,4,

7.6K 593 34
                                    


Menunggu itu menyebalkan, sama hal nya dengan mengaharap sesuatu tapi semu. Begitu lah yang di pikirkan jimin saat ini. Sudah hampir 1 jam lamanya dia berdiri di depan gerbang kampus dengan wajah tertunduk lesu menggumamkan kata umpatan.

"Brengsek!"

"Jeon brengsek Jungkook!"

Pagi hari kala jimin ingin pergi ke kampus seorang diri. Jungkook sang adik dengan tidak sopan nya menarik pergelangan tangan sang kakak dan membawanya ke mobil. Tanpa sepatah kata pun dari garasi bahkan sampai tempat tujuan yang di lontarkan Jungkook. Jimin, dia lebih baik diam dan tak mau bersuara juga. Karena baginya, kejadian semalam itu masih membekas hingga kini.

Saat sesampinya di gerbang kampus jimin dengan cepat keluar dari mobil dan melangkah masuk, sebelum suara jungkook menggantikan nya.

"Saat pulang nanti aku akan menjemput, jadi tunggu saja aku."

Nada yang begitu dingin, namun jimin tetap lebih memilih menurutinya. Karena dia tahu, jika dia menolak, itu sama saja kau cari mati.

Hari semakin senja, langit yang semula biru keputihan kini berubah menjadi jinga sedikit merah. Tak ada tanda tanda pria tinggi itu datang. Perut lapar, keringat yang basa kini mejadi lengket di badan. Jimin menatap arloji yang melekat apik di tangan kanan nya. 'ini sudah hampir 2 jam aku menunggu mu kook.' suara batin jimin yang terlihat sangat kesal. Kaki sesekali menendang batu krikil yang mengganggu pemanadangan matanya di bawah. Saat kepala itu mendongak, mata jimin secara tak sengaja menatap siluet yang sangat jimin hapal. Mata jimin seketika membola saat yang di pandangnya kini berjalan mendekat kearahnya.

Jimin masih terdiam dengan eskpresi yang sangat syok kali ini. Seseorangdi hadapannya tersengum lembut. Sangat lembut, jimin merindukan senyuman itu. Tapi perasaan itu seketika hilang tatkala ia mengingat masa lalunya. Belum sempat orang itu menyapanya jimin sudah lebih dulu menyapa.

"Untuk apa kau kemari dan berdiri di hadapanku?" Dingin, sungguh nada yang amat dingin. Begitu kelam dan menusuk. Kata kata yang begitu menyakitkan bagi orang itu.

"Apa kabar?" Tanyanya.

"Cih! Masih bisa kau menanyakan bagaimana kabar ku?"

"Maaf." Kata itu terlontar dari bibir tipis orang itu dengan wajah tang begitu menyesali.

"Aku tak butuh kata maaf mu! Pergi lah!"

Pria itu tetap diam, namun karena begitu bencinya jimin melihat sosok di hadapannya, jimin lantas pergi meninggalkan nya.

Namun niatan itu terhenti kala tangan pria itu memegang pergelangan tangan jimin.

"LEPAS! TIDAK PUASKAH KAU MENYAKITI KU? DAN SEKARANG APA LAGI MAU MU TAE?" bentakan jimin mengejutkan nya.

"Tolong beri aku waktu untuk berbicara sebentar jimin." Memelasnya.

"Aku tak sudi melihat wajah mu, apa lagi berbicara dengan mu. LEPAS!" jimin masih memberontak aka tangannya yang di genggam erat oleh taehyung.

Sreet!

"Brengsek! Apa kau tuli? Dia minta di lepaskan. Jadi cepat lepaskan tangan mu."

"K-kookie?"

.

.

Cinta itu seperti batok kelapa, keras luarnya, kosong dalamnya. Tapi terkadang juga busuk isinya. Jimin sungguh menyesali hatinya yang dulu pernah melabuhkan hatinya untuk pria penghianat kim taehyung. Setelah semua ia korbankan kini hanya tinggal bualan belaka. Selagi menyelami kenangan masa lalu nya, jimin sedikit terlonjak tatkala sebuah kepala singgah di pangkuannya. Jimin hanya tersenyum sembari mengelus lembut surai hitam itu.

YOUNGER BROTHER OVER SEXWhere stories live. Discover now