25

568 17 7
                                    

"Kau tahu kalau tidak ada markas Oni di Pulau Kitagai. Itu jebakan. Tapi kenapa kau tetap akan pergi kesana?" tanya Prof. Massaro.

"Jebakan atau tidak, pasti ada sesuatu disana. Firasatku mengatakan, Riva pasti ada di pulau itu." Jawab Saka.

"Bagaimana jika tidak ada?"

"Paling tidak, aku akan mendapat informasi. Mungkin informasi mengenai keberadaan Riva, atau bahkan lokasi markas kelompok Oni."

"Tapi ini berbahaya..."

Saka hanya tersenyum mendengar ucapan Prof. Massaro.

"Saat ini 'bahaya' sudah menjadi temanku, Profesor..." ujar pemuda itu.

Dengan langkah tertatih-tatih Jeane menuruni anak tangga menuju ke basement. Onimusha berbaju merah berjalan di depan mereka sambil memapah Yuchi yang masih setengah sadar.

Setelah sekitar lima menit menuruni anak tangga, mereka bertiga akhirnya sampai di basement. Suara air sungai yang mengalir melewati bawah kastil terdengar jelas. Tidak terlihat satupun onimusha atau onikira di sekitar tempat itu. Tapi walau begitu, mereka harus tetap waspada. Musuh bisa bersembunyi dimana saja, di tempat yang tidak terlihat.

Di kejauhan, sebuah perahu motor terlihat berada di tepi sungai. Mereka bertiga pun mempercepat langkahnya, termasuk Jeane yang harus memaksakan diri dengan kaki terluka. Dia hanya ingin cepat-cepat keluar dari pulau ini.

Tiba-tiba onimusha berbaju merah menghentikan langkahnya. Sepertinya dia merasakan sesuatu.

"Belakangmu!" seru si onimusha sambil melemparkan shuriken ke belakang Jeane, melewati atas kepala gadis Prancis tersebut. Dan tidak lama kemudian, sesosok onimusha berpakaian hitam jatuh tersungkur dari atas.

"Cepat!" seru si onimusha berbaju merah sambil mempercepat langkahnya. Demikian juga Jeane.

Dari arah lain bermunculan para onimusha. Beberapa diantaranya memegang senapan otomatis.

Jeane meraih pistol dari pinggangnya dan mulai menembak para onimusha sambil terus berlari.

Makin lama, makin banyak onimusha yang berada di sekitar tepian sungai. Sementara itu jarak antara Jeane dan lainnya dengan perahu motor masih sekitar tiga puluh meter lagi. Beberapa dari Onimusha mulai menembak.

AARGH!

Tiba-tiba Jeane tersungkur. Dia terkena tembakan tepat di punggungnya.

Melihat Jeane terjatuh, onimusha yang memapah Yuchi menghentikan langkahnya.

"Jangan berhenti! Cepat bawa dia ke perahu!" seru Jeane.

Si Onimusha terlihat bimbang, sebelum sebuah tembakan yang mengenai perahu motor menyadarkannya.

"Bertahanlah! Aku akan kembali!" ujar si onimusha lalu melanjutkan langkahnya menuju perahu yang tinggal berjarak sekitar dua puluh meter lagi.

Jeane mengganti magasin pistolnya yang hampir kosong dengan yang baru. Lalu dia mencoba bangkit. Darah mulai keluar dari mulut wanita Prancis itu.

"Pergilah ke neraka semuanya!" umpat Jean, lalu dia menembakkan pistol semi otomatisnya ke arah para onimusha dengan membabi buta. Beberapa onimusha tersungkur terkena tembakan Jeane, dan apa yang dilakukannya baru berhenti saat sebuah peluru menembus dadanya, disusul beberapa peluru lain yang bersarang di dada, perut dan sekujur tubuh lainnya.

Onimusha berbaju merah yang telah mencapai perahu motor dan meletakkan Yuchi di dalam perahu hanya bisa melihat kejadian tersebut. Dia bermaksud ingin kembali dan menolong Jeane, tapi itu tidak mungkin ditengah hujan tembakan yang semakin banyak. Lagipula beberapa dari tembakan tersebut mengenai perahu hingga dikuatirkan bisa merusak perahu, apalagi jika mengenai mesin. Dia harus cepat pergi kalau ingin tetap bisa keluar dari pulau ini.

MAWAR MERAH MATAHARI : Unpublished StoriesUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum