21

3.2K 193 14
                                    


.

.

.

.

"Apa kau yakin dengan ucapan mu Jungkook?"

Seketika suasana menjadi kacau, cahaya tak dapat di lihat lagi, begitu gelap, sangat gelap. Angin terasa begitu dingin bahkan hingga menusuk ke tulang paling tersembunyi di antara daging. Semua berubah kelam setelah perkataan seorang Jungkook beberapa menit yang lalu.

Setelah semalaman dia bernego dengan Jimin, akhirnya mereka berdua hadir di hadapan sang ibunda. Sosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik bahkan di usia nya yang hampir setengah abad itu. Sorot mata yang semula menunjukkan kerinduan akan anak-anak yang beberapa minggu tak bertemu. Kini berubah sendu. Terlihat sakit akan, kecewa bahkan merasa tak berarti.

"Eomma, maaf kan aku. Sungguh ini semua bukan salah Jimin hyung, ini semua salah ku eomma." Terang Jungkook.

Jungkook mengakuinya, ia benar-benar mengakui hubungannya dengan sang hyung yang selama ini mereka tutupi. Bahkan Jungkook terang-terangan mengungkapkan bahwa Jimin tengah mengandung anak nya. Semua perasaan yang semula ia tutupi terkuak sudah dengan pengakuan Jungkook.

Jimin kini keadaannya sangat kacau, mata memerah dengan air yang senantiasa membasahi pipinya. Belum lagi suara isakan yang nyaris membuat Jungkook ingin sekali merengkuhnya saat ini. Sangat menyakitkan jika di dengarkan. Jimin takut, ia sangat takut jika sang eomma akan membenci nya bahakan yang ada di pikiran Jimin, bahwa eomma-nya justru jijik melihatnya sekarang. Selama ini Jimin adalah putra yang sangat eomma nya jaga, sangat eomma nya lindungi, bahkan eomma-nya rela berkorban apa pun demi Jimin. Jimin merasa telah melukai hati eomma-nya. Begitu dalam, sangat dalam.

"Eo-eomma." Lirih Jimin

"Jangan sebut namaku dengan panggilan menjijikkan itu Jimin." Desis eomma-nya.

Jimin semakin merasa terpukul sekarang. Bahkan eomma-nya, tak mau lagi mendengar suaranya. Suara yang sering kali eomma rindukan ketika sedang merajuk, bermanja. Kini tidak ada lagi.

"Eomma, tolong maafkan kami. Sungguh aku tidak bisa lagi membohongi mu terus menerus eomma. Ini semua karena aku benar-benar mencintai Jimin. "

"TUTUP MULUT MU JUNGKOOK!" teriak eomma.

"Kau bahkan tak punya malu untuk mengakui semuanya sekarang? Apa kau tau jika dia itu hyung mu?" Bentak eomma.

"Eomma-,"

"Tidak jungkook ini semua salah. Ini semua tidak benar. Kau-," tunjuk eomma tepat di depan mata Jungkook

"Kau bahkan terlihat sama menjijikkan nya dengan ayah mu."

"Eomma, aku tau appa telah menyakiti hati eomma. Tapi aku juga tau bahwa Jimin hyung sebenarnya adalah buk-,"

"DIAM! Cukup Jungkook cukup. Dari mana kau tau? Hah?"

"Eomma aku bukan anak kecil lagi. Aku tau semuanya eomma. Karena itu kau sangat benci dengan appaku dan kau, dulu lebih memilih anak yang tidak jelas asal-usulnya dan kau rela membohongi kami selama 23 tahun ini. Kau rela meninggalkan appa ku demi anak kecil yang kau temukan di taman bermain tanpa tau asal-usulnya." Jungkook sudah tidak bisa lagi membendung hatinya yang selama ini ia pendam sendiri.

Jimin hanya menatap bingung ke arah Jungkook dan eomma yang kini saling menatap layakanya ingin saling membunuh. Apa yang jimin tidak ketahui sebenarnya? Apa yang telah Jimin lewatkan selama ini? Kenapa anak dan ibu di depannya ini sangat saling benci? Ada apa?

"Kau, tidak tahu apa-apa lebih baik diam." Kata eomma penuh penekanan.

"Aku akan benar-benar melawan mu mulai saat ini, eomma." Desis Jungkook penuh amarah.

Ia berjalan ke arah Jimin dan menarik tangannya untuk ia bawa keluar rumah. Hingga langkah kakinya berhenti saat suara di belakang punggungnya menginterupsi.

"Jangan bawa-bawa hyung mu terjun ke masalah ini Jungkook-a."

"Aku bahkan tidak perduli lagi akan keputusan yang kau pilih untuk kami. Karena aku benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan restu mu. Suka atau tidak. Aku tetap akan melindungi Jimin."

Setalahnya jungkook benar-benar membawa Jimin pergi. Hingga terdengar suara pecahan kaca di dalam rumah itu.


.

.

.

.

"Istirahat lah hyung, kau pasti lelah."

Selama di perjalanan Jimin dan jungkook hanya saling diam tanpa ada yang mau mengucapkan kalimat apa pun. Hingga mereka tiba di apartemen. Barulah jungkook membuka suara. Jimin hanya diam, dia ingin minta penjelasan, tapi dia takut, karena jungkook masih terlihat emosi saat ini.

Satu kecupan lembut dan lama Jimin terima di dahinya. Usapan lembut di pipinya pun terasa berat. Entah mengapa Jimin merasa ada yang jungkook tengah tutupi. Jimin sungguh tak mengerti.

Hingga saat jungkook akan meninggalkan Jimin di kamar, tangan jimin meraih kemeja belakang jungkook.

"Ko-kookie." Lirih Jimin penuh rasa takut.

Jungkook berbalik dan menatap Jimin bingung.

"Ne?"

"Bisa temani aku tidur?"

Jungkook hanya tersenyum, namun langkahnya menghampiri Jimin dan ikut merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Memeluk sang kekasih dengan sayang. Mengecup kepala hyung kesayangan, menyalurkan rasa betapa besar cintanya untuk jimin.

"Tidurlah."





.



.





.

Tbc.

Voment juseyeo

Cynpark_chim,31agst2019

YOUNGER BROTHER OVER SEXWhere stories live. Discover now