4. Putri Salju

1.5K 163 64
                                    

Putri Salju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Putri Salju

•••

Semenjak kasus apel dan parkiran, hidup Gesna terasa tidak tenang. Adit seperti debu yang bisa melayang di mana-mana. Padahal kantin anak kelas dua belas yang disebut kantin biru, tidak bersinggungan sama sekali dengan koridor yang biasa dia lewati. Namun, kali ini, saat dia keluar kelas ketemu Adit, jalan di koridor ketemu Adit, ke koperasi juga ada Adit.

Bukan itu saja, yang menjengkelkan adalah Adit selalu meminta orang lain untuk menyambut kedatangannya. Seperti barusan, waktu Gesna hendak masuk koperasi, Adit berkata kepada yang lain agar menyingkir.

"Pinggir, pinggir. Kasih jalan buat Putri Salju," ujar Adit membuat pengunjung koperasi memberi jalan kepadanya. Ada juga yang menoleh dan memperhatikan dia. Niat banget membuat dia malu.

Gesna sudah menahan makian dalam hati dan berusaha cuek, tetapi cowok itu semakin terlihat senang.

"Eh, bukan Putri Salju, tapi Kepala Putik," tambah Adit sembari bersiul. "Putik-putik melati alibaba. Merah-merah delima pinokio."

Gesna menarik napas, berusaha menulikan telinga sendiri. Ya Tuhan, garing banget lo, Bambang!

Pulpen yang akan dibeli sudah di tangan dan dikantongi. Setelah mengantongi pulpen, Gesna terdiam sesaat untuk mengingat-ingat. Tadi, bukankah dia membawa buku sketsa? Kenapa tidak ada, sekarang?

Kakinya berbalik secepat mungkin untuk meneliti koridor yang telah dilewati. Siapa tahu buku sketsa dia sudah terjatuh. Buku buluk itu adalah buku gambar kesayangan. Tempat Gesna menumpahkan segala rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata.

Badan Gesna hampir menabrak badan Adit yang sedang membaca dan bersandar di pintu koperasi. Dia memutar bola mata. Membaca kok di depan koperasi? Nggak sekalian aja di tengah lapangan? rutuknya sambil berlalu dan kembali melihat kanan kiri.

"Nunduk melulu. Cari recehan, Non?" Seseorang menyejajarkan langkah di samping. "Atau cari ini?"

Gesna sigap menoleh. Buku yang dicarinya sudah ada di tangan Adit. Bola mata Gesna membulat. Ada ekspresi khawatir di sana. Astaga, jadi tadi bukunya sudah dibuka Adit?

"Kenapa bisa ada di lo? Gue cariin dari tadi juga." Tangan Gesna menjulur, hendak mengambil buku sketsa bersampul putih yang berada di genggaman Adit.

"Eits, tidak bisa." Tangan Adit lebih dahulu mengangkat buku itu tinggi-tinggi, membuat Gesna berjinjit dan berusaha menggapai buku. "Cebol juga lo," ejek Adit tersimpul.

Gesna berdecak. "Balikin, Bang."

"Nggak konsisten lo. Kadang manggil pakai Bang, kadang elo-eloin gue." Cowok itu mengecimus sambil segera menyelipkan buku Gesna ke dalam bajunya. "Ambil coba."

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now