"8!

7.1K 412 12
                                    



Hari hari terasa begitu manis bagi jimin. Ketika mata terbuka, wajah tampan sang adik yang kini bersetatus kekasih hatinya yang tengah terlelap. 'tampan.' senyum terpatri ketika dahi jungkook mengerut, membentuk garis garis kecil ketika terganggu oleh ulah jail jimin.

Perlahan mata Jungkook terbuka, pandangannya terkunci pada mata hitam jimin. Jungkook pun mengukir senyum saat jimin tersenyum padanya.  "Morning kookie." Jungkook megulurkan tangan guna menyibak helaian surai yang menutupi sedikit mata jimin. "Morning hyungku sayang."

Cup!

Jimin memejamkan mata. Merasakan kecupan lembut dari Jungkook. Lantas memeluk nya seakan tak ingin kehilangan. Jauh dalam lubuh hati paling dalam. Jimin terlanjur jatuh. Ia tak ingin perasaan ini hilang. Ia ingin sekali egois kali ini. 'cinta tak harus memandang sebuah hubungan kan?' maksudnya, apakah cinta sedarah itu terlarang? Bagi jimin itu tak akan mengehentikan perasaan yang kini telah resmi menjadi milik jungkook. Entah mengapa hari hari jimin menjadi berbeda. Setiap kali dia ingin menjauh, tapi yang lain mendekati.






Pagi ini mereka meyantap makanan yang telah di buat special oleh jimin. Jungkook sih hanya tinggal duduk di dan menanti makananya datang. Dengan  mata yang terfokus pada tubuh mungil yang tengah sibuk berkutat dengan kompor. Sesekali senyum jungkook terukir saat melihat jimin yang tengah sibuk memasukan semua bahan makanan. Dengan sedikit ngedumel tak jelas 'gemas'.

"Apakah boleh kali ini saja aku duduk di sebelah mu kookie?" Tanya nya sedikit khawatir. Khawatir jika pria di hadapan nya ini tak suka dengan permintaannya.

"Wae? Apa kau tak suka duduk seperti biasanya?" Mata itu, jimin tahu jika mata itu adalah tanda ketidak sukaan. Jimin menunduk lantas Jungkook menarik pinggang jimin agar duduk di pangkuannya seperti biasanya.

Jimin pasrah. Karena jika Jungkook sudah marah maka rumah ini akan menjadi kapal pecah. Apa pun yang Jungkook lihat akan ia pecahkan. Jimin takut akan hal itu jika terulang kembali.


"Hyung, nanti aku akan menjemputmu jadi jangan kemana mana dan tunggu saja aku." Jimin mengerti lantas mengangguk dan berlalu meninggalkan jungkook.

'jangan coba coba bermain di belakang ku hyung.'

Sesampai di kelas, jimin mengeluarkan laptop, menyalakan dan mulai membuka file yang akan ia persentasikan hari ini.

"Kau terlihat lesu sekali chim?"

"Gamjjagiya!" 

"Hehe maaf mengagetkan mu."

"Lain kali jangan seperti itu hyung. Aku bisa jantungan."

"Iya maaf. Ku rasa kamu lagi banyak pikiran hingga tak sadar jika aku sudah duduk di sebelah mu eoh?"

"Aniya, aku hanya gugup untuk persentasi ku kali ini hyung. Apa kah aku akan mendapat beasiswa itu?"

"Hmm, aku rasa jika kau bersungguh sungguh. Kali ini pasti bisa chim. Hyung jamin."

Jimin tersenyun semangat kali ini. Semoga saja bisa. "Gomawo namjoon hyung."

"Hmm, cheonma. Apa pun asal kan itu baik bagi mu. Hyung akan selalu menudukung mu chim."

Lagi, jimin tersenyum bahagia saat mendapat dukungan penuh dari seorang sahabat yang sudah ia anggap seperti hyung nya sendiri.

.

.

.

Akhirnya hari ini berjalan dengan lancar. Semua sesuai dengan keinginan jimin. Ia berhasil meraih beasiswa dari persentasi nya beberapa jam lalu. Ini adalah mimpinya. Untuk bisa menjadi seorang senior dan seorang dancer international. Ia akan pergi ke LA guna melanjutkan studynya di sana.

Namun, bagiaman cara menjelaskan ke Jungkook. Apakah ia bisa mengerti dan memberinya ijin. Jimin bimbang, ia ragu akan keputusan yang ia pilih kali ini. Bagimana cara agar jungkook tak marah padanya.

Tin ! Tin !

Jimin tersadar dari acara melamunnya. Menyadari sebuah mobil hitam tengah berhenti di depan nya. Itu jungkook. Jimin segera masuk dan duduk di bangku penumpang.

Selama perjalanan jimin hanya diam. Ia masih melanjutkan acara melamunya tadi. Jungkook yang sadar akan kesunyian ini lantas mencoba membuka suara.

"Hyung, gwaenchanna?"

Jimin masih tak menjawab, membuat Jungkook semakin tak bingung. Lagi Jungkook bertanya. " Hyung? Wae? Kau ada masalah?"

Jimin tersadar dari lamunan saat tiba tiba Jungkook mengecup pipi jimin.

"Waeyo? Apa yang sedang kau pikirkan eoh?"

"Eoh? A-aniya. Aku tak memikirkan apa pun."

"Lantas mengapa kau diam saat ku memanggilmu hyung?"

"M-mianhe." Ucapnya lirih sembari menunduk.

"Jangan coba coba menyembunyikan sesuatu dari ku hyung. Sekecil apa pun itu akan ku ketahui." Ucapnya tegas.





Oh tuhan haruskah ia jujur saja? Namun apa reaksi jungkook saat mengetahui yang sebenarnya nanti? Jujur jimin sangat takut dengan jungkook. Tapi, ia harus berterus terang bukan? Ya harus. 'Kau bisa jimin. Kau pasti bisa.'

"Hmm k-kookie."

"Hmm?"

"Jika a-aku-"

"Aku apa? Bicaralah yang jelas hyung." Ucapnya santai.

"Hmm, jika a-aku mendapatkan b-beasiswa ke LA b-bagimana?"

Jungkook dengan reflex menepikan mobil. Menatap lekat mata jimin. Jimin sangat tahu jika saat ini jungkook tengah marah dan kecewa padanya.

"Apa maksudmu hyung?"

"A-aku mendapatkan b-beasiswa ke LA kook. Dan-."

"Dan kamu aka pergi meninggalkan ku disini sendri begitu maksudmu eoh?"

"Tidak kookie, aku tahu kau akan begini."

"Jika kau tahu, mengapa masih di lakukan jimin?"

Jimin yang mendapatkan panggilan seperti itu pasti tak suka. Jika Jungkook sudah menyebut nama aslinya. Itu berarti jungkook benar benar murka. Jimin diam. Ia tak berani berkata lagi. Jika ia ingin selamat.

"Batalkan beasiswa itu." Ujarnya tegas.

"Tapi kookie, ini mimpi hyung. Sejak dulu hyung berudaha mengejar beasiswa ini. Berkali kali pula hyung gagal, namun hyung tetap berusaha demi mendapatkan nya. Apa kau tak bisa mengerti keinginan hyungie eoh?"

"Aku tak peduli hyung! Mau kau nangis darah pun aku tetap tak akan mengujinkan mu." Tegas jungkook.

Jimin sudah tak habis pikir. Mengapa adiknya yang kini menjabat sebagai kekasihnya begitu egois. Sangat egois malah. Jimin lantas membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Berlari mencari taxi tanpa menhiraukan teriakan dari dalam mobil di belakang nya.

"Aaaaarrggghh!!"

"Kenapa kau begitu sulit mengerti jimin?"


Entah kemana arah tujuan jimin saat ini. Yang jelas ia akan pergi menjauh dari Jungkook serta rumah untuk beberapa jam saja. Setidaknya agar hati, pikiran, dan airmata nya mulai tenang. Dan Jungkook pun bisa mengerti.


















Tbc.

Voment jusseyeo 💕💕

Naaah dapet bonus kan hari ini up 2x. Kurang baik apa chim eoh? Wkwkwk hayo lo makin bingung ya.

Oh ya btw ini flashback nya belum end lo. Semoga paham ya. Thnks

3juni18
Cynpark_chim

YOUNGER BROTHER OVER SEXWhere stories live. Discover now