15

45.4K 2.3K 79
                                    

Kayla harus mengakui, adik Pak Ikram jauh lebih cantik aslinya daripada di foto.

Mereka memandangi Kayla, menunggunya keluar dari lift lebih dulu. Saat Kayla ke luar dari lift, matanya berpapasan dengan Orlando. Sebentar saja. Namun jantungnya berdenyut sangat kencang.

Pasangan itu masuk ke lift. Dan ketika Kayla membalikkan tubuhnya, lift itu sudah tertutup. Namun matanya untuk sedetik sempat menangkap mata Orlando.

Ada apa dengan tatapanmu, Orlando, pikir Kayla murung. Kenapa kamu tampak kaget melihatku? Atau, itu karena kamu tidak senang melihatku di sini? Kenapa? Karena kamu takut aku akan mengganggu kemesraanmu dengan wanita itu?

Kayla tidak fokus sampai ia menabrak orang di dekatnya. Setelah mengucapkan maaf, ia berjalan ke minimarket di lantai dasar yang tak jauh darinya. Karena tak banyak waktu, dia hanya membeli roti selai kacang dan dua botol air mineral.

Setelah membayar di kasir ia duduk di meja bar minimarket. Ternyata memang sulit bagiku bekerja di sini, keluhnya. Aku tidak bisa berada di gedung yang sama dengan mantan suamiku. Aku bekerja untuk anak kami, sementara dia... Dia di gedung ini, berpacaran dengan perempuan lain.

Tidak pernah sebelumnya Kayla iri dengan kehidupan orang lain, tapi kali ini ia merasakan dengki kepada adik Pak Ikram. Aku ingin sekali menjadi perempuan itu. Perempuan itu punya kakak yang berkuasa. Dia juga kaya. Dan selain itu.... Dia bisa di sisi Orlando setiap saat. Suatu mimpi yang ingin kuraih, dan aku tahu aku sangat jauh untuk menggapai mimpi itu.

Kayla menghabiskan makanannya lalu kembali ke ruang kerja Pak Ikram. Dia melanjutkan pekerjannya, membersihkan dinding ruangan itu. Ia tidak bisa bekerja dengan total karena dibayang-bayangi tangan Orlando yang menggamit tangan perempuan itu. Selain itu, foto Pak Ikram dengan adiknya di ruangan itu cukup mengganggunya.

"Ternyata benar kamu memang bekerja untuk Ikram."

Kayla menoleh. Dan hatinya berjengit.

Orlando berdiri di hadapannya dengan satu tangannya masuk ke dalam kantong celananya. Gayanya seperti bos sekali.

"Ya, saya bekerja untuk Pak Ikram," Kayla membenarkan. "Apakah ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Tidak bisakah kamu menolak tawaran pekerjaannya dan enyah dari hidupku, Kayla?" tanya Orlando jemu. "Katakan berapa dia membayarmu. Aku akan memberimu sepuluh kali lipat!"

"Kenapa sulit sekali bagimu untuk mengabaikanku? Kenapa kamu ingin sekali aku pergi dari hidupmu?" tanya Kayla menahan sakit hatinya.

"Karena aku tidak bisa mengabaikanmu!" jawab Orlando keras. "Apakah menurutmu aku bisa bekerja sementara kamu berada di sini, di ruangan Ikram? Apakah menurutmu mudah bagiku menyingkirkanmu dari kepalaku saat aku tahu kamu berada di gedung yang sama?"

"Kamu sudah mengusirku dari hidupmu enam tahun lalu, Ando," Kayla mengingatkan dengan perih. "Tidak sukar bagimu untuk mengeluarkan aku dari pikiranmu kali ini."

"Listen, Kayla, sebentar lagi aku akan bertunangan dengan Davina. Dan aku tidak mau ada penghalang untuk hubungan kami."

"Kamu tenang saja, aku tidak peduli lagi segala hal tentangmu."

Satu alis Orlando naik. "Kalau begitu aku yang peduli padamu. Aku yang tidak bisa berhenti memikirkanmu, Kayla. Kenapa kamu harus kembali setelah enam tahun menghilang? Mengapa justru pada saat inilah, saat aku punya lembaran baru dengan perempuan lain, kamu muncul?!"

"Menghilang?" ulang Kayla sinis. "Menghilang, katamu? Kamu... Kamu mengusirku dari flatmu! Kamu yang mengirimkan surat gugatan cerai ke rumah pamanku! Kamu.... Kamu yang membuat hidupku sengsara."

"Lalu kamu ke mana? Aku mencarimu ke rumah pamanmu, tapi kalian sudah tidak tinggal di sana lagi."

Lima bulan setelah bercerai dari Orlando, Oom Hardi dan istrinya mengajaknya untuk pindah ke kontrakan yang lebih murah. Pertimbangannya sisa uangnya bisa disimpan untuk biaya persalinan Kayla. Kayla tidak pernah memberitahu Orlando di mana ia tinggal. Karena memang tidak ada satu pesannya yang dibalas Orlando. Dan dia tidak melihat kepentingan Orlando untuk tahu di mana ia tinggal.

Saat Bella dilahirkan pun ia hanya memberitahu nama rumah sakit di mana ia ditangani. Itu pun Orlando juga tidak datang. Sejak itu, Kayla sudah tidak berharap lagi dari Orlando.

"Bukan urusanmu," jawab Kayla dingin.

"Kamu tidak tahu apa yang telah kamu lakukan terhadap keluargaku, Kayla. Dan aku akan buat kamu menyesal."

"Oh ya?" sahut Kayla dengan nada menantang. "Kamu sudah cukup membuat hidupku menderita, Orlando. Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk membuatku menyesal. Lagipula, bukankah kartu AS berada di tanganku? Bagaimana jika kekasihmu tahu bahwa kamu pernah menikah? Denganku?"

"How dare you!" desis Orlando. Pria itu mendekatinya. Jarak di antara mereka sangat dekat sampai napas Orlando menderu di wajah Kayla. "Dengar, Sayang. Kamu bisa mengancamku sesukamu, tapi aku akan pastikan hidupmu jauh lebih susah dibandingkan saat kita berpisah. Mengerti?"

EX-HUSBAND (COMPLETED)Where stories live. Discover now