10

51.4K 2.8K 35
                                    

Kayla menurut. Diikutinya Pak Ikram berjalan menuju lift yang berada jauh dari lobi. Pak Ikram mempersilakan ia masuk lebih dulu ke dalam lift. Dan hal yang menarik bagi Kayla, Pak Ikram tidak perlu menekan tombol apa-apa di lift itu. Lift itu mengantarkannya pada suatu lantai yang terhampar luas di hadapannya.

Begitu lift terbuka, Kayla dapat melihat sebuah dinding berlapis kaca. Melalui kaca dapat dilihatnya sebuah ruang kerja yang begitu rapi. Kaca itu begitu bening sampai Kayla yakin jika ia tidak mengikuti Pak Ikram, hidungnya akan menabrak kaca.

"Duduk." Ikram mempersilakannya duduk di sebuah sofa ruang kerjanya. Ia duduk di sofa yang tak jauh dari Kayla. "Sebelumnya, saya perkenalkan diri saya dulu. Ini." Pria itu mengeluarkan kartu namanya dari tuksedonya dan mengulurkannya pada Kayla.

Kayla kini mengerti siapa dia. Di kartu nama yang dipegangnya, tertulis: IKRAM KARJADI - DIREKTUR UTAMA. Pantas saja Orlando begitu menghormatinya. Rupanya dia direktur utama perusahaan... Tunggu dulu. Apa nama perusahaan ini? Di bagian kanan atas kartu nama tertera nama perusahaan itu KARJADI LAND. Kalau Kayla tahu yang menawarkannya pekerjaan adalah direktur utama, dia akan ke mal sebentar untuk mengganti blouse dan roknya ke setelan kerja yang lebih formal.

"Ruangan ini baru, Kayla. Saya ingin kamu mendekorasinya agar ruangan ini lebih berwarna."

Kayla memperhatikan sekelilingnya. Ya, bau cat yang menyengat cukup memberitahunya bahwa ruangan ini memang baru. Warna prabotan ruangan ini pun didominasi dengan warna putih. Temboknya, meja kerjanya, kursi kerjanya, jam dindingnya, dan semuanya. Semuanya putih termasuk sofa yang didudukinya.

"Saya bukan decorator, Pak," tolak Kayla halus.

"Saya tahu. Tapi kamu bisa pikirkan kan bagaimana caranya agar ruangan ini lebih berwarna."

"Dengan lukisan, ya."

"Ya, kalau begitu lihatlah ruangan ini dan buatlah lukisan buat saya. Sebentar." Pak Ikram bangkit dari duduknya. Ia mendekati meja kerjanya, mengambil sesuatu dari laci meja. Kemudian ia kembali duduk di dekatnya. "Ini ruangan saya dulu saat saya bekerja di Singapura. Wallpaper di ruangan itu dilukis langsung di temboknya. Apakah kamu bisa melakukannya?" Ditunjukkannya sebuah foto.

Kayla menerima foto itu dan mempertimbangkannya sebentar. Gambar yang ada di foto itu begitu menakjubkan. Garis-garis yang terlukis di sana begitu detail. Warna nya pun cerah dan desainnya abstrak. Namun Kayla dapat melihat ketegasan dari gambar dinding di foto itu. Untuk sesaat Kayla merasa pesimis. Bisakah dia melakukannya?

"Beri saya waktu untuk latihan, Pak," jawab Kayla.

"Saya akan bayar mahal sekali dirimu untuk itu, Kayla." Pak Ikram terlihat tidak mau ditawar olehnya. "Saya sudah lihat karya-karyamu di internet. Kalau betul semua iu buatanmu, pasti tidak sulit melakukan yang saya minta, kan?"

Huh, jadi dia menuduhku semua gambar yang kuunggah bukan karyaku, gerutu Kayla. Ia menjawab, "Tapi kalau sama persis dengan ruangan Bapak di Singapura, saya harus belajar dulu, Pak..."

"Tidak perlu persis. Yang penting, ruangan ini bisa lebih berwarna. Dan harus dilukis langsung di tembok. Kalau kamu setuju, saya akan minta orang bagian Legal untuk membuatkan kontrak.."

"Baik, Pak," jawab Kayla lugas. "Kapan saya bisa mulai bekerja?"

"Minggu depan." Pak Ikram tersenyum puas. "Oke, nanti saya email lagi kelanjutannya. Mari saya antar kamu lagi ke lobi."

Ya, tentu saja Ikram senang dapat membuat perempuan itu bekerja untuknya. Aku akan membuatmu enyah dari perusahaanku, Orlando, kata Ikram saat ia membawa Kayla masuk ke dalam lift. Aku akan buat kamu ingat pada mantan istrimu dan meninggalkan adik kecilku. Dengan begitu, kamu tidak akan mengancam posisiku di perusahaan.

Pada awalnya, Ikram percaya diri saja. Namun ketika matanya memperhatikan Kayla yang berdiri di sebelahnya, dia tak kuasa untuk menahan rasa yang mulai merambat hatinya. Tanpa disadarinya ia tersenyum sepanjang waktu di lift bersama Kayla.

EX-HUSBAND (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang