Inv

104K 6.9K 42
                                    

Make up tipis di poleskan Jizca pada wajahnya. Kini ia terlihat sangat cantik. Tubuhnya dibalut sebuah gaun feminim berwarna lavender, rambutnya ia gerai dengan gelombang di bawahnya.

Jizca menuruni anak tangga setelah selesai mendandani dirinya, ia tersenyum sesaat sebelum ia keluar dari kamar, menuju pekarangan rumah dan langsung memasuki mobil. Ayah dan Mama Jizca sudah menunggu, mereka ternyenyum ketika melihat putri mereka yang sungguh cantik.

"Parfum lo kaya tante-tante!" komentar Revan kemudian menjepit hidungnya, menggoda Jizca.

"Bodo amat!" ucap Jizca ketus,

Revan menyeringai kemudian mengapit leher adiknya dengan lenga, "lo tau gak kita mau kemana?" bisik Revan.

Orang tuanya yang duduk di bagian depan tersenyum, memerhatikan keakraban yang tercipta antara Jizca dan abangnya.

"Kemana?" tanya Jizca seraya berusaha melepaskan lengan Revan yang menguncinya.

"Mau jodohin lo sama anak temen Ayah!" ucap Revan disusul kekehan, iapun melepaskan rangkulannya.

Mata Jizca membulat, "what?!" ucapnya kelengking, langsung membuat Mama melirik ke arahnya.

"Jey gak mau di jodohin!" rengeknya pada Mama.

"Revan, kamu jangan ngomong macem-macem sama adik kamu!" ucap Ayah tegas,

Revan lagi-lagi terkekeh, sementara Jizca mencebikkan bibirnya dan beberapa tonjokan kini mengenai jas Revan tepat di bahunya.

"Lo serah terima jabatan kapan Bang?" tanya Jizca kini memulai percakapan.

"Nanti pas abis ujian semester." Jizca menganggukan kepalanya.

"Ohiya Ma, Yah, Jey besok mau ke ulang tahunya temen Jey, jam delapan malem, boleh yaa?" pinta Jizca menyembulkan kepalanya diantara kursi bagian depan.

Mama melirik pada Ayah, paham dengan lirikan Mama yang menyerahkan keputusan pada Ayah, Ayahpun mulai berucap.

"Boleh, tapi ada syaratnya." Ayah sengaja menggantung kalimatnya.

"Apa?" tanya Jizca sedikit malas, ia berharap syaratnya bukan hal yang tidak tidak.

"Berangkatnya harus sama Revan."

Jizca mendengus kesal kemudian melirik tampang menyebalkan abangnya, lalu kembali berbalik, "gak bisa diganti sama yang lain aja Yah?" tanya Jizca lagi.

"Keputusan tidak bisa diganggu gugat." Ayah Jizca terkekeh setelahnya.

Jizca kembali ke posisinya, abangnya kini sibuk memainkan ponsel. Mengotak-atik kemudian memasukannya kedalam saku. Jizca akui, abangnya memang terlihat tampan dan gagah ketika memakai pakaian semi formal, yang ia herankan adalah, abangnya ini masih betah sendiri.

"Sampai!" ucap Ayah kemudian mengemudikan mobilnya menuju parkiran. Gedungnya cukup besar dan sampai sekarang, Jizca tidak tahu acara apa yang dihadiri mereka.

Mereka memasuki gedung yang cukup meriah, cahaya bintang terlihat sangat mengkilap. Banyak rekan kerja Ayah yang menyapa. Dan kini Ayah dan Mama berbaur dengan orang-orang seusianya.

Jizca menggandeng lengan Revan seraya berbisik, "Bang, ini apaan sih?" Revan menggelengkan kepalanya, "mau eskrim gak?" tanya Revan dan langsung melangkah menuju tempat eskrim.

"Katanya sih nikahannya temen kerja Ayah." Revan menyodorkan satu cone eskrim pada Jizca.

Jizca  menganggukan kepalanya, ia kemudian melirik kursi pengantin yang berada di bagian kanan gedung, seketika ia membulatkan matanya.

If i.. (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now