08

651 92 9
                                    

"Hei, Park Jimin!"

Saat menyuap suapan ketiga, aku terlonjak lantaran Taehyung yang seenak jidat berteriak di sebelahku. Netraku memandang siapa bocah tengil lain yang dipanggil Taehyung. Dia nampak normal, sedikit lebih pendek dariku. Di wajahnya tersemat senyum lebar hingga kedua mata digantikan segaris. Kelihatannya, dia sebelas dua belas dengan Kim Taehyung. Sama-sama manusia merepotkan.

"Eh, Taehyung? Kim Taehyung, kan?" tanya pemuda itu yang tanpa babibu mendudukkan diri di depanku, tepat di sisi Kak Aleena.

Bahkan, tatapan tajam dariku tak digubris bocah menyebalkan di depanku saat ini. Ia malah sibuk mengoceh dengan Taehyung, sesekali menyuap sesendok nasi dan daging tumis.

"Permisi, masih ada dua manusia hidup di samping kalian. Bisakah suara cempreng kalian itu dikecilkan?"

Sindiranku membuat keduanya diam. Pun dari bawah meja, bisa kurasakan tendangan pelan Kak Aleena. Aku tahu ucapanku tidak sopan, tapi terserahlah. Aku ingin makan dengan tenang dan bukannya mendengar celotehan dari mulut-mulut manusia berisik.

"Mulutmu frontal sekali, ya. Siapa namamu?"

Bocah asing yang tiba-tiba bergabung itu bertanya padaku. Aku diam saja, Kakaklah yang menjawab, "Dia Jeon Jungkook dan aku Aleena."

"Salam kenal, Aleena. Aku Park Jimin, sahabatnya Kim Taehyung."

Sang tamu tak diundang menjulurkan tangannya ke arah Kak Aleena dengan senyuman lebar yang aku tahu maksudnya. Dia penggoda ulung. Harus kutandai dia sebagai target. Awas saja jika dia berani menggoda kakakku. Akan kupelintir bibir tebalnya itu. Aku terus mengawasi dua orang di depanku. Yang satu sibuk menanyai Kak Aleena.

"Kalian sudah memilih ekskul?"

"Sepertinya aku tidak akan ambil ekskul. Aku malas menghabiskan waktu di sekolah lebih lama. Lebih baik menamatkan komik One Pieceku yang menumpuk." Mulut Taehyung sibuk mengunyah dan menjawab. Nasi di mulut itu sempat muncrat dan mengenai lengan seragamku. AKu yang tahu lalu mencebik kesal, menyingkirkan nasi tepat di muka Taehyung dan berujar, "Nasimu mengenai bajuku, Bodoh!"

"Maaf-maaf. Nasi di mulutku sepertinya suka kebebasan," jawab Taehyung yang kembali menumpahkan sebutir nasi. Kali ini ke wajah rupawanku.

"Sialan. Kau mau kupukul?" Aku meremas sendok di tanganku lebih erat. Aku mencoba menahan emosiku sekarang. Siapa Taehyung hingga berani-beraninya mengotori wajah Jeon Jungkook?

"Jungkook, jangan berdebat. Cepat habiskan makananmu." Kak Aleena turun tangan lagi. Aku sadar kakak mulai jengah dengan sikapku yang mudah marah. Padahal aku hanya marah jika itu bersangkutan dengan Kak Aleena. Satu-satunya alasan yang kuat untuk membuatku marah.

"Kau patuh sekali," celetuk Jimin yang sejak tadi mengamati kami.

"Berhenti bicara." Aku melirik sekilas. Aku berusaha menahan emosiku karena dua orang menyebalkan ini. Jangan sampai aku meledak di depan Kak Aleena. Bisa-bisa kakak akan menjauhiku selama beberapa hari dan aku paling benci hal itu.

"Baiklah, Tuan Pemarah. Kau mudah sekali terpancing emosi, ya?"

"Bising dari mulutmu itu membuatku marah. Jadi, berhenti bicara."

"Jungkook!" Kak Aleena melempar sorot tajam dari duduknya. Aku mendesah lelah, mengambil sendokan terakhir makanku sebelum bangun dan pergi meninggalkan mereka.

Terserah saja. Aku juga lelah karena perasaan ini.[]

Aku kangen banget sama kalian. Makasih udah mampir yaa. Maaf lama updatenya. Kacoo sedang bergulat dengan keinsecurean hehe.

Semoga hari kalian menyenangkan! ❤

Erroneous. [ Jeon Jungkook ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang