7

8.4K 1.5K 31
                                    

Dua hari sejak Taehyung mengajak Jimin ke tempat rahasia miliknya,  yang sekarang sudah tidak rahasia lagi karena Jimin mengetahui tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari sejak Taehyung mengajak Jimin ke tempat rahasia miliknya,  yang sekarang sudah tidak rahasia lagi karena Jimin mengetahui tempat itu.  Jimin akhirnya tahu,  alasan kenapa Taehyung  melarangnya untuk masuk ke dalam rumah saat itu.

Neneknya sedang marah besar karena mendapat laporan tentang kelakuan Jimin di sekolah. Nilai pelajaran Jimin yang di bawah rata-rata,  perilakunya yang suka membangkang,  bolos, bahkan ada yang memergokinya merokok di belakang sekolah. 

Bukankah Kim Yu Na sudah semestinya marah karena kelakuan Jimin yang sudah sangat keterlaluan dan mencoreng nama baik keluarga Kim Eun Woo di desa itu? Nama baik yang tidak mereka bangun dalam semalam,  nama baik yang Yu Na jaga semenjak suaminya meninggal dunia. Nama baik yang hancur dalam semalam karena seorang anak bernama Park Jimin yang datang di hari bersalju, mengetuk rumah keluarga Kim,dan mengaku sebagai anak Kim Eun Woo.

Desa mereka itu kecil,  tentu saja,  berita tentang kedatangan Jimin yang mengaku sebagai anak Kim Eun Woo yang lain cepat tersebar ke penjuru desa.  Wanita itu jelas tidak sudi mengakui Jimin sebagai cucunya,  cucu Yu Na hanya Kim Taehyung.

Tapi sepertinya Yu Na harus menelan pil pahit,  karena cucu yang diharapkannya menjadi penerus Kim Eun Woo itu seolah tuli dan buta untuk melihat bahwa Jimin adalah anak dari perempuan yang sudah menggoda ayahnya.

Sekeras apapun Yu Na meminta Taehyung untuk menjauh dari Jimin,  Taehyung tidak akan mendengarkan. Cucunya itu malah membela Jimin habis-habisan dua hari yang lalu.

----

Jimin baru saja keluar dari kamar, bersamaan dengan Taehyung yang juga keluar dari kamarnya.  Jimin tahu,  Taehyung ingin bicara padanya,  mungkin menjelaskan sesuatu, tapi mereka hanya saling berdiri di depan pintu masing-masing, saling menatap,  mungkin mencoba menangkap apa yang keduanya pikirkan dari tatapan mereka.

"Tuan Muda," Bibi Nam memutuskan kontak mata Jimin dan Taehyung.  "Tuan Muda dipanggil Tuan Besar ke ruang kerjanya." kata Bibi Nam pada Jimin.

Jimin, sekali lagi menatap Taehyung. Sebelum turun menuju ruang kerja Eun Woo.  Jimin meneguk ludah saat tangannya nampak ragu menggantung di udara untuk mengetuk pintu ruang kerja ayahnya.  Ini,  pertama kalinya Jimin masuk ke ruang kerja Eun Woo. Jangankan masuk, berbicara dengan ayahnya saja mungkin bisa dihitung dengan jari dalam kurun waktu satu minggu. 

"Masuk." suara Eun Woo terdengar dari dalam saat Jimin mengetuk pintu. 

Jimin mendorong handle pintu, dilihatnya sosok sang ayah yang duduk di depan meja kerjanya,  beberapa kertas sedikit berserakan di atas meja.  Jimin berhenti kira-kira lima langkah dari meja Eun Woo.

Eun Woo mengangkat kepala, lalu meletakan penanya.  Menatap Jimin yang juga menatapnya acuh.

Eun Woo menghela napas, kemudian melepaskan kacamata bacanya.  "Jimin,  kau tahu kenapa ayah memanggilmu?"

Jimin mengedikan bahu,"Tidak."

"Ayah membesarkanmu bukan untuk menjadi berandalan,Jimin." kata Eun Woo, "Apa kau tidak bisa berperilaku lebih baik? Apa ayah tidak memberimu kehidupan yang layak?  Apa kau merasa kekurangan di sini?"

Jimin mengepalkan tangannya erat, mencoba untuk tidak meninju atau menendang sesuatu. Kemudian Jimin terkekeh pelan,  tangannya menyibak rambut hitamnya ke belakang, "Apa ayah pikir aku membutuhkan semua itu?" Jimin balik bertanya,  "Bukan hidup layak yang aku mau,  bukan tinggal di rumah mewah,  tempat tidur empuk,  dan makanan enak yang aku butuhkan.  Apa harus seperti ini dulu baru ayah akan bicara padaku?" Suara Jimin bergetar,  matanya mengabur karena tiba-tiba saja air mata itu mendesak keluar namun enggan Jimin perlihatkan. "Apa aku sebegitu memalukannya sampai ayah tidak mau memandangku?"

Eun Woo tidak menjawab,  pria itu memalingkan wajahnya ke arah lain,  pada jendela yang tirainya tersibak angin. Pertanyaan Jimin tentu saja sangat menohoknya,  bagaimana pertanyaan itu membuat dadanya terasa sakit dan sesak.  Pertanyaan yang juga diam-diam Eun Woo ajukan pada dirinya sendiri.

Helaan napas Jimin membuat Eun Woo tersadar dari lamunan sesaatnya,  "Kalau tidak ada mau dibicarakan lagi,  aku akan pergi." Jimin membungkuk sekilas,  kemudian berbalik,  melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Eun Woo tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Harusnya,  Eun Woo bersikap lebih tegas dari pada sekedar memarahi anak nakal sepertimu."

Jimin baru saja akan menaiki undakan tangga,  saat ucapan Yu Na menghentikan langkah Jimin.  Jimin meremas pegangan tangga,  pemuda itu berbalik,  menatap wanita yang duduk di kursi rodanya,  wajah wanita tua yang terlihat penuh keangkuhan itu membuat Jimin sebisa mungkin menekan kemarahannya agar tidak meledak. 

"Setidaknya,  kalau kau mau menjadi berandalan,  jangan membuat Taehyung sama sepertimu.  Aku tidak mau cucuku jadi anak nakal sepertimu." katanya.

"Nenek," Jawab Jimin,  "Ah! Maaf,  Nyonya Besar." Jimin meralat ucapannya,  "Kau tidak perlu khawatir cucu tersayangmu itu akan menjadi anak nakal sepertiku.  Aku tidak akan mendekatinya. Lagi pula,  sejak awal cucumu yang selalu mengikutiku." Jimin membungkuk, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda untuk menaiki anak tangga. 

Matanya semakin mengabur,  air matanya terasa panas. Jimin menghapus air matanya dengan punggung tangannya,  dengan gerakan kasar.  Rasanya tidak sudi menangis untuk semua perlakuan yang sudah sering dia dapatkan sejak hari pertama Jimin menginjak kan kaki di rumah itu.  Namun tetap saja,  tetap saja rasanya sakit.

"Jimin."

Jimin baru akan membuka pintu kamarnya,  Taehyung mendekat,  wajahnya terlihat cemas dan sedih. 

"Jimin," Taehyung menahan tangan saudaranya,  "Jangan dengarkan kata-kata Nenek,  jangan menjauhiku,  Jim."

Sejak awal mereka berdua sudah jauh,  sejak awal,  Jimin sudah bergerak menjauh dari Taehyung,  namun pemuda dengan mata cemerlang itu selalu berhasil menarik Jimin untuk mendekat lagi. 

Jimin sudah terlalu lelah untuk berusaha menjauh. []

APRICITY ✔   [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang