#28. A Confession

16.1K 1.7K 641
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan imajinasi fangirl yg dibumbui unsur dramatis di sana sini.

CAUTION:
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek-efek baper (?). Gejala seperti naiknya tekanan darah,euforia, cengengesan, mual-mual dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Jungkook pikir, setelah menumpahkan seluruh isi hati kepada Taehyung, perasaannya akan lebih baik. Tadinya dia berpendapat, asalkan dirinya tulus semua akan baik-baik saja. Dia pikir itulah kuncinya. Namun, kemudian dia tersadar, tulus saja tidak cukup. Nyatanya, perjuangan dan usaha juga dibutuhkan. Dia bahkan tak bisa mendekati Kim Taehyung tanpa perencanaan matang.

Mirisnya, sesudah mengungkapkan perasaannya, kini Jungkook justru merasa batinnya lebih berat dari sebelumnya. Sebab, Taehyung tidak memberikan balasan seperti yang diharap-harapkannya. Semua berjalan sebaliknya.

Bayangan tentang mimik terpukul Taehyung pada pertengkaran terakhir mereka terus muncul di pikiran Jungkook. Pendar mata yang bergetar penuh bimbang, bibir yang bungkam, sosok yang bergeming—Jungkook tak bisa melupakan ini semua. Dia bertanya-tanya, apa perkataannya terlalu jauh melukai Taehyung?

Lalu, Jungkook mempertanyakan lagi, apa salah Taehyung?

Jika dipikir lagi, dari awal Jungkook sendiri yang mencari gara-gara dengan Taehyung. Dirinya yang bermain-main dengan laki-laki itu, bahkan berpikiran untuk mempermainkannya. Sekarang, saat dirinya terjebak dengan perasaannya sendiri, dia malah menyalahkan Taehyung karena tidak tahu isi hatinya. Tidakkah ini keterlaluan?

Jungkook tahu harusnya dirinya menyatakan perasaan dengan benar. Namun dia tidak pernah membuat pengakuan cinta pada siapa pun. Dia tidak tahu caranya.

Bagaimana cara meminta seseorang untuk menjadi miliknya? Apakah Jungkook harus mencium tangan Taehyung? Memeluk? Apa dia harus berlutut—lagi? Sambil mengatakan, aku mencintaimu, jadilah kekasihku? Atau, dia cium saja dan bilang, ayo pacaran sungguhan?

Atau, haruskah Jungkook bawa pemuda itu ke tempat romantis dan berikan sebuket bunga? Itu terdengar amat menggelikan dan konyol di kepala Jungkook. Tentu jawabannya tidak.

Jungkook sempat berniat membicarakan hal ini dengan seseorang dan, saat pagi hari, satu-satunya yang terlintas sewaktu duduk di meja makan hanyalah kakaknya. Dia tidak yakin apakah Wonwoo pernah membuat pernyataan cinta, tapi dari semua orang yang dikenalnya, laki-laki yang satu itu memang orang yang selalu bisa diandalkan.

Selagi sang ibu menyiapkan makanan di meja makan, Jungkook menatap lekat-lekat sang kakak, menimbang-nimbang apakah akan mencoba meminta saran atau tidak. Diperhitungkannya betul-betul hal tersebut, karena berbicara dan meminta bantuan kepada kakaknya sama artinya merendahkan diri.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Where stories live. Discover now