21

31.7K 1.7K 43
                                    

Apa yang dipikirkan Pak Ikram? Kayla ingin tahu.

Apakah Pak Ikram mau memecatnya karena dia menolak pria itu? Sejak semula Kayla tahu Pak Ikram bukan tipe pria yang bisa dibantah. Pria itu punya pikiran yang dianggapnya selalu benar. Pria semacam itu tidak suka egonya dilukai seorang wanita.

Pak Ikram membalikkan tubuhnya.

Kayla menggigil ditatapnya.

"Kamu dari mana?" tanyanya.

"Dari Warteg di pinggir kantor, Pak," sahut Kayla kikuk.

Pria itu diam. Matanya terus mencermatinya tanpa kedip sedetik pun. "Kenapa kamu tidak makan di kafetaria di lantai tiga? Di sana makanannya enak-enak."

"Nanti saya coba, Pak."

"Dan gratis. Kamu tinggal bilang kamu bekerja untuk saya."

Kayla mengangguk, menurut.

"Baik, Pak, terima kasih."

"Saya mau lihat sketsamu."

Sekali lagi Kayla mengangguk. Ditaruhnya plastik hitam berisi makanan di dekat tas ranselnya di lantai. Diambilnya buku gambarnya dari tasnya, lalu ditunjukkannya sketsa untuk wallpaper ruang Pak Ikram. Pria itu berdecak, tampak tidak suka dengan sketsa buatannya.

"Sama sekali tidak menarik," pendapat pria itu. "Hari ini kamu nggak usah ngapa-ngapain, deh. Pikirkan saja bagaimana sketsa yang cocok di ruangan saya."

"Kalau boleh tahu, Bapak mau sketsa yang seperti apa?"

Kayla sudah biasa dikomplain klien. Dia tidak pernah patah semangat jika hasil kerjanya tidak memuaskan.

"Saya mau kontemporer. Hitam-putih."

Awalnya Kayla mau membuat abstrak dengan warna-warna yang berupa-rupa, sebagaimana yang Pak Ikram minta sebelumnya. Kayla harus mengeluarkan budget-nya lagi untuk membeli cat. Tidak masalah. Nanti dia tinggal minta reimburse. Hal itu dinyatakan dalam kontrak.

"Baik, Pak. Saya akan membuat coretannya hari ini."

Kayla jadi lupa untuk menyantap makan siangnya. Dengan kaki menyila di lantai, dia mencoba memainkan pensilnya di atas kertas. Dalam hati dia berpikir, apa yang merasuki Pak Ikram? Baru semalam dia mengajaknya untuk memiliki hubungan dengan pria itu. Sekarang sikapnya berubah dingin.

Kenapa Kayla harus bertanya? Pria itu kan bosnya-sementara ini. Kayla harus tahu diri seperti yang dikatakan pria itu padanya.

Pria itu masih di ruangan itu, memperhatikannya yang menunduk ke buku gambarnya. Kayla penasaran, apakah pria itu tidak punya pekerjaan yang harus diselesaikannya? Eh, sekarang kan masih jam makan siang. Ternyata di waktu luangnya dia pun harus sibuk dengan urusan mengenai ruang kerjanya.

Pria itu membawa kursi dari meja kerjanya ke hadapannya. Pria itu duduk di kursi, sementara dia di lantai. Sungguh seperti gundik dan raja. Tapi memang begitu, kan? Dia hanya orang yang dibayar untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Kayla tidak merisaukan posisi mereka. Dia tetap menuangkan ide di kepalanya ke kertas di tangannya. Setelah selesai, ditunjukkannya pada Pak Ikram. Pria itu menggeleng.

"Buat lagi."

"Baik, Pak."

Pria itu tetap duduk di sana sampai tanpa disadari Kayla dia sudah tidak ada di ruangan. Seharian dia menyila di lantai, membuat banyak sketsa untuk ditunjukkan Pak Ikram. Dia menguap setelah lima belas sketsa desain ia buat. Ternyata lelah juga mengerjakan hal ini.

EX-HUSBAND (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora