12

7.5K 1.4K 98
                                    

Tahu apa itu firasat buruk?  Perasaan tidak enak yang datang tiba-tiba seolah tahu hal buruk akan terjadi pada kita,  atau pada orang lain di sekitar kita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tahu apa itu firasat buruk?  Perasaan tidak enak yang datang tiba-tiba seolah tahu hal buruk akan terjadi pada kita,  atau pada orang lain di sekitar kita.

Jimin merasakannya satu hari sebelum kejadian itu,  perasaan janggal yang sama seperti yang dia rasakan di malam saat ibunya meninggal. 

Namun kali ini,  Jimin berusaha menghilangkan perasaan itu jauh-jauh,  neneknya terlihat baik-baik saja,  tetap sinis seperti biasa,  ayahnya tetap lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya dari pada berbincang bersama dua anaknya,  Bibi Nam, sibuk menyapu halaman bersama pekerja lainnya guna mengumpulkan dedaunan yang berjatuhan terbawa angin musim gugur.

Kim Taehyung,  rasanya akhir-akhir ini tidak terlalu sering mengekorinya seperti sebelumnya,  sudah tidak sering memanggil namanya,  tidak juga datang ke kamarnya tengah malam untuk sekedar mengecek apa lampu kamar Jimin sudah dimatikan atau belum.  Taehyung menciptakan jarak,  dan Jimin tidak tahu kenapa.

Tangan Jimin menggantung di depan pintu kamar Taehyung, sedang berpikir akan mengetuk atau langsung masuk?  Jimin jarang masuk ke kamar Taehyung, atau mungkin tidak pernah.

Jimin memutuskan untuk langsung masuk, mendorong gagang pintu ke dalam.

"Tae,  aku pinjam penggarismu!" seru Jimin sambil melangkah masuk.

Taehyung tidak ada di meja belajarnya, namun mata Jimin beralih pada tirai balkon yang bergerak tertiup angin.

"Taehyung?"

Jimin mendekat pada sosok yang tengah membelakanginya,  mata kecilnya melebar saat melihat Taehyung membalik badan,  memegang pisau kecil di tangan kanannya yang gemetar sementara tangan kirinya terluka oleh goresan yang mulai berdarah.

"Ji.. Min."

Jimin berderap mendekat,  "Apa yang kau lakukan?!  Kemarinkan pisaunya!" Jimin mengulurkan tangan.

"A..aku hanya ingin tahu rasanya." jawab Taehyung lirih.

Bisa Jimin lihat bagaimana mata bulat cemerlang itu memerah,  bibir dan kedua tangan yang gemetar,  serta air mata di sudut mata Taehyung.

"Bodoh!  Kemarikan pisaunya!  Tanganmu terluka!" Jimin berteriak,  berusaha merebut pisau.

Taehyung bergerak menghindar,  "Aku hanya ingin tahu rasanya sakit,  Jimin.  Tapi aku tidak bisa,  aku tidak bisa merasakan apa-apa!" pandangan Taehyung mulai tidak fokus,  seperti orang linglung,  pandangan yang tidak pernah Jimin lihat sebelumnya, sisi Taehyung yang tidak pernah Jimin ketahui.

Taehyung bergerak gelisah,  mengangkat lebih tinggi lengan panjangnya,  memperlihatkan sayatan lainnya yang sudah mulai memudar,  "Apa aku tidak terlalu dalam menggoresnya, kak?  Apa harus lebih dalam lagi?"

"Taehyung!" Jimin harus segera nenghentikan aksi gila saudaranya itu, "Kemarikan pisaumu!" Jimin mendekat,  namun Taehyung semakin bergerak menjauh,  terlihat takut dengan Jimin yang mencoba merebut pisau dari tangan Taehyung.

Bagaimana sosok Taehyung yang dia lihat sekarang ini,  tidak pernah Jimin bayangkan sebelumnya.  Melihat Taehyung yang terlihat putus asa membuat hatinya sakit,  bagaimana bisa Taehyung menyembunyikan lukanya di balik senyum kotak konyol yang selalu anak itu perlihatkan pada Jimin?

Tidak,  Jimin tidak ingin Taehyung bertindak bodoh.  Dia tidak ingin kehilangan lagi,  dia boleh kehilangan segalanya,  dunia boleh mengambil semua darinya,  tapi tidak dengan mengambil Taehyung. 

Jimin baru menyadari,  pada saat sekarang ini,  betapa dia sangat takut kehilangan Taehyung.  Adiknya.

"Tae, dengarkan aku.  Kemarikan pisau itu, kau dengar aku,kan? Hey, kau dengar kakak, kan?" Jimin menelan ludahnya saat kalimat yang terdengar konyol itu meluncur dari bibirnya.

Namun Taehyung tetap bersikeras, tidak ingin memberikan mainan kecilnya pada Jimin.  Tidak ada cara lain untuk Jimin selain merebut paksa benda tajam itu dari tangan Taehyung.

Saat Jimin berhasil menangkap tangan Taehyung,  Taehyung tetap tidak ingin menyerahkan pisaunya,  Taehyung berusaha melepaskan tangannya yang dicengkram Jimin. 

Telapak tangan Jimin tergores pisau saat akhirnya berhasil merebut benda tajam itu dari tangan Taehyung.
"Kembalikan, Jim.  Kembalikan!"

Taehyung masih berusaha merebut pisau yang sudah berada di tangan Jimin. Jimin menahan tubuh Taehyung, mendorong tubuh yang lebih besar darinya itu sekuat tenaga,  diusaha terakhirnya mendorong Taehyung mundur, Taehyung kehilangan keseimbangannya,  pemuda itu terhuyung ke belakang, lalu membentur pilar balkon,  tepat pada punggung dan kepalanya dengan sangat keras. 

"Taehyung!"

Pandangan Taehyung berputar,  yang terakhir Taehyung lihat sebelum menutup mata adalah suara Eun Woo yang meneriakan nama Taehyung.

Eun Woo datang setelah mendengar teriakan Jimin yang begitu keras, pria itu membelalakan mata ketika melihat Taehyung yang tergeletak di lantai dengan kepala dan tangan yang berdarah,  di depannya,  Jimin berdiri gemetar,  memegang pisau kecil yang juga terdapat sisa darah.

Pria itu tidak dapat berpikir logis sekarang, didekatinya Taehyung yang sudah jatuh pingsan.  Lalu pandangannya beralih pada Jimin yang gemetar ketakutan.

"Apa yang kau lakukan, Jimin?!"

Jimin tersentak,  "A.. Aku tidak melakukan apa-apa, ayah.  Aku tidak bermaksud melukai Taehyung."

Namun,  Jimin tahu,  setelah ini tidak akan ada yang percaya dengan perkataannya.[]

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now