Sol 37 : The Code

14.1K 2.9K 716
                                    

Sebelum Damian menuju Rocket Garden,

"Terimakasih!" Ucap gadis yang mengajak Ethan untuk selfie bersama.

Sebelumnya, ketiga orang itu mengerti bahasa Indonesia, hanya saja belum teelalu menguasainya.

Ethan hanya menganggukkan kepala, namun Moris malah menanyakan sesuatu kepada gadis itu.

"Apa kau tahu, Akses tercepat menuju LAPAN? Kami sudah kehabisan waktu." Kata Moris.

"Ah, untuk apa kalian pergi ke LAPAN? "

"Bukan urusanmu." Kali ini Loski yang menjawab, namun segera mendapat deathglare dari Ethan.

"Aku mempunyai urusan dengan Dr. Jamal. Mengapa? Kau bisa membantu?" Kata Ethan.

"Oh, man. He's my father." Ucap gadis itu.

"Really? Good. Now take me there." Balas Ethan.

"You don't have to go there. Pasti mesin itu kan? It is in my home. Er, bisakah kita berbahasa Indonesia saja? Aku buruk soal bahasa Inggris." Ucap gadis itu.

"Bagus. Dimana rumahmu?" Tanya Loski.

"Medan, Sumatera Utara." Jawab gadis itu dengan melipat tangan di dada. Sementara ketiganya melongo.

"Seriously? Lantas mengapa kita mengambil penerbangan Jakarta?" Keluh Moris sambil menjatuhkan ranselnya.

"Hahahaha. April Mop! I'm just kidding. Bagaimana bisa rumahku di Medan, sementara aku berada disini, stupid. C'mon, rumahku hanya beberapa blok dari bandara ini." Kata gadis itu yang masih tertawa. Sementara Loski dan Moris menatapnya horror.

"Sebenarnya ini sudah bulan Juni!" Teriak Moris setelahnya, namun tidak ada yang menggubrisnya.

"Jadi June Mop! Hei!" Moris kembali menyanggah, sedangkan Ethan, Loski, dan gadis itu sudah berjalan meninggalkannya.

NASA

Mereka berempat berjalan hingga sampai di sebuah rumah sederhana, rumah yang menjadi tujuan mereka kali ini.

"Tunggu disini." Ucap gadis itu lalu melangkah menuju ke dalam rumah.

Tiba-tiba, Ethan teringat sesuatu. Segera ia merasa panik dan gegabah mencari ponselnya, menelepon seseorang.

"Ada apa?"

Ethan menggeleng. Moris dan Loski belum saatnya tahu akan hal ini. Satu kontak yang dicarinya ; Damian.

"Tikus itu.."

Kemudian gadis itu keluar dengan wajah yang tak bersahabat.

"Ayah tidak ada di rumah. Dia meninggalkan pesan ini untuk Mr. Cruzz." Sambil menyerahkan secarik kertas berisi tulisan yang menyerupai garis lurus horizontal.

Kedua alis Moris bertautan, "Bagaimana aku bisa membaca garis ini,?!"

Ethan merebut kertas itu, dan sedikit terkejut. Kalau hanya sesederhana ini, mengapa Moris harus jauh-jauh mengirim Phoenix ke Indonesia? Dan ia tidak perlu lagi membahas sandi bodoh itu.

"Apa katanya?" Tanya Moris penasaran.

"Kau bodoh." Ucap Ethan singkat, di sambut tawa yang tertahan oleh gadis itu.

Loski mengernyitkan dahi, sepertinya putranya telah menemukan sesuatu yang lebih memudahkan mereka.

"Lalu, dimana Phoenix? " lanjut Loski.

NASA (1) | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang