#15

4.3K 451 123
                                    

Semenjak hari itu, Singto semakin mengurung dirinya, tidak mau keluar dari dromnya, ataupun pergi untuk kuliah, sampai membuat teman-temannya khawatir akan keadaan pria itu yang semakin hari semakin memprihatinkan saja.

Bahkan ketika mereka datang ke tempat Singto, pria itu tidak membukakan pintu untuk mereka, ingin rasanya mereka mendobraknya, tetapi tidak bisa yang ada justru mereka akan terkena Omelan dari Singto, yang moodnya tidak baik belakangan ini dan selalu saja mengomeli mereka.

Dan yang lebih parahnya lagi, suka marah-marah tidak jelas, Sampai mereka merasa Singto sudah tidak waras lagi sekarang, karena yang di lakukan pria itu setiap hari hanyalah berdiam diri dan juga menangis, tidak ada hal yang lain lagi.

"Kita dobrak saja." Usul New.

"Bagaimana jika dia bertambah marah dan mengusir kita?" Tanya White.

"Itu lebih baik, daripada dia mati di dalam sana, aku jadi takut belakangan ini, dan itu semua karena drama murahan yang kau bawa waktu itu tahu, aku jadi takut sing benar-benar gila, dan bunuh diri." Sela Tae, sambil menatap New tajam, ini semua karena ulahnya yang tidak tahu situasi itu, membuat mereka semua jadi berpikiran yang tidak-tidak sekarang.

"Oh, kenapa itu drama kesukaan ku." Kata New tidak mau di salahkan.

"Aku menunggumu, terkena karma juga sama seperti, Sing. Biar tahu rasa kau itu." Cetus White, yang langsung membuat New memiting pria itu.

"Jangan ribut, bagaimana ini nasib, sing?" Tanya Tae, memisahkan keduanya.

"Entah aku bingung." Jawab White.

"Eh, tunggu dulu." New merogoh saku celananya, dan mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya, kemudian menyerahkannya pada Tae, "Ini kunci cadangan sing, aku meminjamnya beberapa hari lalu."

Tae dan White langsung menatap New penuh kekesalan, daritadi mereka bingung tetapi ternyata new punya kunci cadangannya.

"Kenapa kau tidak bilang daritadi?" Tanya Tae.

"Maaf, aku lupa. Habis kalian mengajakku ribut terus daritadi, aku kesini kan untuk mengembalikan kunci itu." Jawab New dengan wajah polosnya.

Ingatkan Tae jika di dalam ada Singto yang tidak tahu bagaimana kabarnya, jika tidak pasti pria itu akan memberikan pelajaran pada New.

Dengan cepat Tae membuka pintu itu, dan masuk kedalam sana, saat mereka menginjakkan kakinya di dalam yang menyapa mereka bertiga hanyalah kesunyian dan kegelapan, banyak barang-barang yang berceceran di lantai, serta serpihan-serpihan kaca yang tidak tahu dari mana asalnya.

Mereka menatap ke arah tempat tidur, dimana ada seseorang yang tengah berbaring di atas sana, dengan cepat White mencari saklar lampu, lalu menghidupkannya, hingga terlihatlah dengan jelas kekacauan yang berada di dalam kamar Singto.

"Sing..." Panggil New mencoba mendekati temannya itu, tetapi tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut pria itu, bergerak saja tidak.

Pikiran buruk mulai masuk kedalam kepala mereka, hingga berlari ke arah Singto, dan mengecek kondisi temannya itu.

"Huuhhhh, dia masih bernafas." Gumam Tae dengan menghela nafas leganya.

"Tapi badannya panas." Kata White.

"Kita bawa dia kerumah sakit saja." Usul New.

"Iya, ayo." Jawab Tae yang setuju dengan usul New, karena kali ini usulnya itu benar.

Saat ketiganya ingin membawa Singto, pria itu membuka matanya, dan menatap ke tiganya dengan lemas.

"Kalian mau membawaku kemana?" Tanya Singto, dengan suara lirih tidak terdengar.

[12]. Do You Know [ Krist x Singto ]Where stories live. Discover now