eleventh

1.5K 191 25
                                    

(Sepertinya seseorang menanamkan dinamit yang disebutdirimu’ di dalam hatiku. Mengapa kau seperti ini? Kau membuat hatiku berdebar-debar)
.

Pagi ini, Daehwi terlihat menuruni tangga dengan mata setengah terpejam. Sesekali ia menutup mulutnya yang menguap lebar karena rasa kantuk yang kembali menyerang. Daehwi tak peduli bagaimana penampilannya sekarang, rambut yang masih berantakan, dan wajah khas orang bangun tidur. Sebab perutnya sudah minta diisi ketika ia terbangun beberapa menit yang lalu.

“Apa tidurmu nyenyak?”

Suara itu sukses menghentikan langkah kaki Daehwi.

Ia menoleh. Matanya terpaku pada Jinyoung yang sedang duduk di ruang makan. Meskipun di hari minggu begini, laki-laki itu sudah berpenampilan rapi dengan pakaian santainya. Rambut hitamnya sedikit ditata ke atas dengan sentuhan gel. Wajah Jinyoung tampak segar, apalagi dengan aroma parfum yang menguar dari tubuhnya. Sangat fresh tapi kental akan aroma maskulin.

Daehwi tertegun. Untuk sesaat ia serasa terhipnotis oleh penampilan Jinyoung yang menurutnya luar biasa tampan ini.

“Kau kelaparan, ya?” Jinyoung mengamati penampilan Daehwi dari atas hingga bawah. “Begitu bangun langsung ke sini.”

Lamunan Daehwi seketika buyar. Buru-buru ia memperhatikan penampilannya dan saat itu juga, ia merasa malu. Dibandingkan Jinyoung yang terlihat dewasa, ia malah terlihat seperti remaja malas dengan rambut acak-acakan, dan pakaian yang kusut.

Tak ingin semakin malu, Daehwi memutar arah. Berniat meninggalkan ruang makan. Tiba-tiba sesuatu menahan langkah kakinya. Daehwi menoleh dan mendapati Jinyoung sedang mencekal pergelangan tangannya. Daehwi menunduk ketika merasakan tangan Jinyoung bergerak-gerak di atas kepalanya.

“Ayo, kita sarapan.” Jinyoung menuntun Daehwi mengikutinya kembali ke ruang makan. Lalu ia menarik salah satu kursi untuk Daehwi tempati—tepat di sebelahnya.

Daehwi tidak memberikan penolakan ketika Jinyoung dengan senang hati mengoleskan selai ke atas roti—menyiapkan sarapan untuknya. Daehwi mulai terbiasa dan sejujurnya ia menyukai itu. Ia akui dirinya sangat menyukai semua bentuk perhatian yang Jinyoung berikan padanya. Entah sejak kapan perasaan itu muncul. Memang terlalu cepat untuk menjabarkannya mengingat pertemuan mereka yang terbilang masih sangat singkat.

Hatinya terasa menghangat setiap kali ia berada di dekat Jinyoung.

Hatinya selalu berbunga-bunga setiap kali ia menerima perhatian dari Jinyoung.

Hatinya pun selalu berdebar-debar setiap kali Jinyoung memberikan sentuhan lembut untuknya.

“Apa rencanamu hari ini?”

Daehwi yang sedang menikmati sarapannya sedikit tersentak mendengar pertanyaan Jinyoung. Dilihatnya laki-laki itu sedang menyesap secangkir kopi yang sudah dihidangkan.

“Ngg ...” Daehwi berpikir sebentar. "Sebenarnya Hyungseob  dan Seonho akan kemari sebentar lagi. Tidak apa, 'kan?”

“Oh—benarkah? Tak apa, aku suka jika rumah ini menjadi lebih ramai.” jawab Jinyoung yang sibuk dengan mengoles rotinya.

“Benar tidak apa-apa? Aku merasa... mereka temanku tapi mereka akan kemari―”

“Temanmu akan menjadi temanku juga, Daehwi. Begitu juga sebaliknya.” ia menatap Daehwi yang sibuk memainkan gelas susu nya, “Tumben kau merasa sungkan begini. Biasanya kau bertindak semaumu sendiri.”

“Aku sedang tidak ingin berdebat, Hyung. Ini masih terlalu pagi untuk memulai sesuatu dengan perdebatan.”

Tak ada sahutan dari lelaki itu setelahnya. Daehwi terdiam sejenak, kemudian ia kembali memperlihatkan senyuman terbaiknya. Dalam hati Daehwi merasa senang. Setidaknya lelaki itu tidak melarangnya selama ia tinggal di rumah lelaki itu. Ia segera menghabiskan sarapannya dan lekas mandi, tak ingin berlama-lama terlihat memalukan di depan lelaki itu.

My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang