×××Ruangan putih berukuran 4 x 4 itu terlihat rapi dengan rak besar berisi berkas-berkas disudut ruangan. Meja kerja dengan satu kursi putar bersebrangan dengan dua kursi besi didepannya. Ruangan dingin ber-ac itu terlihat nyaman dengan aromatherapy rasa kopi.
Diatas kursi putar,sang dokter duduk dengan raut wajah serius. Dengan kacamata yang membingkai wajahnya,sang dokter menatap wanita didepannya dengan pandangan iba.
"Maafkan saya nyonya,tapi harapan hidup untuk Jungkook sangatlah kecil" sang dokter berucap pelan dengan nada simpati yang kentara
Wanita didepannya meremat ujung bajunya dengan sedikit keras. Mati-matian wanita cantik itu menahan isakan dan air matanya.
"Tapi dok,dia satu-satunya putraku! Aku mohon selamatkanlah dia!" Wanita dengan bibir sedikit pucat itu berkata dengan suara yang bergetar
"Maafkan kami nyonya! Selain harapan hidupnya yang sangat kecil,biaya yang bertambah setiap jamnya semakin banyak. Maafkan kami karena jika administrasi itu belum terselesaikan,kami belum bisa menangani lebih lanjut lagi!" dokter paruh baya yang menangani Jungkook menunjukkan sebuah kertas diatas meja
Eomma Jungkook menatapnya dan meraih kertas itu dengan pelan. Mata lelahnya membulat terkejut ketika melihat angka yang tertera diatas kertas.
3.000.000 won.
Astaga,itu biaya rumah sakit Jungkook selama kurang dari dua minggu.
Kepala bersurai black short hair milik eomma Jungkook menunduk. Dengan tangan gemetaran ia memegang kertas putih tersebut. Kakinya tiba-tiba saja melemas dan tidak terasa menapak tanah.
"Nyonya? Apa anda baik-baik saja?" dokter baik hati itu sedikit panik terhadap perubahan raut wajah wanita didepannya
Eomma Jungkook mengangguk lemah,air matanya sudah tidak dapat ia bendung lagi.
Dengan suara kecil dan serak,wanita mulia itu berucap yakin.
"Lakukan yang terbaik untuk putraku! Akan kuusahakan biaya rumah sakit ini!"
×××
Mata yang dulunya bening itu memerah dengan deraian air mata disepanjang aliran pipinya. Tangan halusnya mengelus lembut surai hitam sang putra yang enggan terbangun dengan kedua mata terpejam rapat didepannya. Tubuh berisi putra semata wayangnya itu semakin harinya semakin kurus.
Wanita lemah lembut penuh perhatian itu menangis sambil berdoa,memohon kesembuhan untuk putra yang sangat dicintainya. Sudah hampir dua minggu ia tidak melihat binar polos dari dua mata bulat sang putra,dan itu membuatnya sangat sedih.
"Anak eomma! Bangunlah sayang,apa Kookie tidak merindukan eomma eh?" Tangan lentik milik eomma mengelus pelan kepala Jungkook
Isakan kecil terdengar diruangan kecil yang sunyi. Begitupun dengan kata-kata lembut dan juga doa yang mengalun pelan dari bilaj bibir sang eomma.
Tangan kirinya yang bebas meraih tas tangan diatas nakas. Mengeluarkan sebuah buku tabungan. Membukanya dan melihat nominal didalamnya.
Sangat jauh dari kata cukup untuk biaya perawatan Jungkook!
Uang tabungannya semakin lama semakin menipis! Dan ia sama sekali tidak bekerja selama Jungkook sakit. Ya Tuhan,apa yang harus dilakukan eomma untuk melewati masalah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality|Taekook| FIN
FanfictionTaehyung yakin Jungkook yang dimaksud teman barunya dikelas adalah Jungkook yang menemuinya dimalam itu. Jungkook yang menampakan dirinya disamping jendela kamarnya. Putih, Pucat, dan Menyedihkan. Taehyung tahu sosok itu ingin sesuatu darinya. ©Hat...