16

7.5K 1.4K 49
                                    

Jungkook bilang, ada rombongan carnaval yang selalu datang di tempat itu setiap pergantian musim, dan kali ini pemuda bergigi kelinci itu sukses mengajak Jimin untuk menemaninya pergi ke Carnaval

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jungkook bilang, ada rombongan carnaval yang selalu datang di tempat itu setiap pergantian musim, dan kali ini pemuda bergigi kelinci itu sukses mengajak Jimin untuk menemaninya pergi ke Carnaval.

Jimin sebetulnya tidak terlalu suka tempat keramaian seperti itu, terlalu banyak lampu berpendar yang membuat matanya silau, juga orang-orang yang berlalu lalang membuat kepalanya pusing. Tapi, Jimin juga tidak ingin mengecewakan Jungkook yang meminta ditemani dengan tatapan penuh harap karena Seokjin mendapat shift malam di tempat kerjanya.

Lagipula, selama dua bulan terakhir ini, Seokjin dan Jungkook sudah sangat baik padanya. Yah, tidak ada salahnya membalas kebaikan mereka dengan hal kecil seperti ini.

Jimin juga sepertinya butuh sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya tentang rumah dan Taehyung. Bahkan, setelah dua bulan berlalu Jimin masih sering gelisah dalam tidurnya karena setiap dia memejamkan mata, bayangan kejadian malam itu selalu mengusiknya. Rasa bersalah itu masih ada, dan akan selalu ada.

"Kau selalu datang ke sini?" tanya Jimin, saat pemuda itu selesai membayar tiket masuk di loket.

Jungkook mengangguk, lalu tersenyum, "Iya, setiap kali carnaval datang aku dan Seokjin hyung  selalu datang ke sini." Jungkook menghirup udara, cengiran di wajahnya melebar, lalu menarik tangan Jimin berlari di sebelahnya. Kemudian berhenti di depan penjaja permen kapas. "Paman, berikan aku satu permen kapas." Jungkook menoleh pada Jimin, "Suka permen kapas?"

Jimin menggeleng, dia tidak suka makanan manis. Taehyung yang menyukainya. Ah, lagi-lagi Taehyung.

"Paman, permen kapasnya dua. Buatkan yang besar untuk kami." Jungkook kembali menoleh pada Jimin, "Kau harus mencobanya." Katanya.

Jimin hanya mendesah pasrah saat sebuah permen kapas berwarna merah muda dengan harum strawberry  berada di tangannya. Wanginya manis sekali, mengingatkan Jimin pada suatu musim semi beberapa tahun yang lalu, ketika Taehyung datang ke kamarnya saat Jimin sedang sakit, membawa permen kapas yang besar dan menyuapinya.

Aneh, kenapa sekarang Jimin bisa mengingat hal-hal kecil yang pernah dilakukannya bersama Taehyung?

"Permen kapas tidak akan membuatmu mati, Jimin."

Perkataan Jungkook membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Wajahnya berubah masam, dengan gerakan kasar Jimin mengambil sedikit permen kapas itu lalu memasukannya ke dalam mulutnya. Mengunyahnya pelan.

"Kau tidak suka makanan manis, ya?" tanya Jungkook lagi.

"Tidak, tapi adik ku menyukai makanan manis, dia..." Jimin menggantungkan kata-katanya sebentar, mata Jungkook mengerjap menunggu kelanjutan ucapan Jimn. "Dia sangat suka makanan manis." lanjut Jimin.

"Lalu dimana adikmu? kenapa dia tidak tinggal bersamamu?"

Ya, memang, selama dua bulan ini, meski mereka sudah mengenal baik tapi Jimin tidak pernah sekalipun membahas tentang keluarganya, darimana dia berasal sebelumnya dan kenapa dia pindah ke sana. Bahkan Jungkook cukup terkejut saat Jimin bilang dia memiliki seorang adik.

"Ada, disuatu tempat." Jimin menengadahkan kepalanya ke atas, titik-titik salju kecil mulai turun.

Salju pertama.

"Dia tidak boleh tinggal bersamamu, dia tidak akan bahagia."

***

Apa musim Kesukaanmu, Jim?

Musim dingin

Salju pertama

Mengabulkan permohonan

Potongan-potongan percakapan dengan Taehyung di atap sekolah kala itu kembali berputar di kepala Jimin yang sedang duduk di balkon flatnya.

Salju masih turun,  meski tidak terlalu banyak.  Hanya berupa titik-titik kecil seperti kapas yang berterbangan.

Jimin tidak pernah berbohong saat bilang selama delapan tahun ini dia selalu mengucapkan permohonan saat salju pertama turun. 

Permohonan tentang kebahagiaannya,  kebahagiaan bagi seorang Park Jimin.  Tapi sepertinya,  waktu itu Jimin terlalu buta untuk menyadari bahwa ada kebahagiaan kecil yang selalu ada untuknya.

Kim Taehyung,  kebahagiaan kecil yang baru Jimin sadari saat dia sekarang tidak bisa lagi melihat senyum kotak konyol milik anak itu.  Kebahagiaan kecil yang membuatnya merasa tidak kesepian, kebahagiaan kecil yang sekarang pergi lagi dari hidup Jimin.

Jimin bangun dari duduknya,  berjalan mendekati balkon,  tangan kanannya dijulurkan,  beberapa titik salju mengenai telapak tangannya,  terasa dingin.  Mata kecil itu memejam,  kalau sebelumnya dia selalu memohon kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

Biarkan kali ini Jimin memohon kebahagiaan untuk Kim Taehyung.[]

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Where stories live. Discover now