16

43K 2.1K 80
                                    

"Kamu tidak bisa menggertakku, Orlando," jawab Kayla lebih tenang. Matanya menatap lurus mata mantan suaminya. "Karena aku memang tidak punya niatan untuk mengganggu hubungan siapa-siapa. Setelah pekerjaanku selesai di sini, aku tidak akan ke kehidupanmu lagi."

Orlando menatapnya lebih tajam. Kayla tidak memalingkan wajahnya walaupun ia tahu bahwa Orlando menyadari kerinduannya terhadap pria itu di matanya. Kayla tidak menyembunyikannya. Dan sesaat ia merasa kehilangan kendali.

Bibir Orlando mendekatinya. Kayla menunggu.

Sampai suara dehaman itu datang.

"Pergi dari ruangan saya, Orlando."

Kayla merasa saat itu juga hidupnya berhenti. Sialan, Orlando! Apakah dia sengaja menjebaknya agar Pak Ikram menghentikan kontrak mereka? Sekali pun Kayla bisa menggugat, tetap saja dia yang rugi. Karena dialah pihak yang sangat membutuhkan pekerjaan ini!

Orlando menjauhi Kayla dan berjalan mendekati lift. Sebelum ia meninggalkan ruangan Ikram, dilihatnya Ikram untuk sesaat. Kayla heran, mengapa Orlando sekaranng tampak tidak mengohrmati Pak Ikram? Apakah memang dengan menjadi kekasih adik Pak Ikram, dia punya kekuasaan yang sama dengan Pak Ikram?

Setelah Orlando pergi, Pak Ikram melipat kedua tangannya di dada.

"Ini peringatan pertama bagimu, Kayla. Jangan bermain dengan api."

Aku telah hilang kontrol, makinya kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya aku mau dicium oleh pria yang telah menyakiti hatiku! Yang telah tidak menghargaiku. Dan aku melakukannya di kantornya!

"Maafkan saya, Pak."

"Dan saya tidak suka dengan orang yang tidak honest," lanjut Pak Ikram. "Atau kamu memang terbiasa genit-genitan kepada semua cowok?"

Kayla mengangkat mukanya. Terang dia merasa tersinggung. Kapasitasnya di sana yang menahannya untuk marah.

"Saya tidak akan mengulanginya lagi, Pak Ikram."

"Semua perempuan sama saja, tidak ada harganya."

"Maksud Bapak?!" Kini Kayla mulai panas. Kata-kata Pak Ikram sungguh tidak pantas dengan menghinanya begitu.

Ikram berdecak dengan wajah yang mencemooh. "Iya, tidak ada perempuan yang bisa menahan diri mereka saat pria tampan dan sukses seperti Orlando mendekati mereka. Yang saya lihat, kamu termasuk perempuan yang seperti itu."

"Saya tahu diri, Pak. Saya tahu Pak Orlando punya hubungan dengan adik Pak Ikram. Saya tidak akan berani untuk usil."

"Bagus kalau kamu tahu diri." Lalu pria itu meninggalkannya di sana.

Pria ini sombong sekali, pikir Kayla. Kalimatnya sungguh merendahkan orang-orang sepertiku. Pada masa kuliah dulu, Kayla harus berhadapan dengan orang-orang yang mampu memamerkan apa yang mereka punya. Tidak sedikit dari mereka memandangnya sebelah mata karena dia tidak sekaya mereka. Jika yang lain punya buku-buku kuliah yang mahal, Kayla harus begadang di perpustakaan untuk membuat resume. Karena dia harus menghemat agar uangnya bisa digunakan untuk keperluan keluarganya. Penghinaan, cibiran, dan cemoohan terhadap dirinya tidak bisa dibiarkannya untuk menguasai hidupnya. Dia harus tegar.

Seperti saat ini.

Kayla tidak mau kata-kata Pak Ikram membuatnya mundur. Dia bekerja sampai malam di ruangan itu. Dilihatnya jam di ponselnya. Sudah pukul setengah sepuluh malam. Dan pekerjaannya jauh dari kata selesai. Dia bahkan belum memulai untuk mengecat.

Perutnya berbunyi. Hari ini perutnya hanya diisi roti dan air putih saja. Segera ia bersiap-siap dengan merapikan penampilannya yang berantakan. Ia praktis saja, dikuncirnya rambutnya yang panjang dan dipakainya jaket denim untuk menutupi kemejanya yang sudah kusut. Beberapa barang seperti cat, kuas, dan alat-alat perkakas lainnya dia tinggalkan di ruang Pak Ikram. Lalu setelah ia memasukkan semua barangnya seperti dompet dan ponsel ke tas ranselnya, ia bersiap untuk turun. Didekatinya lift dan ditekannya tombol turun.

Ketika lift terbuka, muncul Pak Ikram dengan plastik berbahan kertas di tangannya.

"Makan dulu," kata pria itu. Pria itu masuk ke dalam ruangannya, diikuti Kayla. Pria itu membuka kain yang menutupi sofanya dan duduk di sana. "Menurut pantauan CCTV terakhir kamu keluar ruangan jam makan siang. Lalu kamu tidak keluar lagi. Jadi saya mau kamu isi perutmu dulu."

Jadi aktivitasku di sini diawasi toh, pikir Kayla. Pantas aja Pak Ikram tahu Ando datang kemari! Tapi ya sudah. Malah bagus. Jadi besok-besok jika Orlando main ke sini, kuberitahu dia bahwa kita dilihat dari CCTV. Aku yakin pasti Orlando tidak akan menggangguku lagi.

Sekarang Kayla bingung. Dia harus duduk di mana jika Pak Ikram duduk di sofa? Sementara sofa yang lain sudah dipindahkannya ke tempat yang jauh. Apakah tidak terkesan tidak sopan jika menjauhi bosnya?

"Duduk sini," Pak Ikram menepuk bagian di sebelahnya.

Apa? Kayla duduk di sebelah pria itu? Kayla tidak bergeming, lalu Pak Ikram bicara lagi, "Saya tidak akan ngapa-ngapain, kok. Tidak seperti Orlando yang datang hendak menciummu."

EX-HUSBAND (COMPLETED)Where stories live. Discover now