11

1.7K 52 6
                                    

Tiga jam kemudian, Riva dan Kenji memasuki kamar sebuah hotel yang terletak di lantai 12 sebuah hotel berbintang lima di sebuah kawasan bisnis di Singapura.

Ternyata kamar yang baru mereka masuki bukanlah kamar kosong. Sudah sekitar lima orang berada di dalam kamar. Empat orang pria dan seorang wanita. Usia mereka terlihat masih muda, hampir sama dengan usia Kenji, dan tidak hanya berasal dari satu etnis bangsa saja.

Melihat kedatangan Riva dan Kenji, kelima orang yang tadinya sibuk dengan aktivitas masing-masing, seperti dikomando menghentikan aktivitasnya, dan berdiri sambil menatap ke arah kedua orang yang baru datang. Pandangan mereka terutama tertuju pada Riva, yang mungkin baru pertama kali dilihatnya.

"Mereka akan membantu melindungimu," kata Kenji, seolah tahu pikiran Riva.

"Siapa mereka?" Riva balik bertanya.

"Mereka adalah para pembunuh bayaran... anggota Oni."

"Anggota Oni?"

Sesaat, timbul perasaan khawatir pada diri Riva. Selama ini Riva selalu mengira dia akan dibunuh oleh pembunuh bayaran Oni. Kedua orangtuanya tewas oleh pembunuh Oni. Kenji juga tidak membantah kalau dia sedang diburu oleh pemburu Oni.

Tapi sekarang? Kenji malah membawa dia ke sebuah tempat, dimana berkumpul lima orang yang disebutnya sebagai pembunuh Oni. Itu sama saja dengan mengumpankan dia ke perut buaya. Kenji memang pernah mengatakan kalau dia juga seorang pembunuh bayaran Oni, tapi Riva tidak takut, karena pemuda itu malah melindunginya setiap saat.

Apa Kenji lalu berubah pikiran? Tapi kalau berubah pikiran, dia bisa saja menghabisi Riva dengan tangannya sendiri, kapan dan dimana saja. Walau Kenji telah mengajarkan banyak hal pada Riva selama dalam persembunyian mereka, tapi Riva tetap merasa kalau dia belum bisa menandingi kemampuan bertarung Kenji.

"Mereka masih muda, tapi telah kemampuan yang hebat untuk melaksanakan tugasnya." Kenji menjelaskan.

"Ini suke Koji... Tapi kau cukup memanggilnya The Pin" Kenji memperkenalkan orang yang berdiri di dekat pintu. Seorang pemuda Jepang berusia hampir sama dengan dirinya, dengan rambut dicat pirang dan tubuh kurus tinggi.

"The Pin? Kenapa?"

Kenji memberi isyarat pada pemuda yang dipanggil The Pin. Pemuda yang tadinya berdiri sambil bersandar di tembok itu lalu berdiri tegak. Tangan kanannya diayunkan keatas, dan...

"Woi! Hati-hati!!"

Suara itu terdengar dari arah pintu yang menuju ke kamar. Berasal dari seorang pemuda bertubuh sedang, dengan rambut pendek dan berkaca mata tipis. Dilihat dari penampilannya dan aksennya, pemuda tersebut kemungkinan juga berasal dari Jepang.

Pemuda berkaca mata itu mencabut tiga jarum kecil dari tembok. Tiga buah jarum tadi keluar dari balik jaket yang dikenakan Daisuke dan menancap di tembok yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Aku sudah tahu, kau memang selalu mengincarku. Kau masih penasaran dengan kejadian waktu itu." sungutnya.

Daisuke hanya tertawa lepas.

"Aku tidak penasaran... kalau saja saat itu kau tidak curang, pasti aku yang menang."

"Siapa suruh kau lengah. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain,"

"Itu Yuchi Inoda..." Kenji menunjuk pemuda berkacamata tadi.

"Jangan tertipu dengan penampilannya. Yuchi dapat membunuh ratusan orang sekaligus." Lanjut Kenji.

"Sekaligus?"

"Iya..spesialisasinya adalah bahan peledak, Karena itu dia mendapat panggilan Little Bang atau Little B."

Yuchi atau Little B memberi salam pada Riva.

Pemuda lainnya yang tadi duduk di sofa berdiri dan menghampiri Riva sambil membawa piring kecil berisi beberapa kue kering. Pemuda itu bertubuh tinggi dan berkulit putih dengan rambut merah.

"Mau?"dia menawarkan kue kering yang dibawanya. Gayanya sangat feminim, mengingatkan Riva pada salah satu teman laki-lakinya saat kuliah dulu, yang tingkah lakunya mirip perempuan. Bahkan saat itu teman-temannya suka mengejek dia dan Sony, nama temannya itu salah kepribadian. Riva yang wanita sifatnya tomboi, sedang Sony sifatnya feminim.

Riva menoleh ke arah Kenji, seolah minta persetujuan.

"Ambil saja...kalau kau sudah bosan hidup." kata Kenji.

"Ini Ruud Van Hennich. Kau pasti sudah bisa tebak darimana asalnya. Julukanya The Butter. Dia pembuat kue dan coklat terbaik di kelompok Oni, tentu saja bagi mereka yang jadi targetnya. Semua kue dan coklat buatannya mengandung racun yang bisa membunuh korbannya tanpa meninggalkan jejak."

"Tidak semuanya..." The Butter mengambil sepotong kue kering dari piring yang dibawanya dan memakannya.

"Aku membuatnya khusus untuk menyambut tamu kita. Tanpa racun," Katanya kemudian.

Melihat The Butter mengambil kue dan memakannya sendiri, Riva percaya kalau kue di hadapannya itu tidak beracun. Dan kebetulan dia sedikit lapar. Karena itu Riva mengambil sepotong kue dan memakannya.

"Kau mau?" The Butter menawarkan pada Kenji. Tapi yang ditanya hanya menggeleng.

"Enak." Komentar Riva.

"Thanks," The Butter lalu kembali ke tempat duduknya. Piring yang dibawanya kembali diletakkan di meja.

"Kalau aku tahu kue ini tidak beracun, sudah kumakan dari tadi." Kata The Pin sambil mengambil sepotong kue dari piring. Hal yang sama juga dilakukan oleh Little B.

Kenji menunjuk pada seorang pria yang bertubuh tinggi besar, paling besar di ruangan ini. Wajahnya juga terlihat keras.

"Sergei Bolyanov. Palu dari Rusia. Dapat membunuh pria dewasa hanya dalam sekali pukul. Jangan coba-coba membuat dia tersinggung, dan jangan pernah berbicara soal cinta di hadapannya. Dia pernah punya pengalaman buruk soal itu."

Sergei menatap Riva tanpa ekspresi apapun.

"Dan ini Jeane Laveu... cantik, seksi, dan mematikan. Dia punya banyak kemampuan, dari menyamar, beladiri hingga menguasai berbagai macam senjata. Mungkin sama dengan Rachel."

Wanita yang ditunjuk Kenji memang seorang yang sangat cantik dimata Riva. Bertubuh tinggi dan langsing, serta rambut pirang sebahu, dipadu dengan kulit putih dan mata biru ala wanita Prancis pada umumnya.

"Bonjour..." sapa Jeane sambil melambaikan tangannya.

"Eh...Bonjour." balas Riva sedikit kagok.

"Sebetulnya ada satu orang lagi yang membantu kita, tapi dia tidak bisa datang sekarang." tukas Kenji.

"Membantu?" Riva melihat pada kelima yang ada di hadapannya.

"Apa perlu sebanyak ini untuk menjagaku?" tanyanya lagi.

"Sebenarnya... ini kurang." Jawab Kenji.

"Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi. Ingat peristiwa beberapa yang lalu? Berapa banyak pembunuh Oni yang coba untuk membunuhmu? Bahkan Amy juga akhirnya tidak bisa melindungi dirimu. Dan pembunuh seperti Geisha masih banyak di kelompok Oni dan mereka sekarang sedang mengejarmu."

"Tapi, mereka kan juga dari kelompok Oni?"

"Mantan..." Kenji meluruskan.

"Mantan?"

Riva menatap Kenji, lalu kelima orang dihadapannya dengan pandangan bingung.

MAWAR MERAH MATAHARI : Unpublished StoriesWhere stories live. Discover now