3

10.9K 1.8K 146
                                    

Namanya Kim Taehyung, yang Jimin tahu, pemuda itu lahir di akhir bulan Desember, saat musim dingin, ketika kembang api dan salju bertabrakan di langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namanya Kim Taehyung, yang Jimin tahu, pemuda itu lahir di akhir bulan Desember, saat musim dingin, ketika kembang api dan salju bertabrakan di langit.

Jimin pikir, Taehyung juga akan sedingin salju saat tahu bahwa Jimin, adalah anak dari wanita yang merebut ayahnya dari ibu Taehyung. Begitu yang sering Jimin dengar dari neneknya ketika wanita itu berusaha menjauhkan Taehyung dari Jimin.

Tapi ternyata Jimin salah menduga, sejak awal, pemuda dengan mata bulat cemerlang itu tidak sekalipun nampak terganggu dengan kehadiran Jimin. Tidak sekalipun terpengaruh dengan perkataan neneknya, Taehyung yang selalu diam-diam menyelipkan lolipop di dalam tas sekolah Jimin, Taehyung yang selalu duduk di depan pintu kamar Jimin ketika nenek memarahi Jimin dengan kata-kata kasar.

Kata-kata yang bahkan belum dimengerti oleh Jimin pada saat itu, kata-kata yang akhirnya Jimin ketahui artinya ketika beranjak remaja, dan membuat hatinya hancur.

Tapi Taehyung, pemuda itu selalu datang pada Jimin. Memeluknya meski Jimin berontak enggan untuk dipeluk olehnya. Membisikan kata-kata yang sama,

"Kau saudaraku, Jimin. Kau kakak ku." selalu itu, dan Jimin benci.

Sebaik apapun sikap Taehyung padanya, rasa benci itu perlahan mulai tumbuh di hati Jimin. Ah, apa tidak terlalu dini untuk menyebut perasaan itu sebagai rasa benci? Mungkin, iri? Ya, Jimin iri pada Taehyung yang seperti mendapatkan semua kebahagiaan yang ingin Jimin rasakan juga.
Pelukan nenek, kasih sayang ayah. Hanya Kim Taehyung yang mendapatkan itu semua, hanya Taehyung.

Taehyung itu aneh, dia anak yang aneh. Dia terlalu berisik saat di rumah, selalu mencoba mengajaknya bicara, tapi saat di sekolah, dia akan berubah menjadi anak yang pendiam. Taehyung itu aneh, dia selalu memasang senyum kotaknya setiap kali melihat Jimin. Tapi selalu nampak sedih saat berada di sekolah.

Jimin pikir, ada yang salah dengan Taehyung. Jimin mengetahui itu saat tahun kedua dia berada di rumah Kim.

2012

Taehyung terjatuh dari atas pohon besar di samping rumah, lututnya berdarah, sikunya juga. Bibi Nam datang tergopoh-gopoh, merangkul Taehyung masuk, nenek marah-marah pada bibi Nam yang lalai menjaga Taehyung.

Ketika diobati, Taehyung hanya diam. Sibuk menggigit apel seolah tidak merasakan sakit, padahal, Jimin yang diam-diam memperhatikan saja meringis membayangkan bagaimana sakitnya.

Jimin pikir Taehyung hanya berakting agar terlihat kuat saja. Lalu Jimin melupakan kejadian itu.

Mungkin lima bulan, saat musim panas datang. Taehyung memaksanya untuk ikut pergi ke sungai dekat peternakan paman Choi. Jimin hanya duduk di bawah pohon, memperhatikan Taehyung yang tertawa-tawa sendiri bermain air. Hingga dia terpeleset, jatuh, dan kepalanya terantuk batu.

Darah, kepala Taehyung berdarah. Anehnya, Taehyung menghampiri Jimin dan bilang dengan ekspresi kosong,

"Jimin, kepalaku berdarah."

Jimin yang panik, membawa Taehyung ke klinik desa. Nenek dan ayah datang, nenek memarahi Jimin, memberinya sumpah serapah di depan orang banyak, di depan pasien yang mengantre, di depan para dokter dan suster. Sementara ayahnya, apa yang Jimin harapkan? Ayahnya akan membelanya? Merangkulnya sambil bilang, semua akan baik-baik saja? Atau, ini bukan salahmu, Jimin.

Nyatanya, Kim Eun Woo hanya diam, masuk ke ruang perawatan dimana Taehyung ditangani.

Jimin melihat dari luar, kepala Taehyung yang luka dijahit. Seperti waktu itu, Taehyung hanya diam, bahkan rasa-rasanya Taehyung tidak dibius sama sekali. Apa Taehyung tidak merasa kesakitan? Apa dia begitu kuat menahan rasa sakitnya?

Taehyung dibawa pulang setelahnya, nenek melarang Jimin untuk mendekati Taehyung. Jimin tidak peduli, toh, sejak awal dia juga tidak ingin dekat dengan siapapun di rumah itu.

Tapi Taehyung, malam itu menyelinap ke kamar Jimin, naik ke tempat tidur Jimin pelan-pelan.

"Kenapa kau di sini?" Jimin terkejut, karena tiba-tiba sudah ada Taehyung di sampingnya.

Taehyung tersenyum, senyum kotak yang selalu dia perlihatkan di depan Jimin. "Aku tidur di sini,ya. Aku mimpi buruk." jawabnya.

Jimin mendorong Taehyung, "Kembali ke kamarmu. Aku tidak mau mendengar nenek marah-marah di tengah malam karena kau dekat-dekat denganku."

Alih-alih menurut, Taehyung malah menarik selimut Jimin. "Nenek tidak akan tahu kalau kau tidak berisik. Sudah, kembali tidur. Anggap saja aku tidak ada di sampingmu, hmm?" Taehyung merebahkan diri, kemudian memejamkan matanya.

Jimin berdecak, membelakangi Taehyung. Tapi dia tidak bisa tidur, Jimin berbalik, menatap perban yang masih ada di kepala Taehyung.

"Kalau ada yang mau kau tanyakan, tanyakan saja, Jim." tiba-tiba Taehyung bersuara, matanya membuka, manik hitam itu menatap Jimin yang terlihat kaget. "Sepertinya banyak sekali pertanyaan di dalam kepalamu. Aku ini pandai menebak."

Jimin menelan ludah, ya, banyak sekali pertanyaan tentang Kim Taehyung di dalam kepalanya.

"Apa kau tidak merasa sakit?" itu pertanyaan paling besar di pikiran seorang Jimin yang berumur dua belas tahun.

Taehyung tersenyum, seolah tahu Jimin akan menanyakannya dan dia sudah menyiapkan jawaban. "Aku ini istimewa, Jimin."

Jimin mengerutkan kening, bingung.

"Aku ini seperti superhero. Aku tidak bisa merasakan sakit." senyum kecil masih terukir di wajah Taehyung, meski kini mata itu menatap Jimin sendu.

"Jangan bercanda." Jimin mendengus.

Taehyung tertawa kecil, "Aku serius, aku tidak bisa merasakan sakit, aku tidak bisa merasakan panas, atau dingin, aku tidak bisa merasakan apapun saat tubuhku terluka." Taehyung menjeda, mata cemerlang itu memerah, namun Taehyung masih tetap tersenyum, "Aku ini hebat, kan? Karena itu, kalau ada yang melukaimu aku akan memasang badan untuk menerimanya, karena aku ini lebih kuat darimu, kak."

Jimin melengos, Kim Taehyung yang aneh. Mungkin itu hanya karangannya saja, memasang badan ketika ada yang menyakiti Jimin, rasanya itu terlalu berlebihan.

Tapi Taehyung membuktikannya, saat seorang teman dari kelas sebelah ingin memukul Jimin, Taehyung menerimanya. Pelipisnya berdarah, tapi Taehyung malah tersenyum bodoh pada Jimin,

"Kau tidak apa-apa,kan? Sudah aku bilang, aku ini superhero." []

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now