06

996 117 9
                                    

Spesial dipublish untuk Kak Nicken yang sedang mengalami masa-masa sulit karena hater kurang kerjaan. Semangat terus, Kak Ken accu!💜💜💜

....

Upacara selesai cukup lama. Beberapa murid nampak mengeluh karena parfum mereka sudah bercampur dengan keringat yang beranak-pinak. Aku tak peduli dan langsung mendekati Kak Aleena yang hendak pergi ke kelas bersama teman-teman barunya. Aku berteriak, "Kak Aleena!"

Dan, Kakak segera menengok. Ia menghadiahiku senyum lebar yang segera menulari aku untuk ikut tersenyum lebar. Aku memeluknya saat sudah sampai. Beberapa teman Kak Aleena—yang juga teman sekelasku nanti—tampak memekik gemas.

"Kangen," gumamku dalam dekapan kami.

"Astaga, Jungkook. Kakak hanya berpisah sejam denganmu."

"Tetap saja. Aku tidak melihat Kak Aleena," balasku sedih. Aku merasakan usapan lembut di kepala. Kak Aleena memisahkan pelukan kami, lalu menggenggam tanganku dan berjalan ke kelas bersama yang lain.

Aku diam, melihat genggaman tangan kami. Tangan Kak Aleena masih lebih besar dari tanganku, tapi rasanya menyenangkan. Seperti, Kak Aleena takkan pernah membiarkan ada sela di antara kepalan tangannya yang memegangku.

"Alee, duduk di sebelahku, ya!"

Suara salah satu teman Kak Aleena mengalihkan atensiku. Alisku mengernyit tak suka, menarik Kak Aleena ke sisiku. "Tidak boleh! Kak Aleena duduk denganku!" sambarku cepat.

Anak itu tampak sedih. Tapi, apa peduliku? Kak Aleena mencubit pipiku sebentar sebelum mengatakan, "Jungkook tidak boleh terus dekat dengan Kakak. Harus cari teman juga!"

"Tidak mau. Tidak butuh teman," balasku dengan nada kesal. Kak Aleena memasang raut kecewa, aku merasa bersalah karena melemparkan kekesalanku padanya.

"Ba-baiklah kalau Kakak memaksa. Aku akan duduk dengan—"

Netraku berkeliling dan menemukan satu bangku kosong, tapi yang jadi masalah adalah siapa yang duduk di sebelahku. Itu anak aneh waktu di upacara tadi.

"Itu ada bangku kosong, Jung. Ayo, kesana!"

Demi robocar poli! Kenapa Kak Aleena mengetahuinya lebih cepat? Aku tak bisa membantah saat Kak Aleena membawaku ke sebelahnya.

"Hai, apa ini kosong?" tanya Kak Aleena sopan. Anak tengil itu mengangguk antusias sambil menyahut, "Oh, ketemu lagi, anak sombong! Sepertinya, kita akan jadi teman baik."

Aku mendecak sebal. Hari pertama sekolahku tak semenyenangkan yang kubayangkan. Kukira aku akan punya waktu lebih banyak bersama Kakak, tapi malah bersama dengan pengganggu ini seharian dan hari-hari berikutnya.

"Kalian saling kenal? Wah, Jungkook sudah punya teman pertama, ya."

Kak Aleena tersenyum lapang. Aku hendak menyanggahnya, namun aku tak ingin mengecewakan Kak Aleena lagi. Kakak meninggalkanku ke bangkunya sendiri setelah berpamitan denganku. Aku segera sibuk mengeluarkan alat tulis yang akan kugunakan, tak memedulikan tatapan penasaran bocah tengil di sebelahku.

"Kau benar-benar mencurigakan," ucapnya sambil bertopang dagu.

"Sok tahu," balasku.

"Aku sering membaca komik yang menceritakan adik yang su—"

Aku melotot terkejut. Astaga, mulutnya juga setengil perangainya. Kubekap mulut itu cepat, memandang dengan panik sekelilingku. Mayday, mayday!

"Berhenti! Aku akan membelikanmu makanan jika kau diam!"

"Oke, deal!"[]

Erroneous. [ Jeon Jungkook ]Where stories live. Discover now