Cukup Antartika, Antarakita Jangan!

3K 207 11
                                    

"DIR, ntar les kan?" tanya Zara tatkala mereka akan berpisah di gerbang.

Dira mengangguk, "Iya dong. Pokoknya harus dateng ya, gue udah semangat 86 nih."

Zara terkikik mendengar guyonan Dira.

"Ya Allah, Dir. Udah tua, istigfar.." ucapnya.

Dira berdecak, kemudian maju satu langkah untuk berbisik kepada Zara, "Biar tetap tua, kita tetap apa, Ra?"

"I lov ya," jawab Zara membuat mereka berdua tertawa.

"Ntar lo dateng awal aja, Dir. Biar bisa berduaan sama Pak Abiandra dulu," canda Zara.

Dira tertawa, "Lo tuh sana! Petrus samyang ye gak?"

"Hah? Apa tuh?" tanya Zara.

"Pepet terus sampai sayang," jawab Dira membuat Zara terbahak.

"Awas lo ntar ngga dateng, gue ngga ada kuota, cuy. Ketemu di sana ntar ya," ucap Zara.

"Iya, iya.."

"Sekalian ya, ntar gue pinjem hp lo buat order gojek kalo pulang," ucap Zara.

"Dasar ngga modal!"

*

Zara melepaskan helm dari ojek yang dia naiki. Kemudian, setelah mengucap terima kasih, Zara mengamati rumah Pak Ganteng yang cukup sepi. Nggak ramai seperti biasanya, cuma ada mobil ganteng seganteng yang punya di luar pagar, padahal biasanya banyak banget anak les yang bawa motor.

Meski ragu, Zara tetap melangkahkan kakinya masuk melalui gerbang Pak Ganteng yang hanya terbuka sedikit, tapi masih cukup untuk masuk satu orang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meski ragu, Zara tetap melangkahkan kakinya masuk melalui gerbang Pak Ganteng yang hanya terbuka sedikit, tapi masih cukup untuk masuk satu orang.

Kok sepi? Pada ngerjain gue kali ya?

Melepas sepatunya, Zara menuju teras Pak Ganteng, tempat biasanya anak-anak les. Dirinya berpikir bahwa anak-anak les sudah memulai les di ruangan. Tapi yang didapatinya adalah nihil. Hanya seonggok kursi dan meja kosong yang berjejer rapi.

Bahu Zara merosot lemah. Nasib rakyat misqueen kuota. Tau gitu duit 10rebu gojek tadi dibeliin kuota aja tahan 3hari. Hm..

Berdecak, berniat berbalik, Zara melangkah pelan-pelan untuk mengambil sepatunya. Sebab, Zara ngga mau Pak Ganteng mendengar derap langkahnya dan sadar akan keberadaannya.

Bukannya Zara canggung atau gimana, tapi takut diketawain. Eh, tapi canggung juga deng. Takut khilaf juga. Soalnya gimana ya.. Diem aja ganteng, apalagi ketawa, Pak.

Memakai sepatunya kembali, Zara berbalik dan keluar dari rumah Pak Abiandra. Belum sampai dirinya mencapai gerbang, bau wangi yang khas menyergap dirinya. Suara bariton yang terdengar gemesin itu memenuhi indera pendengaran Zara.

AdiksiWhere stories live. Discover now