8

53.3K 3.1K 109
                                    

Kayla pernah sekali menghubungi orangtua Orlando di hari Bella dilahirkan. Namun tanggapan ibu Orlando sungguh menyakitkannya. "Kamu itu perempuan bawa sial saja! Segera kamu mina lawyer-mu untuk menghadiri sidang perceraian kalian! Saya tidak sudi anak saya berhubungan denganmu, gadis matre!" Plak! Kayla mendengar suara telepon dibanting.

Keluarga Orlando sama sekali tidak bisa diharapkan untuk memberi pertolongan. Mengharapkan mereka untuk memberikan dukungan moral? Dalam mimpi!

Kayla mengangkat mukanya dari cangkir ketika seseorang duduk di depannya. Ditariknya napas panjang. Untuk sedetik ia mengira Pak Ikram atau siapapun orang yang diutus Pak Ikram yang akan datang. Dugaannya salah besar.

Orlando-lah yang berada di dekatnya.

"Katakan padaku, Kayla, apa yang kamu inginkan di sini," katanya dengan nada menuduh. "Uang? Berapa banyak? Katakan saja berapa. Aku akan memberikan berapapun yang kamu mau asal kamu pergi dari sini."

Kamu sudah banyak berubah, Orlando, pikir Kayla murung. Di mana Orlando yang selalu bersikap manis? Di mana Orlando yang selalu memperlakukanku dengan lembut? Sekarang kamu menjelma menjadi orang lain. Menjadi orang yang jauh dari Orlando yang kukenal.

"Saya tidak di sini untuk uangmu, Orlando. Atau, lebih tepatnya, tidak dengan cara seperti itu," jawab Kayla tenang walaupun sulit sekali untuk bersikap demikian di saat kerinduan di hatinya membeludak.

"Omong kosong," desis Orlando. "Semua hal di dunia ini berkaitan dengan uang, Kayla. Oh, damn." Orlando berdecak dengan tatapan mencemooh. "Kamu masih Kayla yang polos seperti dulu. Wake up, Kayla! Kamu ini perempuan. Dan sudah tidak remaja lagi! Seharusnya kamu tahu betapa sulitnya hidup!"

"Saya sangat tahu betapa sulitnya kita untuk hidup, Orlando," jawab Kayla tegas. Sangat tegas sampai matanya berapi-api memandangi mantan suaminya. "Kamu tidak tahu apa yang telah saya lalui. Lagipula, saya tidak ada urusan denganmu di sini."

"Tidak mungkin! Kamu tahu siapa saya? Kamu tahu kan ruangan saya eksklusif? Kalau kamu berada di sini, itu artinya kamu berurusan denganku."

"Saya di sini menunggu Pak Ikram."

"Ikram?" sahut Orlando terbelalak. "Bagaimana bisa kamu berhubungan dengannya, Kayla? Oh, aku tahu... Kamu sudah capek hidup susah, karena itu kamu dekati orang seperti Ikram. Well, asal kamu tahu saja, baginya kamu hanya mainan. Ya, mainan. Kamu tahu, track record-nya sebagai Don Juan Indonesia? Setelah ia puas denganmu, maka didepaknya kamu!"

"Seperti yang kamu lakukan?"

Dikik begitu Orlando melotot. Dia terperanjat. "Tinggalkanlah gedung ini, Kayla. Lupakanlah aku! Katakan padaku berapa jumlah uang yang kamu butuhkan, dan jangan pernah muncul di depan wajahku lagi!"

"Saya di sini untuk urusan bisnis dengan Pak Ikram. Tidak lebih dari itu." Dan.. Kayla tidak yakin dengan yang dilihatnya. Dia melihat Orlando tersenyum, sedikit. Legakah pria itu? "Dan saya sudah sepakat untuk bertemu dengannya di sini, Orlando."

"Kayla." Pria itu melisankan namanya dengan tarikan napas berat. "Saya benar-benar tidak bisa melihatmu di sini."

"Dan saya tetap bersikeras untuk bertemu dengan Pak Ikram."

"Dia bukan orang yang baik, Kayla. Tentu saja awalnya dia akan merayumu untuk bekerja untuknya, lalu didekatinya kamu. Setelah itu aku tahu apa yang akan terjadi. Dia akan meninggalkanmu."

"Saya pernah ditinggalkan sebelumnya, Orlando," jawab Kayla tak gentar. "Saya pernah disuruh untuk meninggalkan orang yang saya cintai. Tidak mudah bagi saya untuk membuka hati saya lagi. Jadi kalau kamu khawatir dia akan menyakiti saya, silakan saja."

Orlando terdiam. Cukup lama. "Bagaimana kabarmu, Kayla? Apakah... Bagaimana..." Orlando tersedak padahal dia tidak sedang menelan apa-apa. "Apakah kamu dan anakmu baik-baik saja?"

"Apa pedulimu?" sahut Kayla datar.

"Itu menjadi urusanku jika kamu menelantarkan anakku, Kayla. Anak itu lahir sebagai anak sah kita berdua."

EX-HUSBAND (COMPLETED)Where stories live. Discover now