60. A Man Called Papa

456 67 21
                                    

(OST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OST.  The Only Exception - Paramore.)

•••

A Man Called Papa

•••

Guntur duduk pada kursi depan kamar rawat sambil menghela napas dalam. Di sebelahnya, papa Joceline turut menyusul dan ikut duduk. Mereka berdua menekur, memandangi taman kecil di hadapan.

"Guntur," panggil papa Joceline. "Terima kasih, ya. Kamu selalu mau repot-repot untuk temani dan jenguk Ling-ling."

Pria itu menoleh sesaat ke arahnya dan dijawab dengan anggukan Guntur.

"Saya enggak nyangka kalau kamu mau temani Ling-ling. Semenjak kamu ada, Ling-ling bawaannya senang terus, sering senyum, lebih bersemangat," terang papa Joceline sambil berdeham. "Sebagai orang tua, saya yang paling bahagia melihat dia bahagia."

"Iya, Om. Sama-sama," balas Guntur. Dia turut senang mengetahui kehadirannya selama ini berperan penting dalam hidup Joceline. Mereka terdiam kembali untuk beberapa saat hingga lelaki di sebelahnya kembali mengguman pelan.

"Setiap orang tua, selalu pengin bisa membahagiakan anak-anaknya, memberi apa yang mereka ingin." Tanpa diminta, papa Joceline kembali menjelaskan. "Kadang, orang tua nggak kabulkan permintaan anak karena dua hal. Bisa jadi, mereka memang belum mampu mengabulkan itu karena kondisi atau karena mereka menganggap hal itu tidak baik atau kurang berimbas penting untuk pertumbuhan anak. Selebihnya, semua orang tua normal inginnya sama; mau anaknya tumbuh besar, baik dan bahagia. Begitu juga saya."

"Saya bahkan masih enggak menyangka Ling-ling bisa bertahan selama ini." Pria itu berdecap lirih. "Seandainya bisa, saya pengin bisa donorkan jantung saya ke dia, tapi kalau saya mati, Ling-ling gimana?"

"Om..." Guntur tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Semua juga tahu kalau setiap manusia hanya memiliki satu jantung dan jika jantungnya diambil, tentu tidak akan bertahan hidup. "Mungkin Om bisa cari-cari info tentang donor jantung," tambahnya berusaha menenangkan.

Papa Joceline hanya tertawa lirih, tipis sekali. "Enggak ada orang yang mau donorkan jantung cuma-cuma, Tur. Harga jantung sangat mahal, sekalipun di black market. Saya bukan orang semampu itu yang bisa beli jantung dengan sekali kedip. Kalaupun ada, belum tentu cocok juga."

Guntur paham itu. Semenjak dekat dan sering bersama Joceline, dia jadi tahu banyak tentang hal-hal kecil yang selama ini luput dari pengetahuannya. Untuk transplantasi jantung, tidak mudah menemukan donor yang tepat. Kondisi jantung pendonor harus dalam keadaan baik. Faktor lain juga harus diperhatikan seperti kesamaan golongan darah, antibodi hingga ukuran jantung. Tidak ada yang tahu, kalau belakangan ini, Joceline hampir tiap minggu harus berkunjung ke rumah sakit. Cewek itu sering dirawat sehari dua hari, lantas pada hari Senin akan bersekolah lagi seperti biasa. Guntur sudah sering mengingatkan Joceline agar banyak beristirahat. Namun, ditolak.

MATAHARI APITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang