#10. Villain & Alliance

17.9K 1.9K 555
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan hasil dari imajinasi fangirl dg bumbu unsur dramatis di sana sini.

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Hari itu pertengahan musim semi, awal semester pertama di kelas sepuluh. Jungkook si murid baru duduk empat mata bersama wali kelasnya untuk sesi konseling pada minggu kedua bulan April. Dia banyak menerima pertanyaan dari gurunya saat di ruang BK waktu itu, salah satu di antaranya,

“Apa kau punya sebuah keinginan—atau cita-cita mungkin—kalau kau tidak menjadi jaksa?”

Pertanyaan itu terlantun dari sang guru setelah Jungkook menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar cita-cita dan rencananya sesudah lulus SMA—padahal Jungkook baru memulai tahun pertamanya sebagai pelajar SMA.

Ketika itu, entah mengapa Jungkook tidak bisa memberikan jawaban. Perlu beberapa saat baginya untuk memikirkan pertanyaan sederhana tersebut. Dia sempat berniat mengungkapkan bahwa dia ingin menjadi atlet bela diri, seorang dokter atau mungkin pilot, tapi tidak jadi karena itu cuma mimpi semasa kecil yang telah dibuangnya itu jauh-jauh. Sudah sedari lama dilupakannya, sejak dia didikte untuk mengikuti jejak sang ayah—yang menurutnya pribadi merupakan tanggung jawab kakaknya, tapi dilempar padanya.

Jungkook tidak benar-benar tahu apa yang sesungguhnya dia inginkan. Selama ini dia terus mendaki dan berusaha mencapai puncak tanpa melihat sekeliling. Apa yang diinginkan ayahnya adalah apa yang harus dia raih dan, selagi tumbuh, dia memahami bahwa menjadi yang terakhir berdiri adalah perkara penting. Tujuan hidupnya semata-mata hanya untuk membuktikan pada ayah dan kakaknya bahwa dirinya mampu bertahan sampai titik terakhir, bahwa dia akan berdiri di akhir untuk melihat mereka yang dia lampaui tumbang di belakangnya.

Namun meskipun begitu, di tengah kehampaan, jauh di dasar hati kecilnya Jungkook membisikkan satu jawaban. Dia ingin berkata, satu-satunya yang dia harapkan—sejujurnya—hanyalah kebahagiaan.

Aku ingin bahagia, itulah yang Jungkook temukan di sudut terbobrok hatinya.

Jungkook ingin mengatakannya, tapi pasti akan muncul pernyataan lain lagi yang ikut serta, semua orang juga ingin bahagia. Lagipula, itu terdengar bodoh di kepalanya.

Jadi Jungkook hanya menjawab, “Membalas jasa ayah dan ibuku.”

Bualan itu penuh dusta. Omong kosong paling menggelikan yang pernah diucapkan anak seusianya. Namun wali kelas Jungkook tersenyum saja menanggapinya—mungkin tersentuh, atau memang sudah mengira bahwa Jungkook akan mengatakan itu.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Where stories live. Discover now