9

7.9K 1.5K 84
                                    

Musim panas,  sudah masuk minggu kedua, liburan musim panas yang membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Musim panas,  sudah masuk minggu kedua, liburan musim panas yang membosankan.  Jimin hanya tidur seharian di kamarnya,  hanya pergi ke bawah untuk makan,  selebihnya dia habiskan di dalam kamar. 

Berhibernasi seperti beruang,  semata hanya karena dia enggan bertemu muka dengan penghuni rumah itu. 

Musim panas kali ini juga sama membosankannya bagi Taehyung,  tahun kemarin,  ayahnya mengajak mereka ke pantai di Busan.  Berlibur di villa mereka di pinggir pantai. Jimin suka laut,  mungkin harusnya nanti dia pindah ke pinggiran pantai saja,  dari pada menetap di Seoul.

Tahun ini,  mereka tidak bisa merasakannya. Eun Woo ada perjalanan bisnis ke luar negeri, meninggalkan kedua anaknya yang terpaksa menikmati liburan musim panas di rumah mereka yang terasa dingin.

***

Taehyung, mendorong pintu kamar Jimin perlahan.  Dilihatnya sosok Jimin yang masih bergelung di bawah selimut.  Kaki Taehyung yang terlanjang tanpa alas kaki,  berjingkat di atas lantai marmer, seringainya tercipta ketika diam-diam Taehyung mendekati tempat tidur Jimin.

"Jim.." Taehyung mengguncangkan bahu Jimin,  tidak ada pergerakan,  Jimin tidur seperti orang mati.  Taehyung menggaruk kepalanya yang tidak gatal,  kemudian terkikik saat pemuda itu mendapat ide untuk membangunkan saudaranya. 

Detik kemudian, Jimin memekik saat Taehyung menindih tubuhnya.  Tempat tidur berpegas itu dijadikan seperti trampolin oleh Taehyung,  bedanya dia menjadikan tubuh Jimin sebagai alasnya. 

"Yak!  Tae!" Jimin merintih,  mendorong Taehyung sampai terguling ke samping,  tertawa saat Jimin berhasil dia bangunkan
meski dengan wajah kesal. 

"Bangun, Jim.  Sudah siang. Sampai kapan kau mau tidur?"

"Sampai musim panas berakhir!" Jimin menaikan kembali selimutnya, namun Taehyung berhasil menarik kembali selimut itu,  melemparnya ke bawah.

"Jimin,  ayo kita bermain di luar."

Jimin berdecak,  "Bermainlah sendiri, atau main dengan teman-temanmu itu.  Bukannya kau bilang Sungjae mengajakmu menginap di rumahnya?"

Taehyung menelan ludah,  satu dari sekian kebohongannya tentang pertemanan yang tidak pernah terjadi itu.  Taehyung akhirnya membalas dengan tawa sumbang,  "Ah,  ya..Sungjae memang mengajak ku. Tapi aku mau bermain denganmu saja."

"Memang apa yang bisa dilakukan dicuaca panas seperti ini?" tanya Jimin,  matanya masih terpejam,  "Jangan bilang kau mengajak ku ke sungai. Ingat terakhir kali kita ke sana? Kau berakhir dengan luka jahitan."

Taehyung ingat itu, itu sudah lama sekali berlalu, sejak itu mereka tidak pernah pergi ke sungai lagi,  setidaknya,  Taehyung tidak pernah pergi ke sana bersama Jimin lagi.

Taehyung duduk di tepian tempat tidur Jimin,  "Aku tahu hal yang menarik yang bisa kita lakukan."

Kening Jimin mengerut,  meski matanya tetap terpejam.

"Kita pergi ke tempat rahasiaku,  kau bisa menggambar di sana. Bukankah kau suka menggambar?"

Jimin berguling ke samping,  menarik guling. "Tidak,  aku tidak suka."

Taehyung menarik lengan Jimin, "Ayolah,kak. Ayo kita main..."

Oh,  salah satu yang dibenci oleh Jimin.  Saat Taehyung bertingkah lucu,  ingin rasanya Jimin memukul kepala anak itu untuk menghentikannya bersikap aneh. 

"Jimin.. Jimin.. Jimin.."

Jimin menendang gulingnya kesal,  kemudian bangun.  Bisa dilihatnya senyum kemenangan Kim Taehyung yang kotak itu,  "Kau keras kepala."

"Sama sepertimu,  kita kan saudara."

Lagi,  senyum kotak itu mampu memenangkan hati Jimin.

***

Jimin menghalau sinar matahari yang terlalu terik menyentuh wajahnya, Taehyung menyandarkan sepedanya di bawah pohon,  sementara Jimin sudah duduk di batu besar dekat danau yang berkilauan terkena sinar matahari siang itu.
"Jadi,  kau mau menggambar apa?" tanya Taehyung sambil duduk di sebelah Jimin.

Jimin mengedikan bahu,  "Tidak tahu. Aku sudah tidak suka lagi menggambar." jawabnya.

"Kenapa?"

Jimin tersenyum kecut,  "Terakhir kali aku menggambar,  gambar itu berakhir di perapian,  oleh nenekmu." Jimin melirik Taehyung sekilas,  lalu kembali menatap air danau.

Taehyung menggigit bibirnya,  meremas ujung kaos berlengan panjangnya dengan wajah penuh penyesalan,  "Maaf,Jim."

Jimin mendenkus,  "Kenapa kau yang minta maaf?  Lagipula,  gambar itu memang seharusnya berakhir di perapian." Jimin mulai membuka buku gambarnya, atau lebih tepatnya buku gambar milik Taehyung.

"Memang,  kau menggambar apa waktu itu?"

"Keluarga."[]

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang