🍼 Ada Rasa? 🍼

401K 27.4K 1.3K
                                    

Mari ramaikan lagi yaa

Belakangan ini gue kebanyakan main hp dan ngetik, tangan jadi agak sakit

Belakangan ini gue kebanyakan main hp dan ngetik, tangan jadi agak sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentar-bentar ini agak lain nih ceritanya. Gue udah terbiasa usil-usilan sama Rara selama ini tapi nggak ada getaran gimana-gimana. Mentok-mentok dompet gue yang getar karena dikuras Rara.

Otak gue sampai butuh waktu lama untuk memproses adegan ciuman barusan. Go, tolonglah itu cuma ciuman pipi dari bocah yang lo gandeng pas kecil dulu, bukan cewek seksi yang bisa bikin lo panas dingin.

"Kok Om cuma diem sih? Ngomong dong."

"Ra, barusan lo beneran cium gue?" gue menurunkan badan dia biar napak ke lantai lagi.

"Iya, emang kenapa?" Rara amat santai. "Lagian cuma ciuman pipi, Om pasti sebelumnya udah pro kan sama cewek-cewek cantik, harusnya sih ciuman barusan nggak berarti apa-apa."

Nggak berarti apa-apa gimana? Gue sampai nyentuh lagi pipi gue yang habis dia cium. Ya emang sih waktu dia kecil gue suka ciumin pipinya, Damar, Ilham juga ngelakuin hal yang sama. Tapi ini dia udah gede. Wah, kayaknya efek kelamaan jomblo hati gue jadi murahan gini.

"Om Igo, ayo masak. Rara udah laper tahu!" Rara ngelus perutnya. Untuk menormalkan lagi situasi yang sempat canggung--bagi gue sendiri mungkin--gue balik ke depan kompor lanjut bikinin dia nasi goreng.

Gue yang seharusnya lancar-lancar aja masaknya jadi kaku karena Rara yang berdiri nontonin gue. Mana bocahnya santai banget seolah yang terjadi tuh nggak ada artinya buat dia. Oke, gue emang mulai dramatis, tapi gue nggak biasanya gini.

"Nih." gue taruh sepiring nasi goreng di atas mejanya.

Rara yang udah megang sendok duluan bertepuk tangan senang. "Asik, kelihatannya sih enak ya, tapi nggak tahu rasanya."

"Gue getok juga pala lo, Ra." tangan gue terulur buat jitak dia tapi pas dia balik natap gue, nyali gue melempem. Tangan gue refleks ke kepala gue sendiri. "Yaudah Rara makan deh, gue mau ke kamar ya."

"Yahh jangan dong~" Rara narik kursi di sampingnya. "Temenin dong Om Igo."

"Makan sendiri aja ah, udah malem juga."

"Ya justru karena udah malam, kita nggak pernah tahu Om dedemit jenis apa yang tertarik sama Rara dan niat culik malem-malem gini. Emang mau dimarahin Papa Bagas kalau Rara menghilang ke alam goib?"

"Dedemit juga pilih-pilih target, Ra."

Gue mendengkus pasrah. Dengan enggan gue duduk di samping dia.

"Gimana rasanya, enak nggak?"

Rara menelan makanan, matanya melirik ke atas."Umh...kalau dibandingin masakan Papa sih ini lumayan. Papa kalau masak tuh kalau nggak asin banget ya hambar banget, lidahnya kayak mati rasa."

Married With A Young GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang