23

263 10 0
                                    

"Aku selalu mengira suatu saat hidupku akan berakhir saat sedang mengerjakan profesiku. Tidak kusangka akan berakhir seperti ini," keluh Jeane.

Daisuke merengkuh pundak Jeane. Mungkin inilah kesempatan terakhirnya berdekatan dengan wanita yang telah menarik hatinya itu.

Keempat orang pembunuh bayaran tersebut memang orang-orang yang terlatih untuk bertarung dan masing-masing punya keahlian khusus. Tapi menghadapi puluhan orang onimusha dengan senjata otomatis terarah pada mereka, keempatnya sadar, hanya keajaiban yang bisa menolong mereka lolos dari situasi seperti ini.

"Grrrr..."

Tiba-tiba, dengan diiringi geraman keras, Sergei berlari ke arah tangga. Dia akan menuju ke arah para onimusha.

"Sergei! Jangan!" seru Daisuke.

Tapi teriakan itu terlambat. Saat akan mencapai anak tangga pertama, suara tembakan terdengar berurutan. Tubuh besar Sergei pun tertembus puluhan timah panas yang berasal dari segala penjuru. Setelah bertahan selama beberapa detik, tubuh raksasa dari Rusia itu pun mulai limbung.

"Sudah kubilang, dia memang bodoh," gumam Marcelo. Lalu dia diikuti Kenji pergi meninggalkan tempat itu menuju ke sebuah ruangan yang berada di belakang balkon.

Sergei akan roboh. Tapi sebelum hal itu terjadi, sebuah bayangan tiba-tiba telah berada di belakangnya, dan menahan tubuh raksasa Rusia tersebut.

Sambil menahan rasa sakit akibat luka tembak di pahanya, Jeane mengerahkan sisa-sisa tenaganya berlari ke arah Sergei, dan menahan tubuhnya yang hendak jatuh. Bukan untuk menolong, tapi dia bermaksud menggunakan tubuh Sergei sebagai tameng. Tubuh Sergei yang tinggi besar bisa menutup seluruh tubuh Jeane yang jauh lebih kecil.

Walau sedang terluka, tapi Jeane masih bisa bergerak dengan cepat, lebih cepat dari pandangan mata para onimusha. Bahkan dia masih sempat menembakkan pistolnya lima kali secara beruntun. Lima orang onimusha roboh terkena tembakannya.

"Cepat! Ini kesempatan kita!" seru Jeane.

Daisuke segera bersalto, menuju ke arah Jeane. Juga Yuchi. Suara tembakan terdengar lagi, dan hujan peluru terjadi di atrium yang luasnya sekitar 100 meter persegi itu.

"Ke pintu itu!" Jeane menunjuk pintu terdekat. Wajah dan tubuh wanita itu telah bersimbah darah. Bukan darahnya sendiri, melainkan darah dari tubuh Sergei yang telah tewas tertembus puluhan butir peluru.

Tubuh Sergei yang tinggi besar dapat melindungi Jeane, Daisuke dan Yuchi dari berondongan peluru. Tapi itu tidak lama. Saat beberapa onimusha mulai berinisiatif turun dari balkon, Tubuh Sergei tidak akan dapat melindungi mereka bertiga. Karena itu melarikan diri secepatnya adalah solusi terbaik dalam situasi saat ini.

"Mereka bisa lolos," kata Kenji.

"Tidak. Mereka tidak akan bisa lolos dari tempat ini." Sahut Marcelo.

"Jangan pandang enteng mereka. Biar aku urus masalah ini."

"Jangan begitu kuatir. Biar onikira lain yang akan mengurus mereka."

Marcelo melihat jam tangannya.

"Kita harus pergi sebelum terlambat." Katanya.

"Apa kau benar-benar..."

"Ini keputusan Pemimpin Agung. Ingat, kau telah mengadakan perjanjian dengannya."

"Tapi aku masih menunggu seseorang,"

"Double M? Kau kira dia akan datang? Aku mendapat laporan, tidak terlihat tanda-tanda kehadiran dia di pulau ini. Kukira dia telah mengetahui rencana kita."

MAWAR MERAH MATAHARI : Unpublished StoriesWhere stories live. Discover now