18

2.7K 236 8
                                    

Suasana semakin hening dalam beberapa menit terakhir setelah jimin mengungkapkan semuanya. Fakta bahwa jimin tengah hamil. Entah atas dasar apa kini jungkook pergi meninggalkan jimin seorang diri.

Jimin, dia hanya m nangis tertahan. Pikirannya melayang ke jungkook, apakah jungkook tak akan menerima keadaan nya saat ini. Atau mungkin jungkook mulai jijik dengan jimin.

Sungguh sesak dada ini rasanya membayangkan semuanya. Semua yang sebentar lagi akan menjadi bencana untuk keluarga nya.

Kedua, apakah eommanya akan menerima nya?
Hamil,,,

Ya, dia hamil,,, dan anak yang dikandung nya adalah hasil dari perbuatannya dengan jungkook. Sebelum ia pergi ke LA, dan kini usia kandungannya telah menginjak 2 bulan.

Jimin takut, sangat takut untuk mengahadapi semua di hari esok. Ia kini menangis histeris. Sungguh miris.









.

.

Hari semakin larut, namun jungkook belum juga menunjukkan diri nya atau bahakn sekedar menghubungkan jimin. Entah kemana perginya dia.

Hingga pagi hari jimin yang tengah tertidur di sofa ruang tamu karena lelah menunggu jungkook pulang. Tak menyadari jika ada sepasang mata tengah memandang nya penuh kebencian.

Mata itu terbuka perlahan, dirasa badannya sakit karena tidur dengan posisi tak nyaman semalam.

Matanya menangkap seluit seseorang yang ia tunggu sejak semalam. ia bangun dan tersenyum lembut ke arah pria itu.

"Jungkook, kau pulang?"

Jimin mencoba mendekati jungkook dan memeluk nya, namun belum juga jimin meraih nya jungkook menghindar dari tangan jimin.

Jimin sangat terkejut akan sikap jungkook kali ini. Ia kembali terngiang akan pikiran-pikiran nya semalam. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di hari kedepannya.

"Jung-,,"

"Kenapa?"

Belum selesai jimin melanjutkan kata-katanya sudah terlebih dahulu pertanyaan jungkook membuat jimin bingung.

"Jungkook apa kamu lapar? Aku akan membuat kan makanan untuk mu."

Jimin mencoba mengalihkan tatapan tajam jungkook. Ia melangkah kan kaki nya ke arah dapur namun sebelum pergelangan tangannya di pegang erat oleh jungkook.

"Kookie, sakit." Begitu erat hingaga rasanya darah di pergelangan tangannya berhenti.

"Jangan coba2 mengalihkan perhatian ku hyung." Geram jungkook.

Sungguh tangan jimin rasanya begitu sakit, jungkook semakin mengeratkan pegangannya. Jimin bahkan sampai meneteskan air mata.

"Kookie," rintih jimin menahan isakannya.

"JAWAB! kenapa kau melakukan ini hyung?"

"Apa makasudmu kookie?"

"Kau hamil? Benar?"

Jimin memandang mata jungkook yang sungguh terlihat jelas jika ia sedang marah. Jimin takut namun ia harus kuat. Ia menatap mata jungkook. Pikiran nya hanya berkata, jika memang jungkook tak ingin anak dalam kandungan nya hadir maka. Jimin akan merawatnya seorang diri dan pergi dari kehidupan jungkook selamanya.

"JAWAB HYUNG!"

"IYA! aku memang hamil, aku hamil karena mu. Aku telah mengandung anak kita. Hasil dari perbuatan kita selama ini. Kenapa? Apa kah kau tak menginginkan anak ini lahir? Jika kau tak menginginkannya maka aku akan merawatnya seorang diri dan aku akan pergi dari kehidupan mu selamanya jungkook." Terdengar menyayat kalimat terkahir jimin. Namun jimin masih setia menatap lekat mata jungkook yang masih dalam posisinya.

Keduanya diam beberapa detik, hingga Jungkook menarik tengkuk jimin dan mencium bibir jimin dengan lembut. Tanpa ada nafsu.

Ciuman yang menyaratkan akan kebahagiaan dan kasih sayang, juga kerinduan yang selama ini ia pendam.

Ciuman yang begitu tulus.

Jimin terkejut akan tindakan jungkook yang tiba-tiba mencium nya. Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah. Air mata yang kini menetes di pipi jimin.

Tunggu, ini bukan air mata jimin, bahkan jimin masih dengan mode memandang wajah jungkook dengan syok.

Itu air mata jungkook. ... Benar itu air mata jungkook.

Apakah jungkook tengah menangis sekarang?

Jungkook melepas tautan mereka dengan perlahan. Di tatapnya mata jimin, mata yang selalu membuat nya tebuai. Mata kakaknya yang telah membuat nya gila.

Jimin masih menatap wajah jungkook tanpa berkedip, bahakan ia tak sanggup mengartikan semua ini. apakah jungkook,,? Dia... Dia menerima keadaannya???

"Aku sangat marah dengan mu, karena kau tak memberi tahu sejak awal."

"Aku merasa, aku bukan lah ayah yang pantas untuk anak kita."

"Kenapa aku tak tahu jika aku akan menjadi Seorang ayah."

"Dan itu sungguh membuat ku tersinggung."

"Apakah kau tak menginginkannya?"

"Sayang, aku begitu bahagia saat mendengar kau hamil, begitu bahagia nya hingga aku rasanya ingin sekali berteriak."

Di usapnya pipi jimin dengan lembut di tatapnya mata kesayangannya dengan senyum yang begitu menawan di mata jimin.

"Terimakasih, karena kau telah menjaga uri egya sayang." Di kecup nya kening jimin dengan lembut. Cukup lama jungkook mengecup kening  jimin. Tanpa sadar jimin kini meneteskan air mata.

Air mata kebahagiaan, ternyata semua pikiran buruknya terhadap jungkook, itu semua salah.

Di lepas nya kecupan itu dan di rengkuhnya tubuh mungil jimin dalam dekapannya.

"Kookie?"

"Hmm?"

"Gomawo."

"Sama-sama sayang. Aku mencintaimu."

"Aku juga sangat mencintai mu kookie."

Jimin membalikkan pelukan jungkook tak kalah erat.

.

.

.

In seoul

"Kenapa perasaanku tak enak?"

Seorang wanita paruh baya yang tengah membersihkan figura kedua anaknya semasa kecil. Tiba-tiba merasa dadanya berdesir dengan perasaan tak enak.














Tbc.

Annyeong..  wkwkwk aku kembali nih. Ada yg rindu? Bentar lagi mau aku end aja ya. Soalnya kasihan kalian nunggunya hehe.

Voment juseyeo..

30mei2019
Cynpark

YOUNGER BROTHER OVER SEXWo Geschichten leben. Entdecke jetzt