OSIS, dan akibat itu, ia dihukum.

*flashback off!"

Kedua; hukumannya bertambah karena cewek itu mencoba menawar, yang seharusnya tiga menjadi lima.

Ketiga; ia tahu cewek itu hanya berpura-pura, untuk apa ia membantunya menggendong ke UKS.

"Cepet bantuin angkat!" Teriak senior OSIS lagi.

"Maaf, saya gak di ajarin buat ngangkat cewe tukang tikung taksi orang," ucap Devin nyaring, dirinya hampir terkekeh sendiri, sebenarnya ia tidak mau mengungkit itu.

"Hehh!! Gue bukan tukang tikung taksi orang!" Jizca bangun seketika, aksi dramanya berakhir, para senior disana bingung, kenapa bisa adik kelasnya ini langsung tersadar?

Devin tersenyum miring melihat Jizca yang langsung membulatkan matanya, Jizca terlihat malu ketahuan pura-pura, wajahnya memerah, dan ia melihat kepergian cowok itu dengan emosi yang hampir pecah. Sebelumnya, ia tidak pernah dipermalukan, dan Devin tidak peduli sama sekali.

👑

Tenang, masih awal:) ayo main tebak tebakan sama queen, besok up lagi semoga bisa konsisten up cepet.

If i.. (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now