15

308 14 0
                                    

"Mana The Butter?" tanya Riva yang baru saja selesai mandi. Badannya tadi memang terasa lengket dan agak gatal, hingag dia akhirnya memutuskan untuk mandi sambil menunggu kabar selanjutnya. Saat keluar dari kamar mandi, Riva melihat satu orang tidak ada di dalam kamar, yaitu Ruud alias The Butter.

"Dia pergi lebih dulu. Ada tugas." Jawab Kenji.

"Membunuh?"

Kenji tidak menjawab. Dia mendekati Riva dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Makanlah.." kata Kenji sambil menyodorkan sebutir kapsul pada Riva.

"Apa ini?"

"Titipan dari Ruud. Penawar racun yang kau makan tadi."

"Racun?"

"Bakayarou!!" tiba-tiba terdengar umpatan Daisuke, sementara Sergei cuman menggeram kesal.

"Aku sudah duga, dia pasti mencampurkan sesuatu dalam kuenya." Lanjut Daisuke.

"Apa dia menitipkan penawarnya juga untukku?"

"Untukku juga.." sambung Yuchi.

Kenji cuman mengangkat bahunya.

"Sayang, hanya ada satu kapsul untuk Riva. Ruud bilang racun dalam kue itu akan bereaksi dalam waktu 12 jam. Jadi kalian masih punya aktu untuk minta penawarnya saat dia kembali nanti..." sahut Kenji.

"Kalau dia langsung kembali, dan dalam keadaan hidup..."celetuk Jeane sambil tertawa, membuat ketiga temannya tambah panik. Memang hanya Jeane dan Kenji yang tidak ikut memakan kue buatan Ruud.

"Kalau dia kembali, akan kupaku dia hidup-hidup ditembok..." maki Daisuke.

"Kau tidak akan sempat, karena dia sudah kuledakkan sampai sisa tubuhnya pun susah dikenali..." sambung Yuchi.

Kenji tertawa lalu merogoh saku celananya lagi dan memberikan tiga buah kapsul pada teman-temannya, sementara HP milik Jeane berbunyi.

"Ada berita buruk dan berita bagus." Kata jeane setelah selesai menelpon.

"Apa berita bagusnya?" tanya Yuchi.

"Xian Liu masih hidup. Sekarang dia sedang sekarat di rumah sakit setempat. Kita masih punya waktu,"

"Bagus, lalu berita buruknya?" tanya Daisuke.

"Teman kita disana terluka parah. Dia dihajar habis-habisan dan sekarang sedang mendapat perawatan juga di rumah sakit."

MAWAR MERAH MATAHARI : Unpublished StoriesWhere stories live. Discover now