Sol 45 : End

18.5K 2.9K 1K
                                    

W saranin, sebelum baca bab 45 ini, silahkan baca dulu bab "BEDAH TEKNOLOGI PEMBUATAN A-397 ". Kalo yg udh bc, yawda. 2 bab tadi saling memiliki benang merah.

"Aku tidak bisa mengorbankan 4 nyawa, hanya demi 1 nyawa."

River langsung mematikan komputernya. Pesan pamungkas ini tidak perlu ia baca dua kali. Sekilas, ia tahu apa maksud Ethan.

2 Days Before Mars,

"Alan, periksa jarak pendeteksi suhu panas, kita membutuhkannya untuk mencari titik tinggal River." Megan menyalakan lampu, "Oh ya, Luis, kau baik saja? Kau terlihat, pucat." lanjut Megan.

Tentu saja Luis merasa pucat. Hidup-matinya berada pada pesawat ini. Dan jika pesawat ini bermasalah, bisakah kau bersikap seolah tidak terjadi apa-apa seperti Ethan?

"Kabelnya.....putus," Luis berbicara, Ethan yang mendengarnya langsung terbelalak.

"Apa maksudmu?" Megan mulai curiga.

"Kabel charger-mu putus?" Alan memecah suasana.

"OH, SIALAN! KENAPA AKU HARUS IKUT DENGAN KALIAN KE DALAM MISI BUNUH DIRI INI! LEBIH BAIK AKU TINGGAL DENGAN MATT UNTUK WAKTU YANG LEBIH LAMA DIBANDINGKAN DI SINI!" Luis mengeluarkan emosinya.

"Apa maksudmu! Langsung ke intinya saja tidak perlu kemana-mana!" Megan geram.

"Kabel penghubung kendali otomatis putus. Karena tikus ini," Ethan mengangkat peliharaannya, Dante. "Dia kabur dari Damian, dan lebih memilih untuk mengikutiku tanpa sepengetahuanku." lanjutnya.

Semua yang berada di dalam pesawat terkejut.

"Kau gila, hah?! Bagaimana cara kita membelokkan pesawat ini jika kendali otomatis berhenti pada titik jatuhnya meteor Tunguska! Oh tidak, kita tidak akan selamat." Alan menutup wajahnya gusar.

"Benar. Semoga saja Vibranium pesawat ini mampu menahan meteor itu walau sebentar, jika terjadi tabrakan." kata Megan meredam ketakutan.

Ethan sedari tadi diam. Pendapat Megan dan Alan tidak meyakinkan. Kendali otomatis pesawat hidup secara otomatis pula, dan tidak pernah bisa dimatikan. Hanya ada satu jalan keluarnya, seperti biasa, prediksinya kali ini tidak akan pernah meleset.

Sementara di ruang kendali NASA,

"Awak A-397 mengalami kepanikan luar biasa setelah Ethan memberitahu masalah utama pesawat merek. Pendapat kalian, setidaknya sedikit membantu menemukan benang merah untuk A-397 sendiri dan River." Damian mengadakan rapat kecil diantaranya adalah, Loski, Moris, Ronald, Martin, Caitlin, dan dirinya sendiri.

"Pilihan yang sulit." Moris angkat bicara.

"Bagaimana bisa kau membiarkan tikus itu masuk?" Caitlin seperti menyalahkan Damian.

"Aku pun tidak tahu kalau tikus itu kabur."

"Kendali otomatisnya bermasalah katamu,?" Loski sepertinya mempunyai jalan yang lebih baik.

"Ya. Kendali otomatis tidak pernah bisa dimatikan karena keseluruhan sistemnya bekerja secara otomatis." jelas Damian.

"Tunggu, sepertinya aku tahu yang kau pikirkan mengenai meteor itu, Mr. McCagall." Martin menangkap apa yang ada di kepala Loski.

"Jadi, apa itu?" pertanyaan singkat dari Ronald yang sedari tadi tidak tahu apa-apa mengenai hal ini.

"A-397 mempunyai 2 pilihan sulit, yang keduanya sama-sama merugikan River dan awak pesawat itu sendiri. Kendali otomatis telah di program untuk perjalanan ke Planet Merah, pesawat akan tiba tepat di atas titik tinggal River, yang mana titik itu akan dilewati oleh meteor Tunguska yang jatuh bersamaan di titik tempat saat A-397 tiba nanti. Jadi," Loski menghela nafas, "A-397 memiliki kesempatan untuk selamat. Kesempatan ini dalam bentuk 2 cara. Cara pertama, Kapten pesawat masih mempunyai satu kesempatan untuk bisa membelokkan pesawat sesaat 7 menit sebelum meteor itu menabrak pesawat, karena kendali otomatis akan non-aktif sejenak selama itu dan menyelamatkan seluruh awak, namun konsekuensinya, mereka tidak bisa putar balik untuk menyelamatkan River. Karena seperti yang kubilang tadi, hanya ada satu kesempatan untuk membelokkan pesawat. Cara kedua, Mereka bisa saja berjalan lurus menabrak meteor tadi, dengan mengaktifkan opsi PENYALURAN TAK TERHINGGA, sehingga mereka semua bisa selamat dan bisa membawa River masuk ke dalam pesawat. Konsekuensinya, penyaluran tak terhingga memakan lebih dari setengah bahan bakar pesawat. Sementara perjalanan kembali ke Bumi membutuhkan lebih banyak daripada itu. Jadi, mereka semua tidak bisa kembali ke Bumi karena kekurangan bahan bakar." lanjut Loski yang menbuat mereka berlima merinding mendengarnya.

NASA (1) | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang