19

351 14 0
                                    

Pulau Kitagai, sebuah pulau kecil di Utara Jepang. Salah satu pulau di Jepang yang telah menjadi hak milik dari seseorang yang mampu mengeluarkan uang senilai milyaran Yen hanya untuk membeli sebuah pulau kecil. Dengan luas kurang dari luas pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, Pulau Kitagai sebagian besar alamnya terdiri dari bukit-bukit rendah dengan didominasi vegetasi rumput dan padang ilalang yang luas totalnya mencapai kurang lebih 80% dari keseluruhan vegetasi di pulau tersebut.

Yang menonjol dan menarik perhatian dari Pulau Kitagai adalah sebuah kastil yang berdiri di tengah-tengah pulau. Kastil yang punya arsitektur seperti kastil-kastil kuno di daratan Eropa itu terlihat masih utuh dan berdiri dengan kokohnya.

Adanya kastil di pulau Kitagai karena pulau itu dulunya berada dalam wilayah Rusia. Pada masa kekuasaan Tsar, pulau yang dulunya bernama Pulau Cherep (yang artinya Pulau Tengkorak dalam Bahasa Rusia) merupakan tempat pembuangan tahanan pemerintah dan yang dianggap penjahat berbahaya, dengan kastil di tengah pulau sebagai penjara utama. Karena itu, di sekitar kastil terdapat sisa-sisa bangunan yang merupakan bekas tempat tinggal para penjaga penjara serta bangunan pendukung lain. Setelah Revolusi Rusia tahun 1917 yang mengubah sistem pemerintahan Tsar menjadi pemerintahan Sosialis Uni Sovyet, Pulau Cherep tidak lagi dijadikan penjara, dan dibiarkan kosong tidak berpenghuni.

Saat pecah perang dunia kedua, Militer Jepang menduduki pulau Cherep dan menjadikannya sebagai bagian wilayah Jepang. Anehnya, Pihak Uni Sovyet dan Rusia sekarang tidak berusaha mengambil kembali pulau yang sebetulnya menjadi hak-nya, hingga sampai sampai saat ini, Pulau Cherep tetap menjadi bagian dari teritorial Jepang. Namanya pun berubah menjadi Pulau Kitagai yang artinya Pulau terluar di bagian Utara Jepang. Dan seperti juga pihak Rusia dulu, Pihak Jepang pun tetap membiarkan pulau Kitagai seperti apa adanya. Hanya sesekali ada patroli dari Angkatan Laut Jepang yang melewati wilayah pantai Pulau Kitagai.

Pagi itu sebuah kapal mesin merapat di sebuah dermaga, yang merupakan satu-satunya dermaga yang terdapat di pulau Kitagai. Dari kapal berukuran sedang tersebut keluar puluhan orang, sebagian besar berpakaian ala ninja dengan warna berbeda-beda. Mereka berbaris, lalu bersama-sama berjalan menelusuri jalan setapak, menuju ke arah kastil yang berada di puncak bukit kecil.

Aktivitas para Ninja itu rupanya sedang diamati oleh seseorang yang bersembunyi di atas bukit, di balik reruntuhan bangunan yang banyak tersebar di berbagai penjuru pulau.

Setelah merasa cukup mendapatkan informasi dari apa yang dilihatnya, dengan mengendap-endap supaya tidak ketahuan, Daisuke segera beranjak dari tempat pengintaiannya, bergabung kembali dengan Kenji dan yang lainnya yang telah menunggu di reruntuhan bangunan yang lain, tidak jauh dari tempatnya mengintai.

"Mana Inoda?" tanya Daisuke yang tidak melihat Little Bang di tempat mereka berkumpul. Hanya ada Kenji, Jeane dan Sergei yang sedang duduk diantara reruntuhan bangunan. Kenji duduk di sebelah Jeane yang sedang memegang tablet PC.

"Yuchi sedang mendapat tugas memeriksa keadaan sekitar Oni Tera, sekaligus membuat jebakan untuk mengamankan kita," Kenji menjelaskan.

"Sendirian? Dia bisa tertangkap."

"Tubuh Yuchi kecil. Justru dia bisa lincah bersembunyi dan tidak terlihat oleh siapapun. Aku tidak mungkin menyuruh Sergei untuk pergi bersamanya. Badannya yang besar malah akan menyulitkan gerakan Yuchi."

Kenapa tidak kau saja yang pergi bersama Yuchi! Batin Daisuke sambil melirik Kenji dengan pandangan mulai tidak suka. Apalagi Kenji sekarang sedang berada di dekat Jeane, Wanita yang ditaksir nya sejak mereka pertama kali bertemu.

"Bagaimana?" tanya Kenji.

"Ada lebih dari dua puluh orang Onimusha yang baru saja datang. Aku tidak tahu apakah ada Onimusha lain lagi yang datang atau tidak," Daisuke memberikan laporannya. Onimusha adalah nama untuk menyebut prajurit Oni. Arti secara harafiahnya sendiri adalah Prajurit Setan. Sedang untuk para pembunuh bayaran seperti Kenji, Daisuke, dan lain-lain disebut Onikira.

"Bukan Onimusha yang aku takutkan." Ujar Kenji sambil menatap ke arah kastil yang berdiri megah di kejauhan.

"Kau tidak punya rencana untuk langsung masuk ke dalam dan menghadapi mereka secara terbuka kan?" tanya Daisuke.

"Kau kira aku bodoh? Jika benar ini Oni Tera, ada ratusan Onimusha dan mungkin puluhan Onikira disana. Kita akan habis dibantai sebelum sempat menemukan Riva." Sahut Kenji.

"Lalu apa rencanamu?"

Sebagai jawaban, Kenji merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke arah kastil. Matanya lalu terpejam dan dia menarik napasnya dalam-dalam.

"Sedang apa dia?" tanya Daisuke pada Sergei yang berdiri di sebelahnya. Yang ditanya hanya menggeram kecil.

Kenji membuka matanya, tapi kedua tangannya masih tetap direntangkan ke depan.

Sebuah suara mengalihkan perhatian mereka. Yuchi Inoda muncul dari balik batu besar yang ada di dekat situ.

Melihat kedatangan Yuchi, Kenji segera menurunkan tangannya.

"Kelihatannya penjagaan tidak terlalu ketat. Aku hanya melihat seorang Onimusha di pintu masuk kastil." Lapor Yuchi.

"Tapi mungkin ada ratusan di dalam..." tukas Daisuke.

"Sekarang adalah Hari Perjamuan Matahari. Kalian tahu kan?" tanya Kenji.

"Tentu saja tahu. Tapi apa hubungannya dengan tujuan kita?" Daisuke balas bertanya.

"Aku tahu. Saat puncak Perjamuan Matahari, seluruh anggota kelompok akan berkumpul di ruang perjamuan. Hanya ada penjaga yang berpatroli di seluruh areal Oni Tera. Itu akan memudahkan kita untuk mencari dan menyelamatkan Ketua." Tukas Yuchi. Dia telah menyebut Riva dengan sebutan Ketua.

"Tapi tetap saja masih berbahaya. Sekali ketahuan, kita tidak akan bisa keluar dari Oni Tera dengan mudah." sanggah Daisuke.

"Lalu, kau akan menyelamatkan Ketua dengan cara apa? Datang dan minta baik-baik, dengan harapan Ketua akan dibebaskan begitu saja? Atau kau merencanakan datang saat semua anggota kelompok sedang pergi keluar? Mungkin kau merencanakan untuk mengadakan pesta barbekyu di luar untuk memancing mereka semua keluar sehingga kau bisa masuk ke dalam dengan bebas dan memeriksa semua ruangan di dalam tanpa ada yang mengganggu?" balas Yuchi.

"Bukan begitu, maksudku..."

"Aku tidak ingin memaksa..." Kenji memotong ucapan Daisuke.

"Bagi yang merasa ini berbahaya dan merupakan perbuatan yang sia-sia, boleh meninggalkan tempat ini. Aku sendiri merasa kalau Riva adalah pewaris ketua kelompok Oni yang sah, ketua kita. Jadi kita harus menyelamatkan dia dan membantunya untuk mendapatkan haknya. Tapi aku tidak memaksa kalian untuk setuju dengan pendapatku ini. Kalian boleh pergi dari sini kapan saja kalian mau." Lanjutnya.

Ucapan yang singkat, tapi bisa membuat suasana jadi hening. Tidak ada yang bersuara lagi.

"Kau punya sebuah rencana kan?" Kali ini Jeane yang angkat bicara. Tablet PC-nya telah dimasukkan ke dalam tas ransel kecil yang dibawanya.

"Aku belum punya keinginan untuk mati secara sia-sia." Ujar Kenji, tidak secara langsung menjawab pertanyaan Jeane.

"Tapi kau punya rencana?"

"Tentu, tapi semua rencana ini tergantung kalian."

MAWAR MERAH MATAHARI : Unpublished StoriesWhere stories live. Discover now