Third

1.4K 189 10
                                    

Terpaan sinar matahari dari gorden putih tipis memaksa jiwa Daehwi kembali ke dunia nyata. Tubuh mungilnya merenggang otomatis.

“Tuan Daehwi ...” Suara Bibi Song terdengar setelah suara ketukan pintu kamar. Daehwi segera bangun dari posisi tidurnya. Ia menyandarkan punggungnya pada headboards ranjang, lalu merespon panggilan Bibi Song.

“Sarapan sudah siap, Tuan,” ucap Bibi Song kemudian setelah mendapat izin masuk dari Daehwi. Lelaki bermarga Lee itu hanya mengangguk kecil dan menyibak selimutnya. Menurunkan kakinya dari ranjang sampai menyentuh lantai. Ia baru saja akan berdiri sebelum ingatannya kembali pada kejadian semalam.

“Jinyoung sudah bangun?”

Bibi Song mengangguk, “Tuan Jinyoung bahkan sudah berangkat sejak satu jam yang lalu, Tuan.”

Dahi Daehwi mengerut, 'Di hari minggu pun dia masih bekerja?'

Secepat kilat Daehwi menatap jam di atas nakas. Sekarang tepat jam tujuh pagi. “Dia sudah sarapan 'kan?” tanyanya kemudian, dan secara tidak sadar mengkhawatirkan Jinyoung.

“Sudah, Tuan.” Bibi Song tersenyum melihat ada kekhawatiran dari sorot mata Daehwi.

Daehwi mengangguk-angguk. Diam sejenak, sebuah ucapan samar-samar terlintas dalam kepalanya. Daehwi ingat, dalam kondisi terkantuk-kantuk semalam, ia masih bisa mendengar suara Jinyoung, termasuk permintaan maaf lelaki itu. Tanpa sadar bibir Daehwi melengkung sempurna.

“Apa hubungan Tuan Daehwi dan Tuan Jinyoung sudah membaik?”

“Eh?” Daehwi memekik kaget mendengar pertanyaan spontan dari Bibi Song. Daehwi berdeham pelan sambil mengangguk kecil, “Hanya salah paham saja. Semua sudah diselesaikan secara baik-baik.”

Ya, Daehwi tidak akan lagi mempermasalahkan kejadian kemarin. Ia sendiri yang terlalu sensitif—mungkin faktor kelelahan setelah mengantar pulang Chaeyoung. Toh Jinyoung sendiri juga sudah meminta maaf. Lebih baik ia lupakan kejadian kemarin.

“Syukurlah. Saya senang mendengarnya, Tuan,” ucap Bibi Song.

Daehwi terkikik geli, “Maaf sudah membuatmu khawatir, Bi.” Daehwi turun dari ranjang dan berjalan mendekati kamar mandi. “Kau boleh turun, Bi. Begitu selesai aku akan segera turun untuk menikmati sarapan.”

Bibi Song mengangguk, dan setelahnya membungkuk sopan pada Daehwi. Memberi waktu pada kekasih tuannya itu untuk membersihkan tubuh, sebelum menikmati sarapan yang sudah siap di ruang makan.

.

“Sudah berapa lama bibi bekerja di rumah ini?” tanya Daehwi begitu ia selesai dengan sarapannya.

“Hampir 30 tahun, Tuan. Saya bekerja di keluarga Bae sejak saya berumur 24 tahun. Sebelum tuan Jinyoung lahir, saya hanya bekerja sebagai pelayan. Lalu menjadi pengasuh tuan Jinyoung ketika ia memasuki sekolah dasar. Setelah Ayahnya meninggal, saya menjadi kepala pengurus rumah.”

“Ayah Jinyoung sudah meninggal?”

Daehwi memekik kaget, namun kemudian ia menyesal atas reaksinya yang membuat bibi Song bingung. Ia lupa jika statusnya saat ini adalah sebagai kekasih Jinyoung. Daehwi berusaha untuk tetap terlihat tenang.

“Jinyoung Hyung belum menceritakannya padaku, Bi” ujarnya seraya memasang ekspresi sedih. Sengaja, agar memperjelas bahwa ia benar-benar baru mendengarnya dari Bibi Song, bukan dari Jinyoung.
Beruntung Bibi Song tak berpikiran macam-macam. Ia hanya mengangguk dengan senyuman samar.

“Bibi tidak keberatan untuk menceritakan sedikit tentang Jinyoung padaku, kan?”

“Eh?”

“Maksudku ... aku ingin mendengar sedikit tentang Jinyoung yang belum kuketahui, seperti masa lalunya. Ia tidak pernah menceritakannya padaku. Kupikir karena Bibi Song sudah lama bekerja di sini, Bibi pasti tahu tentang masa lalu Jinyoung.”

My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang