Episode 17

895 81 15
                                    

●●●

(Kerajaan Elris)

Pelatihanku saat ini sedang berlangsung, bagaimanapun aku harus menegakkan keadilan disini.
Aku tidak akan kalah dengan mereka dari orang-orang ras Api yang bertindak semaunya saja.

Orang yang kuat adalah orang yang mampu melindungi sesamanya, bukan orang yang bertindak seenaknya.

Itulah tekadku saat ini, tapi dengan tekad saja tidak akan cukup untuk mengalahkan mereka.

Aku harus lebih kuat lagi!

Kam. 11.00 AM.

"Cukup sampai disini, besok kita lanjutkan latihannya." Kata kapten Eliot.

"Tunggu sebentar..."

"Ada apa Kaito?"

"Apa... apa aku bisa memiliki kekuatan rahasia seperti para pendahuluku?"

"Kau sudah tahu jawabannya."

"Hah?"

"Kaito... kuperingatkan padamu."
Sahutnya sambil menepuk pundakku.

"I-iya apa..."

"Kamu tidak harus menjadi seperti para pendahulumu, tidak harus sehebat ataupun memiliki kekuatan seperti mereka. Tapi, tetaplah menjadi dirimu sendiri jangan terbebani akan para pendahulumu yang telah menjadi pahlawan dunia.
Karena pemikiran itu dapat memperlambat kemajuan bagimu."

"K-kapten..."

"Karena kekuatan yang sesungguhnya berasal dalam dirimu, Kaito."

"B-bijak sekali perkataanmu kapten..."
Ujarku dengan mata bergemilang.

"B-bodoh! Aku berkata seperti itu juga demi kebaikan bersama, pikirkankan hal itu. Dan ingat hilangkan tatapan anehmu itu..."

"Heh!?"

"Aku pergi dulu, harus ada yang kuselesaikan."

"Baiklah, tenang saja kapten aku akan menjadi yang terbaik dari pada pendahuluku." Sahutku dengan penuh percaya diri.

"Hmm... aku tunggu hasilnya."

(PERBINCANGAN RAJA ELRIS DENGAN PARA PETINGGI KERAJAAN)

"Ini akibatnya kita telah menolak tawaran dari negri Api." Sahut raja Stanley.

Lalu raja Elris menjawabnya...
"Tentu saja aku menolak tawaran itu, bagaimanapun tanah di sebelah timur itu adalah milik rakyat kita. Tanah yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk kita dan pemasukan bagi negri ini. Tapi mereka orang-orang Api ingin menukarnya dengan sejumlah emas."

"Iya, tapi... itu juga keputusan yang bijak. Aku tidak tahu bahwa mereka sangat menginginkan tanah di Timur sampai segitunya."

"Aku tahu apa yang sebenarnya mereka incar."

"Ha? Apa kau tahu?"

"Mungkin di tanah itu masih memiliki Aura yang kuat layaknya orang-orang dari ras Fantastic. Karena para pahlawan kita juga ada yang berasal dari sana."

"Hmm... kemungkinan besar yang mereka incar adalah kekuatan yang masih tersegel atau tersembunyi disana."

"Ya, kurasa juga begitu. Bagaimanapun kita harus menjaga daerah itu. Kapten Eliot, kuperintahkan kau dan para pasukanmu untuk memperketat penjagaan di tanah Timur."

"Baik yang mulia."
Kata kapten Eliot.

"Karena saat ini negri Api telah menyatakan perangnya. Sebenarnya itulah yang mereka incar sejak dulu jika tidak ada seorang pahlawan di negri ini." Ujar raja Elris dengan kesal.

Kam. 01.00 PM.

Saat ini hal yang terbaik adalah bersantai di bawah pohon yang lebat ini, huft... hembusan anginnya membuatku ngantuk.

"Kaito, apa kamu sudah makan?"
Tanya Alisha tiba-tiba.

"Heh!? Alisha... kukira siapa. Ehh... aku belum makan dari latihan tadi."

"Hmm... selalu saja bertindak ceroboh, bagaimana kamu membela negri ini kalau perutmu kosong."

"Hehe... iya maaf... maaf."

"Ini..." Sahutnya sambil memberi bekal makanan.

"Heh? Apa ini..."

"Iya makananlah masa senjata."

"Iya aku tahu, apakah bekal ini yang memasak kamu sendiri?"

"I-iya, tadi aku masak berlebihan jadi... aku buatkan untukmu juga."
Jawabnya dengan wajah memerah.

"Wow... terimakasih, kelihatannya enak."

"Heh?"

"Baiklah selamat makan... Wah! Benar-benar enak Alisha."

"B-benarkah?"

"He'em... masakan ini hampir sama rasanya seperti buatan ibuku, tapi lebih enak buatan ibuku."

"Hah!? Dasar kau ini."

Dan tiba-tiba aku tersedak karena makan sambil berbicara.
"Aduh... s-sial!"

"Kaito kamu tidak apa-apa? Ini minumlah..."
Katanya sambil menepuk badanku.

"S-sudah mendingan..."

"Huft... Kaito bodoh, makannya pelan-pelan."

"Iya nona."

"Heh? Nona? Bodoh..."
Ujarnya sedikit malu.

(KEDIAMAN DI NEGRI RAS API)

"Tuan, sepertinya mereka memperketat penjagaan di tanah Timur." Ujar jendral Mato.

"Hmm... tidak ada gunanya mereka melakukan hal itu. Yang lemah tetaplah lemah, di dunia ini yang terkuatlah yang akan bertahan."

"Jadi apa keputusanmu tuan?"

"Perintahkan rekanmu kapten Rizeya untuk memata-matai daerah itu karena hanya dia seorang yang mampu melakukannya dalam keadaan ini, dan temukan dimana tempat yang menjadi persembunyian benda prasasti dari ras Fantastic."

"Baik tuan... akan kuperintahkan dia sesuai perintahmu."

"Dan satu lagi, jangan sampai ada orang atau saksi yang melihatnya. Bila perlu bunuh saja orang yang menghalanginya. Karena kita butuh kekuatan yang baru segera."

"Baiklah tuan."

(Raja Api berkata dalam hati)
"Bagaimana langkahmu selanjutnya Elris bila aku sudah memiliki kekuatan yang setara dengan para pahlawanmu itu. Sayang sekali saat ini di negrimu tidak ada lagi seorang pahlawan ya haha..."

Jum. 09.00 AM.

"Kalian ikutlah bersamaku..."
Kata kapten Eliot.

"Mau kemana kapten?"
Tanyaku.

"Ke tanah Timur, ini juga sebagai wujud latihanmu untuk hari ini."

"Wah... benarkah..."

"Bukannya cukup jauh perjalanan kesana?" Tanya Alisha.

"Iya, sekitar 3 jam jika berkuda dari sini. Jadi ayo segera kemas barang-barang kalian karena ini perjalanan yang cukup panjang. Bawa yang perlu-perlu saja kita disana hanya untuk 3 hari."

"T-tiga hari?"
Tanya Alisha dengan cukup terkejut.

"Wah keren!"

"Heh? Ya ampun dasar Kaito keren apanya, huft..."

Kurasa tempat disana indah, seingatku saat menjelajahi dunia ini.
Lalu latihan seperti apa yang di buat kapten?

Hmm... entahlah.

●●●

Fantastic: Stay A Live [END]Where stories live. Discover now