Fourth

1.2K 200 3
                                    


Seperti kerasukan setan, Jinyoung mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak peduli dengan klakson yang berbunyi nyaring serta umpatan kasar yang di lontarkan oleh pengemudi lain ketika ia menyalip. Bahkan ia sempat menerobos lampu merah di perempatan yang baru saa ia lewati. Ini merupakan pengalaman terburuknya selama mengemudi.

Pikirannya berkecamuk membuat kepalanya serasa ingin meledak. Saat ini yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia sampai di rumah tepat sebelum Ibunya itu datang. Ia tidak ingin membuat Ibunya berpikiran macam-macam jika melihat Daehwi tinggal di rumahnya.

Begitu sampai, langsung saja ia memarkir secara sembarangan mobilnya itu. Dengan segenap kekuatan ia berlari menuju rumahnya.

BRAK!

Terdengar suara bantingan dari pintu utama yang dilakukan oleh Bae Jinyoung. Tak peduli jika suatu saat pintu itu akan lepas dari engselnya. Dengan tergesa-gesa ia menuju ruang tamu. Keringat mengucur deras dari pelipisnya.

Dari arah dapur Daehwi muncul di ikuti dengan Bibi Song yang berjalan di belakangnya. Daehwi yang sedari tadi sedang membantu Bibi Song di dapur di buat kaget mendengar suara bantingan dari arah luar. Dan sekarang ia mendapati Jinyoung yang sedang berusaha menetralkan napasnya yang terengah-engah. Ada apa dengan lelaki itu?

“Kau kenapa?”

Jinyoung mendongakkan kepalanya. “Eomma... apa Eommaku sudah datang?” tanyanya dengan napas yang tersendat. Ia melangkahkan kakinya menuju kursi yang tak jauh dari dirinya berpijak saat ini. Berkali-kali ia menarik napas panjang untuk menetralkan detak jantungnya.

“Oh? Kenapa dengan Eommamu?”

“Eomma tadi mengatakan akan datang―”

“Jinyoung-ah... Tolong bantu Eomma―Oh! Apa sedang ada tamu?” suara seorang wanita paruh baya mengalihkan perhatian semua orang yang ada di sana. Beberapa pelayan tampak mengambil alih barang-barang yang dibawa wanita itu.

“Eomma..” panggil Jinyoung kepada perempuan paruh baya yang berdiri tak jauh dari hadapannya saat ini.

“Ehm.. Dia ini? Apa kau―”

“Ini kekasihku yang aku katakan tempo hari, Eomma” tiba-tiba Jinyoung memotong perkataan Ibunya.

Ia meraih tangan Daehwi dan menggenggamnya lembut.

Daehwi yang saat itu tidak mengetahui situasi saat ini hanya bisa membelalakan matanya. Apa perannya sebagai kekasih Jinyoung di mulai hari ini? Cepat sekali.

Sadar bahwa Jinyoung tengah memperkenalkannya, segera ia membungkukkan badan di depan Ibu Jinyoung. “Namaku Lee Daehwi.” Ucapnya sopan.

Ibu Jinyoung memandangi Daehwi dengan tatapan meneliti. Di liriknya Daehwi dari atas hingga kebawah. Yang ditatap pun semakin merasa gugup. Ia masih memandang Daehwi dengan tatapan yang meremehkan seakan tidak puas terhadap sesuatu.

Ibu Jinyoung mendudukan dirinya di kursi single. Di ikuti Jinyoung dan Daehwi yang duduk di seberang wanita tua itu. “Kau... Lelaki bukan? Bagaimana bisa kau menjalin hubungan dengan anak lelakiku satu-satunya?" tanya Ibu jinyoung sinis membuat Daehwi menunduk diam.

"Ak―"

"Eomma, jangan salahkan Daehwi. Aku yang memintanya untuk menjadi kekasih." Jinyoung menyela sebelum Daehwi merasa takut dan bersalah. "Dan ada satu hal yang ingin kuberitahu pada Eomma. Maafkan aku jika belum bisa menjadi anak yang baik untukmu. Tapi ku mohon tolong mengerti dan mendukung jalan pilihanku," ujar Jinyoung serius. Padahal dalam hati ia gelisah takut akan menyakiti Ibunya. Daehwi pun begitu.

My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee DaehwiWhere stories live. Discover now