02-1

1.2K 162 7
                                    

Busan, 2005.

Ayah bilang bahwa kami akan melakukan rekreasi keluarga akhir pekan ini. Aku yang mendengarnya langsung berteriak girang. Sudah lama sekali kami tak melakukan rekreasi. Ayah juga menawarkan lokasi yang ingin kami kunjungi.

Aku sudah heboh sendiri meminta ke taman bermain. Tapi, Ayah malah menyerahkan semua pilihan ke Kak Aleena. Aku jadi mencak-mencak sendiri sambil menggembungkan pipi.

"Aleena, mau kemana?" Ayah memandang Kak Aleena dengan raut lembut. Aku benar-benar ingin menghilang saja kalau begini. Kenapa selalu Kak Aleena lagi Kak Aleena lagi?

"Aku sama dengan pilihan Jungkook saja, Ayah."

Aku hampir menjerit bahagia saat Ibu tiba-tiba berbicara, "Mau ke pantai, sayang? Kau sangat suka pantai, kan?"

"Da-darimana Ibu tahu?"

"Mana mungkin Ibu tak tahu tempat kesukaan anak Ibu."

Aku semakin kesal saat Ibu tersenyum begitu hangat sambil mengusap rambut ikal Kak Aleena. Astaga, yang anak kandung mereka kan aku bukan Kak Aleena!

"Tapi, Jungkook?"

"Jungkook, tak apa kan kalau ke pantai?" Ayah bertanya padaku. Aku bisa lihat tatapan tajam itu-Ayah tidak memberiku pilihan.

"Tidak mau. Kookie maunya ke taman bermain!"

"Jungkook sayang, kan sudah sering ke taman bermain. Ke pantai saja, ya?"

Kalau Ibu sudah menatapku lembut dengan senyuman seperti sekarang, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku lemah terhadap itu.

"Ck. Ya sudah. Tapi, harus yang ada banyak kerang warna-warninya," serahku kemudian. Toh, aku tidak punya pilihan. Semua ditentukan oleh kehendak Kak Aleena di bawah perintah tegas kedua orang tuaku. Pun akhirnya aku yang harus mengalah lagi. Huh, menyebalkan.

"Jungkook suka kerang? Kak Aleena juga."

Tiba-tiba, gadis aneh itu menyahut dengan binar riang di netranya. Aku hanya mendengus tak acuh, melipat kedua lengan di depan dada tanpa berminat meliriknya.

"Aku tak tanya, tuh."

"Kak Aleena cuma kasih tahu, kok."

Aku mengabaikannya karena tak mau memperpanjang obrolan kami. Suara Ibu tiba-tiba memecah kecanggungan yang ada.

"Besok mau berenang atau cuma bermain pasir?"

"Berenang!"

"Main pasir."

Kami kembali menatap. Aku memandang Kak Aleena tajam, sedangkan Kak Aleena menatapku takut. Dasar! Padahal, dia sudah dapat apa yang dia mau. Serakah sekali!

"Hei, sayang. Tak usah saling memandang seperti itu. Ibu akan menyiapkan celana renang untuk Jungkook dan ember pasir untuk Aleena."

"Yeay. Ibu yang terbaik!"

"Ayah tidak?"

"Ayah juga terbaik!"

Kemudian, Ayah dan Ibu memelukku erat sembari mengecupi pipiku. Aku senang. Akhirnya, kedua orang tuaku kembali. Kami bertiga terkekeh bahagia tanpa memedulikan Kak Aleena.

"Jungkook kita pandai berkata-kata, sayang."

Ayah mencubit cuping hidungku, membuat aku merengut kesal. Sedangkan Ibu malah menggelitik pinggangku hingga aku tertawa renyah.

"Siapa dulu Ayahnya. Haha."

Aku hampir saja melupakan eksistensi sosok menyebalkan di ruangan yang sama, tapi tanpa sengaja netra sewarna almond itu bertabrakan dengan netraku. Aku bisa lihat bagaimana ia memperhatikan kami bertiga dengan tatapan amat sendu-aku merasakan sesak di dada.

Entahlah. Seolah, aku juga merasakan sakitnya. Sangat sakit hingga aku balik menatap Kak Aleena dengan tatapan bimbang.

Apakah ia begitu terluka?[]

Erroneous. [ Jeon Jungkook ]Where stories live. Discover now