👑Soul👑

143K 10.3K 585
                                    

Tanpa bibir yang harus berucap pun, hati tahu kemana ia harus singgah.
👑

Devin menyeka keringat di dahinya setelah peluit panjang tanda permainan telah usai dibunyikan. Hari ini jadwal kelasnya berolahraga dengan materi tentang basket, banyak siswi SMA Gerbang yang menonton
pertandingan kelasnya, tentu saja ia menjadi sorotan, tak hanya karena kemampuannya yang lebih menonjol dari teman-temannya yang lain, tetapi  faktor wajahnya juga bisa membuat siapapun meleleh karenanya.

"Kok rame banget sih?" Tanya Jizca pada Bella yang kini sudah mengganti baju olahraga dan bersiap menuju lapang,

"Gak tau, atau emang disini gini kali ya? Tiap ada yang pelajaran olahraga bakal di tontonin?" Bella balik bertanya,

Jizca hanya mengedikkan bahunya,

"Ahh.. Ini ini, gue dapet foto cogan yang daritadi cetak poin itu!" Seorang cewek yang barusan berbicara itu terlihat histeris memamerkan foto yang didapatnya.

"Duhh namanya siapa sih?" Tanya yang satunya lagi.

"Yang jelas kan dia kelas sepuluh IPA 1 itu!"

Cewek-cewek itu tertawa, terlihat gembira.

"Cewek di sekolah ini emang pada kehausan cowok gitu? Keliatannya lebay banget," komentar Jizca.

Bella hanya terkekeh mendengarnya, dan ketika mereka menuruni tangga, mereka berpapasan dengan Devin dan juga teman-temannya.

"Hai Vin!" Sapa Bella dengan senyum di bibirnya, sementara Devin hanya mengangkat kedua alisnya dan teman-temannya Devin yang heboh bercuit.

Mau yang kiri apa yang kanan?

Yang kiri cantik

Yang kanan imut kebangetan.

Ya kira-kira seperti itu cuitan dari teman-temannya Devin, Jizca menautkan kedua alisnya mendengar ocehan cowok-cowok tersebut, hanya satu detik tatapannya bertemu dengan mata tajam milik Devin, dan entah kenapa Jizca merasa salah tingkah kini.

***

"Woaahhh! Keren! Lo keren Bell! Lo jago banget! Jadi tim kita menang deh!" Ucap Jizca setelah pertandingan usai, kini mereka berada di kantin, karena tepat setelah olahraga selesai, bel istirahat berbunyi.

"Iya, lo mesti bangga punya temen berbakat kaya gue Ca," Bella terkekeh kemudian memasukan cilok kedalam mulutnya.

"Pantes aja lo tinggi, gue kira lo nyemil tiang listrik," Jizca tertawa,

"Jangan tiang listrik, kasian tuh tiang listrik pernah di tabrak, masa gue cemil juga." Mereka tertawa bersama, dan kini mata Jizca tertuju pada sosok tinggi nan tampan tak jauh dari depannya yang sedang memilih minuman dingin lalu memberikan selembar uang berwarna ungu pada salah satu ibu kantin.

"Bang Evan!" Teriak Jizca cukup keras, suasana kantin yang ramai membuat suara Jizca teredam, akhirnya cewek itu menghampiri Revan yang mulai menjauh dari tempatnya berdiri, dan Bella masih duduk di tempatnya.

"Bang!" Ucap Jizca setelah ia menghadang jalan abangnya itu,

"Kenapa?" Tanya Revan kebingungan,

"Hari ini Jey mau kumpul teater, tungguin ya?"

"Hmm,"

"Ish lo jutek amat,"

"Bukannya Natashanya sakit?" Tanya Revan pada adiknya itu,

"Oh masih sakit ya? Yah.. Berarti gak jadi," Jizca mengerucutkan bibirnya,

"Lo dilabrak kakak kelas?" Tanya Revan penasaran, karena kelasnya menggosipkan hal tersebut.

If i.. (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now