Prolog

4.5K 349 29
                                    

Suara petir menggelegar, angin bertiup kencang, serta curah hujan yang sangat deras membuat hawa dingin terasa menusuk tulang. Seorang wanita duduk diranjangnya, memeluk seorang gadis kecil berumur 4 tahun yang terlihat ketakutan. Wanita itu mengelus surai hitam panjang milik si gadis kecil dengan penuh kasih sayang.

"Ibu, aku takut." Cicit si anak membuat sang ibu mengeratkan pelukannya.

"Jangan takut sayang. Ada ibu disini." Kata ibunya mencoba menenangkan, sambil sesekali menepuk pundak kecil putrinya.

"Ibu, Ayah bagaimana bu? Apakah ayah akan baik-baik saja?"

Sang ibu terdiam mendengar kata-kata sang anak. Jujur didalam hatinya ia juga khawatir terhadap sang suami yang tak kunjung pulang.

"Katanya ayah pulang hari ini kan bu? Tapi kenapa sampai sekarang ayah belum datang juga?"

Wanita itu terdiam, sambil sesekali melihat telfon rumah yang berada di meja nakas disamping ranjangnya. Ia sendiri juga bingung kenapa sampai sekarang sang suami belum menghubunginya. Biasanya kalau sang suami pulang terlambat atau tidak bisa pulang, ia pasti akan menghubungi.

Suaminya pergi sekitar 3 hari yang lalu, karena ada urusan bisnis di kota lain. Ia berjanji akan pulang hari ini, sore ini, tapi sampai jam menunjukkan pukul 9 malam sang suami belum sampai juga.

"Irene rindu ayah, bu." Lirih gadis itu, hampir menangis. "Kenapa sih ayah selalu bekerja?"

Sang ibu tersenyum lembut dan mengusap kepala putrinya. "Sayang, ayah bekerja kan untuk kita juga. Irene tidak boleh bersedih. Bukankah ayah berjanji akan pulang dengan membawa boneka yang Irene mau?"

Mata gadis itu berkaca-kaca, ia mendongakkan kepalanya menghadap sang ibu.

"Irene tidak butuh boneka, Irene maunya ayah."

Sang ibu kembali gusar. Perasaannya semakin tidak enak. Tak lama kemudian, telefon rumah berdering, membuat ia melepaskan pelukannya dari putri cantiknya dan mengangkat telefon itu.

"Halo?"

"Apa ini benar kediaman tuan Kim Suho?"

Perasaan wanita itu terasa semakin tidak enak. Namun Ia mencoba menepis perasaan itu.

"Ya benar. Saya istrinya. Ada apa ya?"

"Kami dari pihak kepolisian, ingin memberitahu bahwa suami anda yang bernama Kim Suho , terlibat kecelakaan tunggal dan sekarang sedang kritis di rumah sakit Seoul Medical."

Hati wanita itu mencelos, kakinya melemas. Ia terdiam sejenak, mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk menetralkan perasaannya.

"Baik. Terimakasih atas informasinya. Saya akan segera kesana."

Setelah mengatakan itu, sambungan telefon tertutup. Fikiran wanita itu terasa kosong, ia mendudukkan diri di ranjangnya. Sang gadis kecil yang melihat keadaan ibunya mendekat dan memeluk pinggang sang ibu.

"Ibu kenapa?" Tanyanya polos. Wanita itu menoleh kepada putrinya dan saat itulah air matanya mulai menetes.

"Ibu?" Tanya sang gadis bingung. "Ibu kenapa?"

Wanita itu menghapus air matanya. "Ibu tidak apa-apa sayang. Ibu hanya lelah." Ujar wanita itu dengan memaksakan seulas senyum. "Oh iya, ibu akan pergi sebentar. Irene tinggal dengan bibi Seo saja ya?"

Squares : Love and Sacrifice Where stories live. Discover now