05

976 126 0
                                    

Busan, 2008.

Hari ini hari pertama masuk ke junior high school. Hari pertama juga bagi Kak Aleena untuk masuk ke sekolah umum. Aku senang bukan main. Tak henti tersenyum sejak tadi. Ayah mengantar kami ke sekolah baru. Aku memegang tangan Kak Aleena yang gemetar karena gugup.

"Jangan takut, Kak. Kan ada Jungkook," ujarku sambil menatap onyx memikat Kak Aleena. Kak Aleena tersenyum kecil sebagai jawaban.

"Jungkook bisa kan mencari kelas sendiri? Ayah ada rapat setelah ini. Kalian sekelas, ingat itu."

Ayah menatapku penuh rasa intimidasi, tapi aku langsung mengangguk mantap.

"Bisa. Kelas 7-3 kan, Yah?"

"Anak pintar. Sekarang turun dan gandeng tangan kakakmu menuju kelas."

Ayah membukakan pintu mobil untuk kami lantas mengecup kening sebagai salam perpisahan. Aku sempat melambai pada Ayah sebelum beliau menyalakan mobil kembali.

"Ayah pergi."

Setelah mobil Ayah hilang di belokan, aku segera menarik tangan Kak Aleena masuk ke sekolah baru kami. Sekolah sudah mulai ramai karena akan ada upacara pembukaan untuk murid kelas tujuh.

"Jung, kenapa mereka memandangi kita?"

"Soalnya, Kak Aleena cantik dan Jungkook tampan," ujarku enteng sembari mengabaikan pandangan kagum itu.

Aku sudah biasa ditatap seperti itu di sekolahku yang lama. Jadi, aku hanya cuek saja. Berbeda dengan Kak Aleena yang tampak gugup sekali.

"Kak Aleena, jangan takut. Jungkook benar-benar akan menjaga Kak Aleena sampai embusan napas terakhir," kataku serius. Tapi, Kak Aleena menganggapnya lucu dan malah tertawa kecil. Ah, harus bagaimana aku bersikap di depan Kakak?

"Astaga. Jungkook lucu sekali! Kau dengar kalimat itu dari sinetron Ibu, ya?!"

Kak Aleena tersenyum kecil. Aku cemberut tak terima, genggaman di tangan kami mengerat. Aku berjalan lebih cepat menuju barisan upacara yang penuh sesak.

"Murid perempuan dan laki-laki tidak boleh sebaris!" intruksi Pak Guru di depan lapangan. Aku terpaksa memisah dari Kak Aleena yang mencoba meyakinkanku.

"Kakak, kalau tidak kuat ke belakang saja. Nanti ada petugas PMR yang berjaga," ujarku sebelum berlalu. Aku sempat memeluk Kak Aleena sekali.

"Hei, itu pacarmu, ya?"

Saat sedang menunggu upacara dimulai, ada seorang anak tengil menyenggol bahuku. Aku hanya melirik tak acuh. Namun, dia bersikeras mencuri atensiku. Berakhir aku mendecak sebal dan menyahuti, "Dia kakakku. Lagi pula, mana mungkin anak kecil sudah pacaran. Makan saja masih disuapi."

"Uh-oh, itu kau ya! Aku mandiri sejak bayi. Pakai popok sendiri, makan sendiri, main sendiri."

Aku memutar bola mataku, malas. Anak di sebelahku ini sangat berisik. Lihat mulutnya yang tersenyum lebar membentuk persegi itu. Aneh. Kulitnya juga lebih gelap dari yang lain. Pasti dia sering main di luar tanpa pakai sun screen.

"Kau berisik seperti Ron," celetukku kesal.

"Siapa itu Ron?"

"Anjing milik Kakekku."

"Wah, mulutmu jahat sekali."

Dia menggeleng dramatis. Aku tak peduli. Toh, sejak awal bukan aku yang menginginkan konversasi ini.

"Terima kasih," balasku angkuh.[]

Dedek jeka swag sejak kecil, guys. Wqwq.

I hope you can wait this for so long ;"))

Erroneous. [ Jeon Jungkook ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang