Spesial Chapter

8.4K 511 113
                                    

Ada seorang orang pemuda manis yang kini tengah duduk sendirian di sebuah kafe, bibirnya mencebik dan raut wajahnya kini dipenuhi dengan kekesalan, jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk meja tempatnya duduk saat ini dengan tidak tenang.

Tidak berselang lama, pintu kafe itu terbuka, dan munculah seorang pria tampan yang tersenyum dengan sangat menyilaukan ke arah pemuda yang mendudukan dirinya di meja paling ujung kafe itu.

Percikan hawa kemarahan tergambar jelas di wajah pemuda manis yang tidak lain adalah Krist itu, ekor matanya menatap seseorang yang baru saja datang dan mendudukkan dirinya di depan Krist itu dengan tidak bersahabat sama sekali.

Singto selalu saja tidak pernah datang tepat waktu, saat mereka ada janji untuk bertemu bersama, mungkin hari-hari lain Krist bisa memaafkan tetapi kali ini tidak.

Amarahnya memuncak, tidak bisa di bendung-bendung lagi, tinggal 2 hari lagi mereka akan menikah, namun tetap saja Singto membuatnya kesal.

Bayangkan saja, semakin hari semakin mendekati hari pernikahan keduanya, Krist semakin ragu dengan semua ini, dia saja bisa merelakan pekerjaannya demi Singto, namun pria itu tidak.

"Sayang...." Panggil Singto dengan senyuman manis, tanpa ada dosa sama sekali yang terpancar dari wajahnya.

"Apa?" Tanya Krist ketus.

"Jangan marah, P' hanya terlambat 30 menit kali ini." Jawab Singto.

"30 menit? Kemarin kau terlambat berapa menit? Dan kemarinnya lagi?" Tanya Krist menantang sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Singto katakan di tambah dengan wajah memelas andalannya.

"Berhenti memasang wajah seperti itu, sebenarnya yang mau menikah disini itu siapa? Kita berdua atau hanya aku? Atau aku perlu mencari pria lain untuk menggantikanmu dan menemaniku mengurus pernikahan ini?" Tukas Krist.

"Jangan, kenapa kau tega berbicara seperti itu." Singto menatap Krist dengan mata berkaca-kaca, "P' kan bekerja, jadi tidak punya banyak waktu, banyak yang harus P' kerjakan sebelum pernikahan kita." Jelas Singto.

"Apalagi? Pho bilang kau bisa mengambil cuti, seperti aku." Ingatkan Krist.

"Sepertinya kau masih marah karena pekerjaan itu." Gumam Singto.

"Tentu saja aku marah, kau yang menyuruh Pho untuk membujukku berkerja disana, dan yang lebih parahnya lagi, aku menjadi sekertaris mu, yang benar saja, dan yang kau lakukan padaku setiap harinya hanya kemesuman." Keluh Krist, kesal sekali pada kelakuan Singto yang semakin hari semakin tidak masuk akal.

"Kenapa marah-marah bukankah kau suka?kau tidak pernah bilang apapun ketika kita melakukannya, sekarang baru marah-marah padaku. Tapi bukankah itu bagus aku atasanmu dan kau sekertarisku, kita berdua bisa bersama dan tak terpisahkan." Jawab Singto.

"Tutup mulutmu itu, kau ingin aku mengulitimu." Ancam Krist, seraya memukul kepala Singto.

"Jahat." Kata Singto.

"Aku memang jahat, jika kau tidak suka menikah saja dengan orang lain." Seru Krist.

"Kenapa belakangan ini kau sering marah-marah padaku sih, aneh sekali." Keluh Singto.

"Memang kenapa kau tidak terima?" Krist bangkit dari tempat duduknya, dan ingin berjalan pergi meninggalkan Singto, "Aku sudah tidak mood, kau urus saja pakaian pernikahan itu sendirian, dan pakai saja sendiri, aku kesal padamu." Sungut Krist, sembari merogoh sakunya, mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang, lalu meletakkannya di atas meja, sebelum melangkahkan kakinya keluar dari dalam kafe itu.

[12]. Do You Know [ Krist x Singto ]Where stories live. Discover now